Penting! Cerita ini fiksi. Mengandung unsur dewasa. Mohon kebijakannya sebelum membaca.
#
Dari banyaknya kamar yang ada di hotel ini, entah kenapa Kamar 602 terasa menjadi menarik untuk kuperhatikan.
Setelah cukup lama bekerja di sini, aku menyadari sebuah hal unik yang mungkin menurut orang lain akan terasa biasa saja. Setiap akhir pekan, Kamar 602 selalu dipesan oleh wanita muda yang baru menginjak dewasa. Selalu saja begitu seolah mereka sedang mengantri untuk bisa bermalam di kamar itu.
Lalu pada suatu malam diakhir pekan, datang seorang wanita berumur 18 tahun yang memesan Kamar 602. Dia terlihat sangat cantik, dan pembawannya begitu anggun untuk wanita seusianya. Malam itu adalah kali pertama aku melihatnya-tapi anehnya aku merasa familiar dengan wajah yang terus tersenyum itu. Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat tapi aku tidak bisa mengingatnya.
Namun saat itu ada sebuah hal yang sangat membuatku penasaran; wanita itu hanya membawa sebuah tas kecil yang menggantung di bahunya. Tidak ada barang bawaan lain. Tidak seperti tamu pada umumnya yang biasanya akam membawa banyak barang. Terlalu sederhana sampai menimbulkan banyak tanda tanya.
Wanita itu lalu bergegas menuju Kamar 602 setelah memesan hidangan yang diminta langsung diantar ke sana.
Rasa kantuk yang luar biasa lalu menyerangku ketika malam telah sangat larut. Rasanya aku ngin membangunkan rekan satu shift-ku yang saat itu memang kusuruh istirahat duluan. Tapi aku merasa tak enak hati. Dan untuk mengusir rasa kantuk itu, aku mencoba berjalan santai di sekitar lobi, menghampiri dua orang satpam yang tengah asyik mengobrol.
Pada malam yang dingin itu, kami bertiga akhirnya terlibat dalam obrolan yang seru. Perlahan-lahan rasa kantuk itupun menghilang. Tapi setelah beberapa lama, aku terpaksa harus kembali ke tempatku bertugas karena aku mendengar telpon di meja berbunyi.
Tidak biasanya ada telpon masuk jam segini, pikirku. Tetapi ketika aku nyaris menjawab panggilan itu, sambungannya keburu terhenti. Sesaat sebelum terputus, aku melihat bahwa penelpon itu berasal dari Kamar 602-kamar yang dipesan wanita cantik itu.
Aku sempat penasaran, kenapa wanita itu menelpon jam segini? Tapi aku berusaha mengabaikannya. Bisa jadi ia hanya ingin bertanya tentang restoran 24 jam di sekitar sini dan mungkin ia sudah dapat infonya dari internet-aku menduganya karena sering sekali aku bertemu hal seperti itu.
Sepertinya dugaanku benar. Karena tak lama setelahnya, wanita itu terlihat keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar. Sebuah sanyum ramah juga ia terbitkan. Tangannya memberi isyarat bahwa ia hendak mencari makanan.
Tak lupa aku membalas senyuman wanita yang kini telah berjalan menjauhi pelataran hotel.
Lalu tak lama kemudian, rasa kantuk yang tadi pergi kini kembali datang menghampiri. Untung saja rekanku sudah kembali sehingga aku bisa mengaku bahwa kali ini rasa kantuk itu yang menang.
Tidurku cukup lelap. Aku terbangun bersamaan dengan matahari yang terbit menyapa penduduk bumi. Setelah aku selesai bersiap diri, aku kembali menemui rekan kerjaku di balik meja resepsionis.
Kami berbincang sebentar sambil menulis info penting yang nantinya akan diserahkan pada petugas shift berikutnya. Aku merasa lega karena tugasku malam itu telah selesai. Aku bisa dengan tenang kembali ke rumahku untuk beristirahat dan mengisi ulang tenaga.
Setelah bangun dari tidur siang, aku mengecek ponselku yang sedari tadi terus berbunyi. Tidak biasanya grup resepsionis ramai dengan pesan yang saling bersahutan, pikirku.
Setelah menelusuri pesan-pesan yang aku lewatkan, aku baru tahu rupanya pada hari itu telah terjadi sesuatu yang diluar dugaan di hotel tempatku bekerja.
Siang itu, seorang housekeeper yang sedang melakukan pekerjaannya merapikan kamar dibuat terkejut setengah mati mendapati manajer kami telah kehilangan nyawanya di toilet kamar nomor 602.
Jangankan si housekeeper yang melihat langsung di lokasi kejadian, aku yang hanya membaca pesan dari ponsel saja merasa sangat merinding ketakutan.
Yang aku heran, kenapa Pak Manajer bisa berada di sana? Di Kamar 602. Dan wanita yang tadi malam… Aku baru ingat! Aku tidak melihat dia masuk lagi ke lobi setelah dia keluar waktu itu.
“Kamu tidak lihat wanita muda kembali ke lobi ketika semalam aku tidur?” Aku bertanya pada rekan satu shiftku semalam.
Dan ia menjawab tidak. Rekan satu shiftku juga tidak melihat keberadaan wanita itu semalam.
Kepalaku mendadak terasa berat dan berputar. Mungkin selain karena aku memang baru bangun tidur, berita yang aku terima barusan juga sangat besar hingga pikiranku belum bisa menerimanya. Tapi pada saat itu aku baru menyadari satu hal penting; nama lengkap wanita itu, Cecillia Putri Nugraha. Nama belakangnya sama dengan manajer kami-Pak Nugraha-yang ditemukan tewas di kamar 602.
Tentu saja tak mengherankan jika aku merasa wajah wanita itu sangat familiar! Aku pernah melihat Pak Nugraha menunjukkan fotonya pada kami. Pada layar ponselnya, terlihat potret sepasang suami istri yang sama-sama mengembangkan senyum. Gadis dengan seragam putih abu-abu yang duduk diantara mereka adalah Cecillia, putri tinggal Pak Nugraha.
“Lihat. Putriku sudah tumbuh dewasa. Gadis cantik ini sudah lulus SMA…” kata Pak Nugraha waktu itu, beberapa bulan sebelum ia bercerai dengan istrinya. Kami tahu hal itu karena Pak Nugraha mengatakannya sendiri pada kami.
Ah, sial. Semoga dugaanku salah. Semoga kedatangan Cecillia tidak ada hubungannya dengan meninggalnya Pak Nugraha. Semoga gosip buruk yang selama ini beredar tidaklah benar.
Tapi sayangnya, berita yang aku terima mengatakan bahwa manajer kami kehilangan nyawanya karena ia telah diracun. Pak Nugraha tewas dengan cara yang mengerikan.
Sebenarnya, belakangan ini beredar kabar bahwa manajer kami memang sering ‘mencari hiburan terlarang’ di tempat ia mencari nafkah untuk keluarganya. Terdengar sangat ironis, bukan? Dan yang lebih membuat dadaku sesak adalah, katanya kebiasaan buruknya itu muncul sejak putrinya lahir ke dunia. Alasannya pun klasik, pria itu pernah mengaku bahwa pasangannya terlihat semakin tidak menarik.
Awalnya aku meragukan hal tak masuk akal itu. Tapi melihat bagaimana sejumlah staf lain selalu bergidik ketika melihatnya, pandanganku terhadap pak manajer mulai berubah.
Setelah kepergian Pak Nugraha, kondisi hotel sempat tidak stabil karena banyaknya berita yang simpang siur. Meski begitu, kami tetap bekerja dan berusaha beraktifitas seperti biasanya. Bagaimanapun juga, hotel ini masih menjadi tempat kami mencari nafkah.
Beberapa hari kemudian, kami semua mendapat kabar yang membuat perasaan campur aduk. Cecillia-anak mendiang-dikabarkan mengakhiri hidupnya di sel tahanan. Gadis cantik itu akhirnya menyusul sang ibu yang telah lebih dulu meninggalkannya beberapa minggu lalu.
- SELESAI -