Pagi yang cerah menampakkan matahari yang mengeluarkan cahayanya. Tampaklah 5 orang sedang menaiki bukit untuk berkemah.
"Mira lihat deh, di atas sana ada rumah." ujar Donita.
"Iya. Ayo kita berkemah di sana." jawab Mira.
"Rumah itu, terlihat sudah lama tidak berpenghuni" sahut Yuri.
"Iya. lihatlah menyeramkan!" Tiara menimpali.
"Penakut banget deh kalian." Safira berujar, sambil menggendong tasnya yang berat.
Mereka semua melanjutkan berjalan ke atas bukit dan sampailah mereka di rumah tua.
"Ayo buat tenda." ujar Safira."
"Kenapa tidak tempat lain saja? tanya Tiara.
"Penakut sekali kamu. Betul kata Safira, lebih baik di sini." jawab Mira.
"Sudahlah jangan bertengkar." seru Donita.
Yuri masih fokus menghadap layar ponselnya, dan melihat jam menunjukkan pukul 16.30.
"Aku nurut sajalah, kita ke sini untuk bersenang-senang bukan bikin pusing." Yuri memutar bola matanya malas.
Mereka semua mendirikan tenda, tak terasa waktu sudah malam dan Donita menyalakan api unggun.
Krek! krek!
Pintu rumah tua terbuka dan tertutup sendiri. Tiara sempat melihatnya sebentar.
"Kyaa!" Tiara berteriak.
"Kenapa sih Tiara, teriak-teriak? ucap Safira, dengan kesal.
"Apa itu, aku melihat ada sesosok bayangan berwarna hitam saat pintu itu terbuka." Tiara ketakutan.
"Mungkin kamu berhalusinasi" ujar Mira.
"Atau bisa saja angin, kamu saja yang parnoan." sahut Safira.
Mereka memasak air hangat di atas api yang menyala, dan membuat mie hangat.
"Segar iya udara di sini." ujar Donita.
"Iya, pohon di sini sangat rindang." jawab Yuri.
"Tapi kamu merasa takut tidak, dengan rumah tua itu?" ujar Donita.
"Tidak, hanya saja rumah itu seperti menyimpan misteri" jawab Yuri.
Sesosok bayangan berjubah membawa celurit melintas, di depan kaca rumah tersebut. Mira dan Safira yang sempat melihatnya ketakutan.
"Eh, kita lari ayo dari sini." ujar Nur ketakutan.
"Kenapa Mira?" tanya Yuri.
"Aku melihat sesosok bayangan di sana." Menunjuk kaca rumah itu.
"Tidak ada apapun." sahut Donita, yang melihat ke kaca.
"Pokoknya aku ingin pulang." ujar Tiara, yang mulai menangis.
"Ini sudah malam, besok pagi saja." ujar Donita.
Mereka semua masuk ke dalam tenda masing-masing. Saat tengah malam tiba, sesosok berjubah misterius melintas di tenda Safira.
"Safira siapa di luar tenda?" Tiara membangunkan Safira.
"Apa sih, aku masih mengantuk." Safira memeluk boneka kesayangannya.
Sesosok berjubah itu langsung menebas tenda dengan celuritnya, hingga tenda ambruk.
"Aaaaaa!" teriak Tiara dengan keras.
Teriakannya membangunkan teman-temannya, yang tidur di tenda lain. Sesosok berjubah itu menyayat kulit Tiara dan Safira, yang sudah terbangun menangis ketakutan. Sesosok berjubah itu, menebas habis tubuh Tiara bak psikopat. Lalu menusuk Safira hingga tewas.
"Aaaaaa!" Donita dan Mira yang sudah di luar tenda berteriak.
"Ayo cepat lari!" Yuri menarik tangan Mira dan menepuk Donita.
Mereka semua berlari dengan cepat mengikuti Yuri, yang ada di depan. Mira tampak panik dan menyesal, telah menuruti Safira untuk berkemah di sana. Donita yang ada di belakang ditarik, oleh sosok berjubah itu. Dengan penuh misterius, dia menebas habis Donita.
"Mira cepat ayo!" Yuri menuruni bukit.
Mira cepat berlari, "Donita tidak ada, sepertinya sudah tertangkap."
"Ayo cepat pergi, dari rumah tua yang penuh misteri itu." jawab Yuri.
"Siapa sesosok berjubah itu?" tanyanya.
"Aku tidak tahu." jawab Yuri.
Mereka terus berlari, hingga Mira terjeblos ke dalam lubang.
"Ayo tarik tanganku!" Meraih tangan Mira.
Mira pun di tarik ke atas dan mereka berhasil keluar dari hutan, mereka segera menaiki motor yang mereka parkir di dekat pohon. Yuri membonceng Mira, yang masih sangat cemas.
"Yuri maafin aku, yang sudah ngotot untuk ke sana."
"Iya. Lain kali jangan di lakukan lagi." Yuri fokus menyetir motor, dengan kekuatan sedang.
"Sebenarnya aku sedih, karena teman-teman kita tewas." ungkap Mira.
"Sama, aku juga." Yuri menekuk wajahnya.