Rita yang sedang asik scrol media sosialnya merasa kesal dengan Jenab yang lagi-lagi mencari masalah dengannya, padahal Rita sudah berulangkali memperingatkan Jenab tentang hal itu, jika Rita tidak menyukainya, tapi Jenab terus saja mencari keributan dengannya.
Rita mengirimkan banyak pesan ke nomor WhatsApp Jenab.
"Tolong ya jangan ikut campur urusan gw, gw mau sama siapa aja terserah gw! gak usah ngember kemana-mana tuh mulut!"
“Gw sama pacar gw punya alasan untuk hal itu, gw udah sering tegur lu masih aja dilakuin lagi!"
"Sebelumnya lu teriak-teriak dijalan sampai motor lewat pada nengok ke Gw! Cuma gara-gara bercanda-nya Lo kelewatan batas!"
"Niat lu bercanda, tapi jatuhnya mempermalukan gw kalau kayak gitu caranya!"
Jenab membaca wa yang Rita kirimkan padanya.
"Maksudnya apa sih? Gak ngerti gw," balas Jenab.
"Emang Lu pikir Gw gak tau gitu? Lu ngember ke emak-emak! Tolonglah jangan ikut campur dalam hal ini!" Balas Rita.
"Gw bilangin Emak Gw ya!"
"Gak usah! Gw cuma ngomong sama Lu kok! Bukan sama Emak Lu!"
"Yarin aja! Udah Gw bilangin ke Emak Gw!"
"Sorry!"
Tak lama kemudian Jenab datang ke rumah Rita beserta Ibu dan Sodaranya.
"Gak usah gitu lah, ikut campur, ikut campur, Lu itu masih Bujang, Jenab udah punya Laki!" Ucap Ibu Jenab dengan penuh emosi.
"Tau tuh Rita tiba-tiba banget Saya dibilang ikut campur padahal gak ngapa-ngapain," sambung Jenab yang pura-pura menangis.
"Yaudah sorry! Habisnya Lu juga bikin kesel aja! Udah sering ditegor, masih aja diulangin lagi," ucap Rita menahan emosinya.
"Ya gak usah sampai segitunya, tuh lihat Mama Rita! Rita ngetik panjang banget statusnya!" Ucap Jenab yang memperlihatkan isi chat mereka, dan bukan status Rita yang saat itu berisi ucapan selamat pada temannya yang sedang menikah.
Jenab mengatakan status Rita menyindirnya, padahal status Rita hanyalah ucapan selamat pada temannya yang sedang menikah, dan tidak ada status apapun di WhatsApp Rita selain ucapan selamat itu, tapi Jenab memperkeruh suasana dengan mengatakan Rita menyindirnya di statusnya.
"Yaudah maafan sana! Salaman!" Pinta Ibu Rita.
"Maaf," ucap Rita bersalaman dengan Jenab.
"Iya!" Jawab Jenab.
Jenab, Ibu, dan Sodaranya pun pergi dari kediaman Rita yang pada saat itu sedang ramai.
Rita dimarahi habis-habisan oleh Ibunya dan memaksa Rita untuk minta maaf langsung ke rumah Jenab.
"Emang gak bisa ngalah dikit sama orang? Kan kalau kayak gitu udah urusan orangtua sama orangtua!" Ucap Ibu Jenab.
"Lah orang ngomongnya ke Jenab, Jenab aja lemes ke Ibunya!" Jawab Rita membela diri.
"Yaudah ganti celana panjang, Kita ke rumah Jenab!" Ucap Ibu Rita.
"Gak usah! Biar aku aja sendiri yang ke sana!" Jawab Rita.
"Yaudah! Minta maaf juga sama Ibunya kan gak enak jadinya Mama!" Ucap Ibu Rita.
"Iya!" Jawab Rita yang langsung pergi setelah mengganti celana panjang.
Rita meminta maaf lagi pada Jenab, dan menanyakan keberadaan Ibu Jenab.
"Aku minta maaf sama Kamu, habisnya Kamu udah tau aku gak suka, masih aja kayak gitu," ucap Rita memeluk pundak Jenab dan mengelus kepalanya.
"Iya," jawab Jenab yang tertawa.
"Udah jangan nangis lagi!" ucap Rita memeluk pundak Jenab dan mengelus kepalanya.
"Siapa yang nangis tau!"
"Tadi di sana nangis"
"Kagak Pea!" Jawab Jenab tertawa.
"Yaudah maaf ya," ucap Rita.
"Iya," jawab Jenab.
"Ibu Lu mana?" Tanya Rita melihat ke sekeliling rumah Jenab yang nampak kosong.
"Lagi di pengajian Dia," jawab Jenab.
"Yaudah nanti bilangin Ibu Lu ya, Gw minta maaf juga sama Dia gitu," ucap Rita.
"Iya, nanti Gw bilangin," jawab Jenab tersenyum kecil.
"Kamu yang tadi ikut ke rumah kan?" Tanya Rita menepuk pundak seorang Wanita yang sepertinya Ia mengenalnya.
"Iya," jawab Wanita itu.
"Maaf juga ya buat yang tadi," pinta Rita.
"Iya," ucap Wanita itu tersenyum menatapnya.
"Yaudah Gw balik ya!" Ucap Rita.
"Iya!" Jawab Jenab.
Rita pun pulang dengan suasana hatinya yang kesal.
Setibanya dirumah, Ibu Rita kembali menanyakan padanya.
"Gimana tadi minta maafnya?" Tanya Ibu Rita.
"Udah sama Jenab doang, Ibunya enggak, lagi di pengajian katanya," jawab Rita.
"Bohong itu! Orang tadi udah ngaji Dia, pasti didepan bantuin masak, yaudah Mama ke depan dulu kali ada Ibunya, sekalian bantuin masak-masak," ucap Ibu Rita.
"Yaudah terserah!" Jawab Rita.
Setelah Ibunya pergi, nampak emosinya yang masih berkecamuk, karena Dia hanya ingin membela diri,malah Dia yang disalahkan oleh Ibunya.
Malam harinya Ayah dan Ibu Rita pulang dan Ayahnya menanyakan maksud dan tujuan Ibu Jenab ke rumah.
"Tadi Ibunya Jenab ngapain ke rumah?" Tanya Ayah Rita.
"Anakmu bikin masalah sama Jenab katanya ikut campur, ikut campur aja, kan gaak enak jadinya Jenab udah punya Suami dibilang ikut campur," jawab Istrinya.
"Lagian sih Lu pake ngomong ke Ibunya Jenab," ucap Ayah Rita.
"Orang ngomongnya ke Jenab doang kok di wa, Jenab aja yang ngadu ke Ibunya," jawab Rita.
"Yaudah biarin aja, gak usah lewat situ lagi Lu," pinta Ayah Rita.
"Iya," jawab Rita.
"Gak enak kan jadinya sama Ibunya," ucap Ibu Rita.
"Udah biarin aja! Ngurusin banget! Udah ambilin nasi sana, Gw laper!" Pinta Ayah Rita pada Istrinya.
Dia pun keluar dengan mulut yang masih terus menggerutu. Ayahnya Rita keluar dan mengabaikan Istrinya yang memang hobi sekali menggerutu itu.
Rita semakin kesal karena Ibunya terus saja membahas masalah itu.
"Dasar Anak Mami! Udah nikah, punya Laki, masih aja ngadu Emak! Mak! Rita nakal Mak! Eeeee... Tai! Gak malu tuh sama badan 100 kilo, tapi masih Emak-emak-an gitu! Lakinya ngapain aja tau? Gak bisa apa didik Istrinya yang bener? Biar gak ikut campur urusan Orang! Dih najis banget dah Gw! ..."
"... Anak Mami! Anak Mami! Bayi Gemoy nya Mami uluh-uluh cayang-cayang! Kenapa Nak? Kesel? Biar Mami yang lawan Orang yang bikin Anak Mami kesel! Heleh! Gak malu sama jembita apa? Dah jembitan, dah kawin, plak-plok, plak-plok masih aja jadi Anak Mami! Cuih! Jijik! Seumur-umur baru ini Gw punya temen Anak Mami kayak Dia!" Gerutu Rita dalam hatinya karena kesal
Sejak saat itupun Rita menjaga jarak dengan Jenab, bahkan Rita sengaja memutar arah hanya demi tidak melewati rumah Jenab.