Entahlah. Kita sama-sama bertemu, berbincang dan canda tawa bersama. Seiring berjalannya waktu, bibit-bibit rasa muncul.
Masing-masing dari kita memilikinya. Diri ini diam-diam menyimpan rindu, mungkin sahabatku juga begitu.
Mendengar dia menceritakan semua hal tentangmu padaku dengan begitu ceria, aku tahu dia punya rasa terhadapmu. Sama sepertiku.
Aku tidak bisa mengaku, tidak boleh. Aku takut menyakiti hatinya. Tapi, waktu itu kamu malah menyatakan rasa padaku, tentulah diri ini kalang kabut kesenengan.
Namun tidak, sayangnya aku menolak mu demi sahabatku.
Aku memilih persahabatan. Tatkala telah jelas siapa yang bersalah disini, kamu bilang padaku bahwa kamu menyukainya.
Kehabisan kata, yah...
Salahku merelakan mu. Sakit ternyata, melihatmu tersenyum karenanya. Namun, lagi-lagi aku hanya diam dan juga ikut tertawa. Tidak ada yang boleh tahu. Toh, ini adalah salahku melepaskan mu.