Malam berganti menjadi pagi. Para siswa dan siswi mulai berdatangan ke sekolah. Tapi beda halnya dengan Rara, dia masih berkutat dengan sarapannya sampai lupa kalau gerbang sekolah sebentar lagi ditutup. Dengan tergesa gesa-gesa, Rara berlari menuju sekolah. Namun, hal tak diinginkan hampir terjadi, sebuah motor melaju cepat ke arahnya.
"HEH! KALAU BAWA MOTOR ITU PELAN-PELAN DONG! GAK LIAT APA ADA ORANG LAGI NYEBRANG?!" teriak Rara dengan wajah kesal. Si pengendara motor membalas dari balik helm full face-nya. "Lah, kok Lo nyalahin gue? Lo sendiri yang nyebrang sembarangan, gak liat kanan kiri dulu !". Rara melotot. Tapi begitu pemuda itu membuka helmnya, ia langsung terdiam. Ternyata, cowok itu adalah Zayyan, salah satu anak geng Gravel yang terkenal di sekolahnya.
Sesampainya di kelas, suasana sudah ramai. Rara dan teman-temannya, Tobi serta Sasa, seperti biasa sibuk bercanda sampai kelas ribut banget. "RARA! SEKARANG KAMU PINDAH KE SAMPING ZAYYAN!" Suara Bu Yuli menggema di seluruh kelas. "Loh,kok pindah Bu? Kan Zayyan juga udah punya temen sebangku!" Protes Rara. "Pusing ibu dengar kamu ketawa-ketawa terus sama Tobi sama Sasa!" Balas Bu Yuli sudah pasrah dengan tingkah mereka. " Ibu tega banget sih misahin kita ! Kita tuh besti poreper tugeter, Bu !" Ujar Rara dengan nada memelas.
"Udah! Gada alasan lagi kamu pindah ke sebelah Zayyan,titik!". Mau gak mau Rara akhirnya nurut. Tapi hatinya mendidih, dia harus duduk di sebelah cowok yang di julukinya "Kulkas 20 pintu" karena dingin dan cuek banget.
Sore hari, jam menunjukkan pukul empat. Anak anak mulai pulang. Tapi seperti biasa, Zayyan dan geng Gravelnya nongkrong dulu di warung Om Cecep. Disisi lain, Rara dan teman-temannya mampir juga ke warung itu buat beli jajanan. "Om Cecep! Kuaci satu, Es Green tea satu, Thai Tea dia, Qtela, Kue sus,sama basreng ya!" Kata Rara ceria.
Sambil membawa jajan mereka lanjut ke Selambai, tempat wisata di kotanya. Duduk di tepi pagar warna-warni, mereka menikmati pemandangan laut dan suara ombak sambil ngemil santai.
Sejak dulu di sebelah Zayyan, hidup Rara terasa hambar. Gak ada lagi gosip lucu atau cekikikan bareng bestie-nya. Zayyan jarang ngomong, dan teman-temannya malah sering ngobrol hal hal yang Rara gak nyambung. Dia hanya meletakkan kepala di meja, membaca novel sambil berharap waktu cepat berlalu.
Pas jam istirahat, geng Gravel tiba-tiba keluar dari sekolah. Belakangan baru diketahui, mereka tawuran sama anak SMA Bina Bangsa, geng Evil. "Lo kenapa sih, Bob? Gak capek cari ribut terus sama temen temen gue ? "Kata Dewa, ketua Gravel dengan nada kesal.
"Cuihh! Lo sama geng Lo udah ngerusak semua rencana gue!" Balas Bobi, ketua Evil. "Yaelah, ngomong baik-baik kek, Gak usah ngajak tawuran! Cemen banget Lo !" Sahut Reza, salah satu anggota Gravel. "BANYAK NGOMONG LO SEMUA ! EVIL SERANG !!!" teriak Bobi. Perkelahian pun pecah. Tapi belum lama, suara sirine polisi bikin semuanya bubar tunggang langgang.
Beberapa jam kemudian, anak Gravel udah di ruang BK. "Bagus ya kalian kabur kabur dari Sekolah, tawuran, sekarang bonyok semua. Pusing ibu lihat kalian!" Omel Bu Mira. Bima nyeletuk Santai, "kalau pusing minum budrek aja, Bu !" . "Bodrex kali, bukan budrek, pintar!" Celetuk Fajar. Bu Mira cuma geleng-geleng. "Sekarang baik ke kelas! Tapi ingat, kalau kalian ulang lagi, Ibu ulek beneran kalian satu-satu!" . "Dikira kita cabe-cabean kali, Bu!" Sahut Ansar, langsung disambut tatapan maut dari Bu Mira.
Balik ke kelas, Rara langsung sadar kalau wajah Zayyan lebam lebam. "Zayyan cuma diam, tapi matanya fokus ke wajah Rara yang lagi serius. Pipi tembem Rara bikin dia pengen cubit. "Sini deh, aku ambilin p3k", kata Rara lembut. Setelah selesai, dia tersenyum. "Nanti di rumah pakai salep ya, biar cepat kering lukanya."
Zayyan bengong, sampai melambaikan tangan di depan mukanya. "Oh, iya... makasih ya" katanya kaku. Saat Rara mau balik ke bangkunya, Zayyan nahan pergelangan tangannya. "Ra, malam ini sibuk gak?" , "Enggak sih, emang kenapa?" , " Jalan, yuk...sama aku." Rara kaget, "Jalan ? Ih, harus izin dulu ke ayah aku, loh. Dia galak banget." "Gak apa apa, Aku izin aja langsung", jawab Zayyan santai.
Dan benar saja, malamnya Zayyan datang ke rumah Rara. "Anak saya mau di bawa ke mana ?" Tanya ayah Rara tegas. "Ke Bontang Kuala, Om" jawab Zayyan mantap. " Kamu bisa jaga anak saya?". "Kepercayaan gak bisa diminta, om. Tapi saya bakal buktiin kalau saya bisa jagain dia."
Ayah Rara menatap dalam, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi kalau sampai dia kenapa kenapa, kamu tanggung jawab penuh."
Keesokan harinya, kelas rame banget. Rara dikerumuni oleh Tobi dan Sasa. "Rara, cerita dong! Gimana bisa Lo di ajak jalan sama si kulkas 20 pintu itu!" Tanya Sasa heboh. "Ya, gak tau, tiba tiba aja dia ngajak. Padahal aku udah bilang kalo ayahku galak banget, tapi dia malah santai aja!" Jawab Rara
BRAKK!!! pintu kelas di banting keras. Semua nengok "SIAPA DISINI YANG NAMANYA RARA?!" teriak seorang cewek. Ternyata Kiara, anak kelas sebelah yang dulu pernah nembak Zayyan namun di tolak. " Gue, kenapa ? Nge fans ya?" Jawab Rara nyolot. "Lo tuh ya ,jangan gatel gatel ngajak jalan Zayyan!" Bentak Kiara.
"Heh, yang ngajak jalan juga dia, bukan gue! Kalo gatel ya di garuk, Jangan nyalahin orang!" Balas Rara sengit. Zayyan akhirnya buka suara, "iya, gue yang ngajak dia jalan. Lo gak usah ngatur hidup gue mau jalan sama siapa aja."
Langsung hening, Kiara cuma bisa manyun, terus pergi sambil menghentakkan kakinya. Rara masih bengong. "Zay... Lo kok kamu berani banget sih ngomong gitu?"
Zayyan cuma nyengir. "Gue cuma ngomong yang seharusnya gue omongin dari dulu." Tobi langsung teriak , "WAAAA!! KULKAS 20 PINTU MELELEH NIH!!" sekelas tertawa ngakak. Rara nutup muka, pipinya merah. "Ih, lebay banget Lo semua!" Zayyan senyum tipis, "mulai sekarang jangan jauh jauh ya, Ra. Gue gak mau hampir nabrak Lo lagi ... Baik di jalan, maupun di hidup gue." Rara ngakak "CIEE, bisa juga nih kulkas gombal"
Zayyan nyengir. "Asal kulkasnya bisa jagain hati Lo biar tetap dingin dari cowok lain." Rara ketawa kecil. "Dasar gombalan receh", Bel sekolah berbunyi. Semua kembali ke tempat duduk masing masing. Rara duduk di sebelah Zayyan, tapi kali ini dia gak kesal.
Dia cuma tersenyum kecil dan bergumam pelan, " mungkin duduk di sebelah kulkas 20 pintu gak seburuk itu juga ya..."
Zayyan melirik. "Tuh...kan, akhirnya kamu sadar juga."
Dan entah kenapa, hari itu Rara ngerasa berbeda. Bukan cuma karena duduknya pindah... Tapi karena hatinya, kayak udah nemuin tempat yang baru.
Tamat.