"Amira Khairina" kerap di panggil Amira gadis cantik itu, keseharian nya hanya membantu ibu nya membuat kue pesanan.
Gadis cantik bertubuh tinggi itu, masih berseragam putih abu-abu, di hari ini Amira pergi kesekolah untuk merayakan kelulusan nya.
Amira tinggal berdua bersama ibu Aisyah , sang ayah Abdullah sudah lama meninggal.
Ibu Aisyah harus bekerja keras untuk menafkahi dan membiayai sekolah anak nya, Amira dia anak yang pintar masuk sekolah di SMA negeri harapan di bantu beasiswa.
"Amira sini." panggil Hana Azahra.
"Iya Han ada apa." ucap Amira gadis cantik berbibir tipis menghampiri sahabatnya.
"Liat ini Amira, "kita semua lulus, aku seneng banget." ucap Hana antusias.
Amira melihat ke papan Mading sekolah, dimana semua nama murid tercantum di dinding.
Amira membaca deretan nama di selembar kertas, yang di tempel di Mading berisi pengumuman kelulusan sekolah Amira mencari nama seseorang.
"Reyhan Pratama, "kita lulus Rey." batin Riana.
Reyhan menghampiri Amira yang berada di dekat Mading sekolah.
"Rey." panggil Hana.
"Ada apa han." jawab Reyhan.
"Kita semua lulus Rey." ucap Hana penuh kebahagiaan.
"Syukur deh kalau kita semua lulus." jawab Reyhan.
"Rey kamu mau meneruskan kuliah, "di universitas mana." tanya Hana.
"Aku belum tau han, "Amira." panggil Reyhan.
"Iya Rey ada apa " tanya Amira.
"Amira sore nanti aku tunggu di danau Deket sekolahan, "aku mau mengutarakan perasaan ku sore nanti jam tiga, "aku tunggu jangan sampai lupa."
"Insyaallah Rey, aku enggak janji." "Rey aku mau pulang duluan mau bantuin ibu, "bikin kue pesenan ibu-ibu komplek." ucap Amira.
"Oke, aku tunggu ya ra." jawab Reyhan.
Rey masih di sekolah mengabadikan momen kelulusan nya, bareng Renaldi Hutasoit teman satu-satunya Reyhan Pratama.
Mereka sudah seperti sodara kemana mana pasti barengan, kalau hari libur kedua lelaki tampan itu sering nongkrong di cafe langganan mereka.
"Rey, "loe mau kuliah di universitas mana Rey." tanya Renaldi.
"Gue belum tau Ren, "papah sama mamah gue ngajak pindah ke Aussie, "kemungkinan gue ikut mereka."
Renaldi manggut-manggut saja. "trus isi hati loe udah di ungkap kan belum sama gadis itu." tanya Renaldi.
Rey menggeleng. "Loe payah kalo soal cinta Rey ha ha ha." Renaldi tertawa.
Memang benar sudah lama Rey menyimpan rasa cinta nya, di dalam lubuk hati nya yang paling dalam.
Gadis yang kerap di panggil Amira itu, gadis yang selama ini mengisi hati Reyhan, Amira tidak akan pernah terganti kan oleh perempuan lain.
"Nal gue balik duluan ya, "mamah gue sudah nyuruh gue untuk segera pulang."
"Oke Rey loe hati-hati di jalan." jawab Renaldi.
Reyhan mengendarai motor besar nya dengan kecepatan sedang, Rey sepanjang per jalanan hanya memikirkan cara untuk mengungkap kan isi hati nya.
"Ya ampun kok gue jadi galau begini." rey membatin.
Sesampai nya di gerbang rumah, Rey menekan kelakson motor nya tin...tin...
Sekuriti yang berjaga di rumah pak Broto, berlari membuka gerbang rumah.
"Silahkan masuk den." ucap pak Ujang.
"Terimakasih pak."
Lelaki tampan bertubuh tinggi itu, berlari kecil di tangga teras rumah nya, Reyhan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang tidak bisa di artikan.
"Rey." sapa mamah Yasmin Sa'id.
"Kamu sudah pulang, "nak tolong kamu bereskan pakaian kamu ke dalam koper."
"Jam tiga sore ini, "kita terbang ke Aussie menyusul papah."
"Papah sudah terbang duluan, "ada kerjaan penting yang tidak bisa papah wakili.
"Kita suruh menyusul, "tiket nya sudah papah pesan, "penerbangan jam tiga, "sebelum jam tiga kita sudah ada di bandara.
"Apa mah, "kok mendadak sih." tanya Reyhan.
"Kok mamah enggak bilang dari kemaren sih mah."
"Maafkan mamah Rey, "kita memang harus pindah dari kota ini."
"Mah." rengek Reyhan. "Penerbangan nya tunda sampai besok saja mah, "Rey mohon."
"Rey masih mau bertemu teman, salam perpisahan terakhir, "Rey ada janji sama temen Rey."
"Bukan nya di sekolah sudah perpisahan, "sepenting apa sih temen kamu, "Rey nurutin mamah sekali ini saja Rey, mamah mohon."
Reyhan mengusap wajah nya dengan kasar, Rey prustasi dilema antara mamah atau kekasih hati nya. Rey mengia kan ajakan mamah Yasmin.
"Ya tuhan jika kami di takdirkan untuk bersama, "maka pertemukan kami di masa depan nanti." Rey membatin.
Rey beranjak dari duduk nya, rey lari menaiki anak tangga dengan cepat.
Lelaki tampan itu masuk kedalam kamar nya, membereskan beberapa pakaian dan barang yang mau Rey bawa.
Rey sudah selesai berkemas. "Rey ayo." teriak mamah Yasmin dari lantai bawah.
Waktu sudah menunjukan jam 14:30.
"Pak Ujang bi Sumi, saya titip rumah yah." ucap mamah Yasmin.
"Baik nyonya." saut asisten rumah tangga nya.
"Rey ayo, "kita sudah harus sampai di bandara."
Rey mengangguk mengikuti sang mamah.
"Seperti nya, den Rey berat ninggalin kota ini." bisik bi Sumi.
"Iya sum seperti nya begitu." ucap pak Ujang.
Dengan langkah gontai Rey masuk kedalam mobil, sepanjang perjalanan Rey hanya diam menatap langit dari jendela mobil.
Lelaki tampan itu sangat berat meninggalkan, tempat kelahiran nya.
Sesampai nya di bandara. "ayo turun sayang."
"Iya mah." ucap Reyhan.
****************
Di tempat lain Amira sedang memilih pakaian yang pas, untuk di pakai sore nanti.
Amira hanya gadis sederhana tidak memiliki banyak pakaian, seperti anak gadis kebanyakan.
Amira memakai gamis bermotif bunga sakura berwarna cerah, di padukan dengan pasmina hitam.
Amira terlihat anggun dan sangat cantik, Amira merasa perasaan nya sangat gugup, saat ini jantung nya berdetak sangat kencang, membayangkan pertemuan nya dengan sahabatnya.
Amira takut bercampur bahagia, Amira sangat mengagumi ke baikan teman lelakinya.
Gadis manis itu juga punya rasa yang sama tapi Amira sadar gadis miskin seperti nya, tidak pantas bersama Reyhan orang tua Rey terpandang punya segala nya.
Sedangkan Amira ponsel saja tidak punya, Amira memang berbeda dengan remaja kebanyakan, hampir semua remaja memiliki benda pipih, tapi berbeda dengan Amira yang penuh kesederhanaan.
Amira melihat jam sudah hampir jam tiga sore, Amira keluar kamar mencari ibu Aisyah.
Ibu Aisyah di dapur masih sibuk dengan adonan kue nya.
"Bu." panggil Amira. "Iya nak." jawab ibu Aisyah.
"Bu, Amira pamit pergi sebentar ya."
"Mau kemana, "sore-sore begini nak." tanya ibu Aisyah.
"Amira mau ketaman Bu, "mau ketemu sama teman."
"Oh, ya sudah hati hati."
"Iya Bu, "assalamualaikum."
Amira pergi berjalan kaki, ke danau yang di janjikan Rey.
Amira membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di danau.
Amira berjalan penuh percaya diri, gadis cantik itu tidak sadar ada yang mengikuti nya.
Renaldi tak sengaja melihat Amira. "Eh seperti nya itu Amira, "dia mau ke mana berjalan kaki sendirian."
"Apa jangan-jangan mau ketemuan sama Rey, gue ikutin deh siapa tau ada momen indah nya, "akan ku rekam seperti nya seru tuh." batin Renaldi.
Amira sampai di taman dekat danau, tepat di jam tiga sore Amira duduk di bangku kayu menunggu Reyhan.
Dengan hati bahagia wajah berseri kemerah-merahan Amira berbisik. "Rey aku sudah datang."
"Tapi hati ku dag Dig dug tidak karuan Rey."
Amira tersenyum manis tak sabar mendengar apa yang mau Reyhan bicarakan.
Tepat di jam tiga sore di waktu yang sama pesawat lepas landas menuju Aussie.
Rey memejamkan mata nya dalam hati Rey berkata. "Maafkan aku Amira aku tidak ada pilihan lain.
"Aku mencintai mu semoga suatu saat nanti, "kamu akan mengerti ke adaan ku saat ini."
"Semoga kelak kita bertemu dan kamu tidak membenci ku ra, "aku akan tetep mencintai mu sampai kapan pun." Reyhan membatin.
Di lain tempat Amira sudah menunggu kedatangan Reyhan, 1 jam lama nya di danau Amira gelisah gadis cantik itu bangkit dari duduk nya.
Amira berjalan bolak balik seperti setrikaan, Amira duduk lagi bangun lagi sampai beberapa kali.
Tapi batang hidung Rey belum juga nampak.
"Rey kamu di mana, "aku sudah di danau Rey." ucap Riana lirih.
"Tolong datang Rey, "jangan buat hati dan perasaan ku hancur dan kecewa sama kamu."
Jarum jam di tangan Amira sudah menunjukan waktu jam lima sore, sudah dua jam Amira menunggu, Rey masih saja belum datang.
Amira putus asa, Amira terisak hiks...hiks, Amira sangat kecewa, dadanya sesak hatinya hancur hiks hiks.
"Rey asal kau tau, "kamu cinta pertama ku dan kamu sudah menghancurkan nya Rey.
"Aku benci kamu aku sangat membenci mu, Reyhan Pratama." teriak amira berulang kali.
Langit sudah berwarna jingga cinta di ujung senja bersama Luka.
"Rey aku akan mengubur cinta, bersama kekecewaan terhadap mu Rey."
"Aku tidak akan lagi percaya terhadap lelaki mana pun, "danau ini akan menjadi saksi bisu kita."
Amira bangkit berjalan lunglai langkah kakinya terasa berat, dadanya terasa sesak.
Di sisi tempat Renaldi mengamati dari kejauhan, lelaki tampan itu merasa kasihan, ingin mendekat tapi Renaldi takut jadi sasaran amarah nya Amira.
Renaldi takut Amira jadi ikut membenci nya.
"Amira maaf kan aku, "tidak bisa berbuat apa apa."
Rey susah di hubungi selama amira menunggu, renal mencoba menghubungi Rey, tapi tetap saja panggilan tidak dapat tersambung.
"Rey loe sudah membuat patah hati anak orang." kata Renaldi dalam hati.
Renaldi lah yang menjadi saksi atas kecewa nya Amira bukan danau.
Amira berjalan menuju kerumah, sebelum sampai rumah Amira memperbaiki penampilan nya menghapus sisa tetesan air mata di pipi, Takut sang ibu kawatir dengan ke adaan anaknya.
Amira memasuki gang kecil menuju rumahnya tapi langkahnya terhenti, bunyi kelakson mengejutkan Amira.
Tin. Tin. Amira melihat ke arah belakang.
"Hay Amira, "kamu dari mana jalan kaki sendirian." tanya Renaldi.
Padahal lelaki tampan itu tau sahabat nya dari mana, Renaldi hanya berpura-pura saja Renaldi sengaja membuntuti Amira, hanya untuk memastikan sahabatnya pulang ke rumah dengan selamat.
"Aku dari depan Ren, "kok kamu bisa nyasar ke sini Ren." tanya Amira.
Renal menjawab sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
"Oh anu ra Akuuu hanya berkeliling saja jenuh di rumah." jawan Renaldi.
"Oh begitu, mau mampir ke rumah nal." tanya Amira.
"Enggak ra lain kali saja, aku mau pulang sudah mau maghrib juga." ucap renal.
"Ya sudah nal hati-hati bawa motornya."
Renaldi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, Amira menatap punggung renal yang sudah semakin menjauh, sesampai nya di teras rumah, Amira mengucap kan salam sebelum masuk ke dalam rumah nya.
"Assalamualaikum bu, "kok sepi ibu kemana apa ibu anter pesanan ke rumah pak RT." ucap Amira pelan.
Bersamaan dengan adzan ber kumandang ibu Aisyah pulang. "Assalamualaikum." ucap ibu Aisyah.
"Waalaikumsalam Bu, "ibu dari rumah pak RT ya." tanya Amira.
"Iya ra habis nganter pesanan."
"Oh ia bu nanti sehabis sholat, "Amira mau ngomong sama ibu." ucap Amira.
"Mau ngomong apa Ra, "kenapa enggak sekarang saja." tanya ibu Aisyah.
"Nanti saja bu waktu nya nanggung banget."
Ibu Aisyah menganggukan kepalanya tanda mengia kan ucapan amira, Amira di dalam kamarnya sudah mengenakan mukena bersiap mau sholat, selesai solat Amira pergi ke kamar ibunya.
Riri menekan hendel pintu ke bawah. "Bu, Amira boleh masuk."
"Masuk saja Ra pake izin segala."
"Bu." ucap Amira.
"Hmmmm." jawab ibu Aisyah.
"Amira mau nerusin pendidikan ke universitas boleh nggak bu." tanya Amira.
"Wah ide bagus tuh Ra, kapan mau mendaftar di kampus nya." tanya ibu Aisyah.
"Belum tau bu, Amira mau tanya Hana dulu bu, "mau kuliah di mana." "besok amira mau ke tempat hana bu."
"Ya sudah terserah kamu saja, "apa pun keputusan mu, "ibu tetap akan mendukungnya, "ini sudah malam cepat istirahat." ucap ibu Aisyah.
Amira keluar dari kamar ibunya, gadis cantik itu berjalan ke arah kamarnya, Amira duduk di tepi ranjang sambil menghela nafas panjang.
Sudah seperti orang kelelahan setelah bekerja seharian, amira jelas bukan lelah habis bekerja melain kan kecewa karna Rey tidak datang menemuinya.
Amira membaringkan tubuh nya di atas kasur, menatap langit langit kamar bercahaya kan lampu kecil, Amira memejamkan matanya perlahan sampai tertidur pulas.
Ke esokan hari nya amira menjalankan hari-hari nya seperti hari sebelum nya, seolah tidak terjadi apa-apa, Amira bersiap-siap mau pergi ke rumah sahabat baiknya.
"Bu, Amira pamit mau ke rumah Hana dulu." ucap Amira sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Ya sudah salam untuk Hana dari ibu."
Rumah Hana tidak terlalu jauh dari rumah Amira, hanya terhalang 2 rumah saja dari tempat ibu Aisyah.
Hans satu-satunya teman baik Amira asam garam kehidupan sudah sering mereka lalui bersama, Amira sudah sampai di rumah sahabat nya.
"Assalamualaikum." ucap Amira di balik pintu.
"Waalaikumsalam masuk Ra." ucap ibu Laksmi.
"Iya Bu terimakasih, "Bu, Hana nya ada." tanya Amira.
"Ada tunggu sebentar, ibu panggilkan dulu, "nak Amira duduk saja dulu."
"Iya Bu terimakasih." jawab Amira sambil mendudukan bokongnya di atas kursi kayu yang ada di rumah Hana.
Hana berjalan menghampiri amira yang duduk di ruang tengah.
"Ada apa tumben ke sini." tanya Hana.
"Aku cuma mau tanya Hana, "kamu jadi meneruskan pendidikan di universitas Gunadarma." tanya Amira.
"Iya Ra maunya begitu."
"Itu kan universitas elit han, aku takut gak mampu bayar kasian ibu."
"Hey Ra kita bisa sambil kerja, "kuliah cari yang sabtu minggu jangan kawatir sekarang hidup di jaman moderen ra." jawab Hana.
"Sebelum masuk kuliah kita bisa cari kerja dulu gimana ra."
"Usul yang bagus han tapi aku mau tanya ibu dulu, "kamu main dong ke rumah Han."
"Iya nanti aku main kerumah kamu, "aku lagi sibuk cari kerja via online Ra."
"Oh cariin untuk aku juga dong Han."
"Iya tenang saja." jawab Hana.
"Ra aku sampai lupa belum ambil minum untuk kamu, "tunggu sebentar aku ambilkan minum untuk kamu dulu, "jangan pulang dulu." ucap Hana.
"Siap tuan putri." jawab Amira.