Pagi itu hujan turun deras. Langit tampak muram, seperti ikut merasakan kesedihan Dira yang berdiri di depan sekolah tanpa membawa payung. Ia menatap jalan yang mulai tergenang air sambil berharap hujan segera reda.
Namun, waktu terus berjalan dan hujan belum juga berhenti. Teman-temannya satu per satu pulang dijemput orang tua mereka. Dira mulai merasa sendiri.
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya pelan. “Kamu belum pulang?” tanya Rafi, teman sekelasnya, sambil tersenyum. Ia memegang payung berwarna biru muda.
Dira menggeleng. “Payungku ketinggalan di rumah,” jawabnya pelan.
“Kalau begitu, kita pulang bareng saja,” kata Rafi sambil membuka payungnya lebar-lebar.
Mereka berjalan bersama di bawah payung yang sama. Hujan masih turun, tapi entah mengapa Dira merasa hangat. Ia menatap Rafi dan tersenyum kecil.
“Terima kasih, ya.”
Rafi hanya tertawa. “Sama-sama. Lain kali, jangan lupa bawa payung.”
Sejak hari itu, hujan tak lagi terasa menyedihkan bagi Dira. Karena setiap kali langit mendung, ia selalu teringat pada payung biru dan senyum yang membuat harinya cerah.