Namaku Senja, dan kisahku dimulai dari sebuah mimpi sederhana: menulis novel. Bukan sekadar coretan iseng di buku harian, tapi sebuah karya utuh yang bisa dinikmati banyak orang. Aku tinggal di Surabaya, kota yang penuh dengan hiruk pikuk dan inspirasi di setiap sudutnya.
Awalnya, semua terasa sulit. Ide bertebaran di kepala, tapi sulit sekali merangkainya menjadi kalimat yang bermakna. Aku sering duduk berjam-jam di depan laptop, menatap layar kosong dengan frustrasi. Jalanan Tunjungan yang ramai, suara klakson kendaraan, bahkan aroma kopi dari warung dekat rumah, semuanya terasa mengganggu.
Namun, aku tidak menyerah. Aku bergabung dengan komunitas menulis di Surabaya. Di sana, aku bertemu dengan penulis-penulis hebat yang memberikan semangat dan masukan berharga. Kami saling berbagi pengalaman, bertukar ide, dan saling mengkritik dengan konstruktif.
Setiap hari, aku menyempatkan diri untuk menulis, meski hanya beberapa paragraf. Aku belajar tentang struktur cerita, pengembangan karakter, dan teknik menulis yang baik. Aku juga banyak membaca buku, dari novel klasik hingga karya-karya kontemporer.
Proses menulis novel ini tidak selalu mulus. Ada saat-saat di mana aku merasa buntu, kehilangan motivasi, atau merasa tidak percaya diri. Tapi, aku selalu ingat pesan dari seorang mentor: "Menulis itu seperti perjalanan. Ada tanjakan, ada turunan. Yang penting, jangan berhenti bergerak."
Setelah berbulan-bulan berjuang, akhirnya naskah novelku selesai. Aku mengirimkannya ke beberapa penerbit, dengan harapan ada yang tertarik. Penantian itu terasa sangat lama dan menegangkan.
Suatu hari, aku mendapat email dari sebuah penerbit besar. Mereka tertarik untuk menerbitkan novelku! Aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku. Mimpiku akhirnya menjadi kenyataan.
Novelku berjudul "Senja di Balik Jembatan Suramadu". Ceritanya tentang seorang gadis yang mencari jati diri di tengah hiruk pikuk kota Surabaya. Novel ini terinspirasi dari pengalamanku sendiri, tentang bagaimana aku menemukan kekuatan dalam menulis.
Saat novelku terbit, rasanya seperti mimpi. Aku melihat buku itu terpajang di toko-toko buku di Surabaya. Aku menerima banyak pesan dari pembaca yang terinspirasi oleh ceritaku.
Perjalananku menulis novel ini adalah sebuah petualangan yang tak terlupakan. Aku belajar banyak tentang diri sendiri, tentang dunia, dan tentang kekuatan mimpi. Dan yang terpenting, aku menemukan bahwa menulis bukan hanya sekadar hobi, tapi juga sebuah panggilan jiwa.