Tik. Tik.
Sebutir demi butir tetesan jatuh ketanah, mengisi keheningan malam yang pekat disertai langit mendung dengan kilatan guntur.
"Edo? Sepertinya gua pulang aja, mumpung hujannya udah mulai reda," ucap Roni menoleh kearah Edo, lalu beranjak dari sofa.
"Lo yakin Ron? ini udah larut lho," tanya Edo ragu, meski terdengar hujan sudah reda di luar.
"Ya, takutnya ibu gua khawatir," jawab Roni, lalu bergegas ke pintu depan.
"Kenapa nggak nginep aja? Besok kan hari libur? Sekalian kita mabar," Edo memandang Roni yang hendak pergi.
Roni menoleh, "Ya, tapi maaf banget, mungkin lain kali saja, ya," jawab Roni dengan kedua tangan menghimpit meminta maaf.
"Huft, yasudah kalau gitu, tapi hati-hati di jalannya," peringat Edo, yang langsung diiyakan Roni.
Roni pun keluar, meninggalkan Edo yang kembali fokus menonton film ditelevisi. Roni pun dengan cepat memakai alas kakinya, lalu berlari di jalan yang digenangi air.
"Semoga aja pintu rumahnya masih belum di kunci," harap Roni, berlari menerjang udara dingin menusuk dan gerimis air yang membasahi wajahnya.
Gluduk!
"Ahh," ucapnya reflek menunduk, "Huft, bikin kaget saja,"
Hanya terdengar tapakan kakinya yang menginjak jalan aspal yang bersatu dengan beceknya air.
Gruh!
Cahaya remang-remang dari lampu jalan menemani dirinya dalam mencekamnya malam, tak gentar ia terus menyusuri jalan menuju rumahnya.
Dresshh!
Hujan turun deras lagi, memaksa Roni langsung berteduh kesebuah depan toko, "Kenapa harus hujan besar lagi sih?" protesnya melihat hujan yang semakin besar beserta gemuruh petir.
"Apa gw kembali aja, ya?" tanya Roni pada dirinya sendiri, kedua tangannya memeluk tubuh mencoba menghangatkan, meski pakaian kaosnya basah karena hujan.
"Tidak mungkin juga gw bisa menahan ini, sambil berlari kerumah ku yang beberapa blok dari sini," ucapnya melihat arah jalan yang akan ia tuju.
"Baiklah, gw balik aja kerumah Edo," ucapnya membulatkan tekad, "Lebih mending di ejek dia, daripada harus kedinginan tengah malam begini,"
Roni pun berlari kembali kerumah Edo, menerjang badai dengan air dingin yang terasa kian menusuk.
****
Disisi lain...
Edo tampak masih asyik menonton film, "Ah, hujan lagi," ujarnya mendengar suara hujan yang kian ribut diluar.
"Ku harap dia enggak sakit karena hujan," harap Edo, kepikiran Roni yang malah bersikukuh untuk pulang.
Kuk. Kuk.
"Hati-hati," terdengar suara dari film yang Edo tonton, menggema di seluruh ruangan yang hanya di terangi cahaya televisi.
"Hmm, seram juga," pujinya melihat adegan yang membuat jantung berdeguk kencang.
Drap. Drap.
"Hmm," Edo menoleh kearah suara yang terdengar dari luar, "Mungkin cuma suara hujan," Edo pun kembali fokus, berpikir positif.
Gluduk!
Suara petir menyambar, berbarengan dengan listrik yang padam,"Ah, kenapa harus mati lampu segala sih?" gerutunya kesal.
"Aku tidur aja deh," ucapnya menghembuskan napas panjang, menyadari bahkan rasa kesalnya takkan mengubah apapun. Lalu mengambil handphone didekatnya untuk penerangan.
Drap.
"Ada apa lagi sekarang?" tanyanya melirik ke arah pintu depan. Ia pun berjalan kesana, mengecek suara di luar.
Tap.tap.
Gruhh!
Suara langkah nya terdengar mengiang dengan suara gemuruh dan kilatan petir.
Ngiekk!
Pintu tiba-tiba terbuka sendiri, memunculkan sosok hitam dengan air yang jatuh membasahi bawah kakinya.
Edo terkejut, badannya terasa lemas dengan bulu kuduk yang kian berdiri, bergetar menghadapi ketakutan akan sosok yang tak ia sangka.
"Edo, maaf, seperti aku tidak jadi pulang, boleh aku menginap disini malam ini?" tanyanya pada Edo, Edo serasa mengenal suaranya, lalu menyorotkan senter handphonenya yang ternyata itu adalah Roni yang kembali.
Edo yang tadinya ketakutan, seketika menghembuskan napas lega dengan tangan memegang dadanya. "Ya, tapi minimal jangan ngagetin! Minimal pake salam kek!"
"Maaf, hehe, soalnya diluar dingin," jawab Roni sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya, siapa juga yang nyuruh lo pulang, kocak?!" ucap Edo kesal pada temannya.
"Iya, maaf deh," ucap Roni.
"Ya, kalau gitu, buruan masuk!" suruh Edo, lalu ia menutup pintu.
"Tunggu di sini, gua ambil handuk sama pakaian dulu, nanti bisa masuk angin lagi kalau pake baju basah kaya gitu," Edo pun pergi meninggalkan Roni yang terlihat mengigil karena dingin.
"Ya, siapa juga yang mau kaya gini," gumam Roni.
Setelah Edo kembali, Roni pun bergegas mengganti pakaiannya. Lalu, Roni pun menginap di rumah Edo.
Tamat...