Di sore hari pukul 3 sore di perkampungan, sekelompok 5 anak remaja yang sedang asyik bermain kejar-kejaran dengan sangat gembira.
Kelima nama anak remaja itu bernama Faisal, Risa, Tiara, Roni dan juga Ridwan. Mereka bermain kejar-kejaran dengan penuh tertawa ceria ciri khas mereka.
"Ayo! Kejar aku sampe bisa, Ron!" kata Faisal berlari sambil mengejek Roni yang kewalahan menangkap Faisal.
"Awas kamu ya, Faisal! Kalo aku sampe menangkap mu, akan ku pukul pantat mu itu!" ujar Roni kesal mengejar Faisal.
Melihat perdebatan antara Faisal dan Roni itu penuh candaan itu; Risa, Tiara dan Ridwan tertawa melihat perilaku kedua anak remaja tersebut. Kelima anak remaja itu bermain kejar-kejaran hingga lupa waktu.
Tanpa mereka sadari, kelima anak remaja tersebut berlari dan memasuki area hutan hingga langit berubah menjadi jingga menandakan malam akan segera tiba.
Ridwan, seorang anak indigo merasakan sesuatu ada yang tidak beres dengan suasana hutan mereka masuki, bahkan Ridwan menghentikan pelarian hingga Ridwan terdiam lama. Melihat Ridwan terdiam, seketika keempat anak remaja tersebut menatap kearah Ridwan dengan raut wajah khawatir.
"Ada apa, Rid? Mengapa kamu berhenti seperti itu?" tanya Risa dengan raut wajah khawatir pada saat menatap kearah Ridwan.
"Teman-teman, kalian sadar tidak? Sebenarnya kita terlalu asyik bermain kejar-kejaran sampe kita memasuki area hutan ini. Aku merasa ada hawa tidak enak disini." ujar Ridwan dengan raut wajah khawatir.
"Jangan-jangan.... Kita tersesat dong?!" ujar Risa mulai ketakutan.
"Udah Ris, jangan takut! Kan ada kita. Kita disini untuk mencari jalan keluarnya" ujar Faisal sambil tersenyum berusaha menenangkan Risa yang mulai ketakutan.
"Aku juga sama, Rid, ntah kenapa kita bermain kejar-kejaran sampe lupa waktu begini, kita gak sadar sampe masuk area hutan ini" kata Tiara sambil menatap kearah langit yang berubah menjadi jingga.
"Memangnya kenapa kalo kita bermain kejar-kejaran sampe memasuki area hutan ini? Toh disini gak ada binatang buas bahkan demit (makhluk halus) di hutan ini!" kata Roni dengan ketus.
"Ron! Jaga ucapanmu itu! Kamu jangan seenaknya mengucapkan kata tidak pantas di hutan ini!" ujar Ridwan marah kepada Roni.
"Terus masalahnya apa dengan para demit di hutan ini? Toh mereka gak bakalan nampakin ke kita" ujar Roni dengan nada tidak percaya.
"Ron! Kalo kamu mengucapkan kata-kata tidak sopan ke mereka (tak kasat mata), mereka akan marah kepada kita! Setidaknya omongan mu harus di jaga kalo memasuki area hutan ini! Paham gak?" ujar Ridwan dengan marah.
"Yaa terus apa hubungannya dengan mereka?" kata Roni dengan nada ngegas.
"Udah teman-teman! Jangan berantem di situasi kayak gini! Setidaknya kita harus keluar dari hutan ini sebelum menjelang magrib tiba!" ujar Tiara berusaha meleraikan Roni dan Ridwan sedang bertengkar.
"Yang di katakan Ridwan benar, setidaknya ucapanmu itu harus di jaga pada saat kita memasuki area hutan ini, jangan sampe penunggu disini merasa tersinggung mendengar ucapanmu itu, Ron" ujar Faisal.
"Kamu lebih percaya ucapannya Ridwan, Sal?" kata Roni dengan kesal.
"Udah cukup! Kalo kalian sampe berantem kayak gini lagi, lebih baik kita pikirkan bagaimana cara kita keluar dari area hutan ini!" ujar Tiara berusaha meleraikan pertengkaran antara Roni dan Ridwan.
Dengan nada kesal, Roni akhirnya mengalah untuk tidak melakukan perdebatan panjang dengan Ridwan. Begitu juga Ridwan merendahkan amarahnya dengan menghela nafas panjang.
"Rid, apakah kamu tau jalan keluar dari area hutan ini?" tanya Risa menatap kearah Ridwan.
"Maaf teman-teman, sebenarnya aku tidak tau jalan keluar dari area hutan ini. Aku merasakan sesuatu tidak enak disini. Aku usahakan untuk mencari jalan keluarnya dan kita bisa pulang sampai kerumah dengan selamat sebelum magrib tiba" ujar Ridwan menatap kearah keempat teman-temannya itu.
"Baiklah teman-teman, ikuti saranku, bagaimana kalo kita berjalan sambil berbaris? Gimana menurut pendapat kalian?" ujar Ridwan memberi saran kepada keempat teman-temannya itu.
"Kami setuju, Rid!" ujar Risa, Tiara, Roni dan Faisal secara bersamaan.
"Baiklah teman-teman, kita berbaris dengan rapi, aku akan memimpin jalan kalian di depan, sementara untuk Tiara dan Risa, harus berjalan di belakangku. Sisanya untuk bagian Roni dan Faisal, kalian berjalan di belakangnya Risa. Kalo kalian mendengar suara-suara aneh, jangan menengok ke belakang! Dan kita, jangan lupa untuk berdoa kepada Allah agar kita terhindar dari gangguan pada saat kita menuju perjalanan pulang sebelum sesuai instruksi ku, apakah kalian paham?" ujar Ridwan memberi saran kepada keempat teman-temannya itu.
~~~~~~~~~
Langit mulai berubah menjadi jingga pertanda langit akan berubah sebelum malam tiba, Ridwan beserta teman-temannya mulai melakukan perjalanan pulang dengan sangat kompak.
Di tengah perjalanan mereka, sebuah kabut muncul mulai menutupi area hutan, sehingga membuat pandangan kelima anak remaja itu sampai kebingungan karena kabut mulai menutupi jalan.
"Rid, kamu yakin tau jalan keluar dari area hutan ini? Soalnya kabut-kabut ini udah mulai menutupi jalan kita menuju ke rumah" kata Tiara mulai was-was kepada Ridwan.
"Jangan khawatir, Ra. Setidaknya kita pulang kerumah dengan selamat, jangan lupa sama saranku yang tadi, setidaknya kita berdoa kepada Allah agar kita bisa pulang dengan selamat" ujar Ridwan berusaha menenangkan Tiara dengan keadaan was-was sambil memimpin jalan ke depan.
Ketika kelima anak remaja itu mulai memasuki area hutan terdalam, mereka bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya, dengan menggunakan baju warna kuning pendek, memakai celana warna hitam panjangnya sebatas lutut serta menggendong karung berisi 1 ton rumput.
"Jam segini anak-anak mau pada kemana?" ujar seorang laki-laki tersebut
"Ini pak, kami berlima mau pulang kerumah, karena keasikan bermain kejar-kejaran jadinya kita lupa waktu dan tersesat di hutan ini" ujar Faisal dengan senyum ramah kearah laki-laki tersebut.
"Kalo kalian udah tau, ngapain kalian masih disini?" ujar laki-laki tersebut dengan senyum ramah.
Seketika mereka berlima terdiam sesaat sambil menatap kearah mereka berlima satu sama lain; ketika menjawab pertanyaan dari laki-laki tersebut, bulu kuduk mereka tiba-tiba berdiri.
"Kok ucapan bapak ini kayak aneh ya?" batin Tiara mulai curiga dengan ucapan dari laki-laki tersebut.
Tiba-tiba mereka di kejutkan dengan laki-laki tersebut berubah menjadi sesosok yang mengerikan; dengan ciri tubuhnya badannya penuh dengan goresan luka, kepalanya berdarah, posisi tubuhnya keadaan pincang, serta mengeluarkan aroma anyir darah yang begitu amis sehingga membuat orang ingin muntah karena tak kuat menahan bau amisnya dari laki-laki tersebut. Dan yang lebih menyeramkan nya lagi, sosok laki-laki tersebut menunjukkan senyuman yang menyeringai kearah kelima anak remaja tersebut. Melihat pemandangan laki-laki paruh baya berubah menjadi sesosok yang mengerikan, seketika kelima anak remaja itu merasa shock dengan hebat dan tak bisa berkata apa-apa.
"Astaghfirullah hal adzim!" ujar Ridwan dan Faisal mengucapkan kata istighfar dengan raut wajah terkejut secara bersamaan.
Mereka berlima sempat terdiam kaku begitu lama bagaikan es menyelimuti tubuh di mereka. Melihat kelima anak remaja terdiam tersebut, sesosok itu mulai menyeringai kearah kelima anak remaja tersebut sambil berkata.
"Udah tau menjelang sore masih aja keluyuran, sudah waktunya para demit untuk melakukan aktivitas seperti biasa, hahaha.... Sepertinya, kalian berlima harus ikut denganku, agar aku bisa mengantarkan kalian kerumah dengan selamat!" ujar sesosok laki-laki tersebut dengan wujud mengerikan itu.
Mereka berlima tubuhnya sempat bergetar sangat hebat, rasa ingin berlari meninggalkan sesosok laki-laki menyeramkan itu; cuma sayangnya badan kelima anak remaja itu tidak bisa di gerakkan. Sementara itu, Ridwan membaca doa serta ayat-ayat suci di dalam hatinya.
"Jangan takut, teman-teman! Kalian ingat sama saranku tadi? Bacalah doa di dalam hati! Jangan lupa baca ayat-ayat suci dan ayat kursi agar terhindar dari sosok menyeramkan ini!" ujar Ridwan memberikan nasihat kepada teman-temannya. Risa, Tiara, Roni dan Faisal mulai mengikuti instruksi dari Ridwan untuk membacakan ayat-ayat suci di dalam hati.
Tak lama kemudian, badan kelima anak remaja itu bisa di gerakkan lagi, kemudian mereka berlima mulai berlari meninggalkan sesosok laki-laki menyeramkan itu dengan sangat cepat, meskipun sesosok laki-laki menyeramkan itu masih berdiam di tempat sambil menatap kearah kelima anak remaja berlari sangat ketakutan.
Setelah kelima anak remaja meninggalkan sesosok laki-laki menyeramkan itu, seketika kelima anak remaja terdiam sebentar itu tiba-tiba merasakan hembusan angin kencang dari atas pohon sehingga daun pohon itu mulai berjatuhan ketanah. Dari arah kejauhan, mereka di kejutkan melihat bayangan kaki besar, tingginya setara 2 meter, karena terhalang kabut. Lama-kelamaan, kabut itu mulai memudar, mereka berlima melihat dengan jelas menatap kearah bayangan kaki besar itu dari kejauhan.
"A-apa itu?!" tanya Roni mulai gemetaran.
"I-itu..." ujar Risa dengan raut wajah shock menatap kearah bayangan kaki besar di depan itu.
"Lebih baik kita harus pergi dari sini, sebelum sosok tinggi besar itu mengejar kita!" ujar Ridwan mulai memberi peringatan kepada teman-temannya itu.
~~~~~~
Masih di area tengah hutan, kelima anak remaja itu melanjutkan perjalanan mereka sambil berlari meninggalkan sosok bayangan kaki besar itu, mereka berlima terus-menerus berlari mencari jalan keluar, alhasil mereka berlima tidak menemukan jalan keluar karena tersesat di tengah hutan tersebut.
"Kalau kita terus sampai begini, gimana mau bisa pulang coba?!" ujar Roni dengan nada kesal.
"Ron! Bisa gak sih gak usah gerutu dalam keadaan situasi genting seperti ini? Ini semua salahmu! Seandainya ucapanmu di jaga, kita semua gak bakalan kayak gini! Untung makhluk itu tidak mengejar kita!" ujar Faisal menatap kearah Roni dengan nada kesal.
"Kok aku yang disalahin? Emang gitu faktanya!" ujar Roni dengan nada tidak terima.
"CUKUP!!! MAU SAMPE KAPAN KALIAN BERDEBAT TERUS! LEBIH BAIK KITA CARI JALAN KELUAR AGAR KITA BISA PULANG KE RUMAH DALAM KEADAAN SELAMAT! MENGERTI KALIAN BERDUA?!" ujar Ridwan dengan amarahnya membuat Roni dan Faisal terdiam. Ridwan mulai menghela nafasnya dengan panjang sambil berkata.
"Lebih baik kita cari jalan keluarnya secepatnya, jangan lupa sama saranku yang tadi, mengerti?"
Mereka berempat mulai menganggukkan kepalanya dengan secara bersamaan.
Tak lama kemudian dari kejauhan, kelima anak remaja itu melihat cahaya dari balik pohon itu.
"Eh teman-teman! Sepertinya kita sudah menemukan jalan keluarnya!" ujar Tiara menatap kearah cahaya dari balik pohon tersebut.
"Tunggu apalagi? Ayo kita ikuti cahaya itu!" ujar Roni dengan nada gembira.
Kelima anak remaja itu mulai berlari menuju arah cahaya dari balik pohon itu, hingga kelima anak remaja itu meninggalkan area hutan belantara. Keempat anak remaja itu mulai terharu bahagia karena mereka bisa pulang dengan selamat; kecuali ekspresi nya Ridwan. Risa menatap kearah Ridwan terdiam lama menatap kearah perkampungan itu dengan raut wajahnya khawatir.
"Rid, ada apa? Bukannya kita senang, kita bisa pulang dengan selamat?" tanya Risa menatap kearah Ridwan.
"Ada yang tidak beres dengan area perkampungan ini, aku merasakan area perkampungan ini sangat berbeda dengan area perkampungan kita, Ris" ujar Ridwan menatap kearah Ridwan kearah Risa.
Ketika Risa dan Ridwan sedang berbicara; Tiara, Roni dan Faisal mulai khawatir menatap kearah Risa dan Ridwan.
"Kenapa Rid?" tanya Faisal khawatir.
"Aku merasa... Perkampungan ini seperti perkampungan era tahun 40 an" ujar Ridwan menatap kearah Faisal.
Ridwan terdiam lama sambil menatap kearah sekitar perkampungan tidak mereka kenal.
~~~~~~~~
Perkampungan itu sangatlah asing bagi kelima anak remaja itu. Penduduk di area perkampungan itu, mengenakan pakaian jadul jaman sebelum Indonesia merdeka, rumahnya terbuat dari kayu ataupun anyaman jerami, menumbuk padi menggunakan alat penumbuk padi, hidup masyarakat nya dengan bahagia dan sejahtera, apalagi nuansanya bikin kita ternostalgia kembali ke jaman dulu.
Dari kejauhan, Tiara menatap kearah nenek yang sedang menumbuk padi nya di depan halaman rumahnya.
"Teman-teman, bagaimana kalo kita tanyakan jalan pulang kita ke nenek itu agar kita bisa pulang dengan selamat?" ujar Tiara berbicara dengan keempat teman-temannya, bahkan Tiara menunjukkan kearah nenek sedang menumbuk padi nya.
"Boleh. Kedengaran bagus kalo kita bertanya kepada nenek itu agar kita bisa menanyakan jalan keluar kita bisa pulang dengan selamat" ujar Faisal menyetujui pendapat dari Tiara. Mereka berempat setuju pendapat dari Tiara; kemudian kelima anak remaja itu menghampiri nenek itu sambil menumbuk padi.
Setibanya di di depan rumahnya nenek, nenek itu malah menatap kearah kelima anak remaja itu.
"Loh, anak-anak? Kenapa kalian bisa tersesat di perkampungan gaib ini?" tanya nenek itu menatap kearah kelima anak remaja itu sambil tersenyum.
Seketika kelima anak remaja itu terdiam mendengar perkataan dari nenek tersebut.
"P-perkampungan gaib?" ujar kelima anak remaja itu dengan raut wajah terkejut.
"Iya nak, udah sering nemu pelancong yang tersesat disini, nenek udah tau kok" ujar nenek dengan raut wajah tersenyum sambil memegang alat penumbuk padi nya.
"Nek, bolehkah kami bertanya, sebenarnya kami tersesat di hutan karena lupa waktu keasikan bermain dan tanpa sengaja kami masuk ke area perkampungan ini. Kami mengira perkampungan ini mirip seperti perkampungan kami tinggali. Kami tidak tau tau harus bagaimana agar kami bisa keluar dari perkampungan ini. Orang tua kami pasti khawatir melihat anaknya tidak pulang" ujar Ridwan menjelaskan kejadian semuanya terhadap nenek.
Nenek itu mulai memahami maksud perkataan dari Ridwan sambil menghela nafasnya.
"Nak, seharusnya kalian semua udah tau, sebelum matahari terbenam, kalian semua harus berada di rumah. Soalnya sore menjelang malam, pergantian waktu akan di gantikan oleh aktivitas para makhluk tak kasat mata, apalagi jika anak-anak di usia seperti kalian masih bermain menjelang malam tiba, akan berbahaya nanti jika makhluk tak kasat mata mulai mengganggu kalian, mengerti?" ujar nenek itu memberi nasihat kepada kelima anak remaja itu dengan nada lembut.
"Kami minta maaf, nek. Kami berjanji akan pulang lebih awal sebelum matahari terbenam" ujar kelima anak remaja itu dengan nada menyesal dan penuh rasa bersalah.
Melihat tatapan dari kelima anak remaja itu, hati seorang nenek tersentuh menatap kearah kelima anak remaja itu sambil memberikan saran.
"Jika kalian ingin keluar dari area perkampungan gaib ini, setidaknya kalian ikuti jalan yang gelap gulita itu. Ingat pesan nenek, kalian semua jangan menengok kearah belakang, teruslah berlari kearah depan, kalian akan menemukan sebuah cahaya itu agar kalian bisa keluar dari area perkampungan ini sebelum adzan berkumandang. Apakah kalian paham saran dari nenek, anak-anak?" ujar nenek tersebut memberi saran kelima anak remaja itu.
"Baiklah nek, terima kasih sudah memberitahukan kami jalan keluar nek!" ujar kelima anak remaja itu secara bersamaan.
"Kalo begitu, pergilah nak. Semoga kalian semua bisa pulang kerumah dengan selamat. Dan jangan lupa ikuti pesan dari nenek" ujar nenek dengan raut wajahnya tersenyum.
Ketika kelima anak remaja itu mendengar pesan dari nenek tersebut, kelima anak remaja itu mulai berpamitan dengan nenek tersebut dan meninggalkan rumah nenek tersebut.
Kelima anak remaja itu mulai melanjutkan perjalanan mereka sambil berlari kearah jalan yang begitu gelap gulita sebelum mereka berlima menemukan sebuah cahaya terang dari sana.
Ketika kelima anak remaja itu berhasil keluar dari area hutan dan perkampungan gaib; mereka berlima tiba di depan musholla kecil tepat sebelum adzan magrib berkumandang.
Kelima anak remaja itu mulai menangis terharu sambil memeluk satu sama lain karena bisa keluar dari perkampungan gaib berkat pesan dari nenek tersebut.
"Alhamdulillah akhirnya kita bisa pulang dengan selamat berkat pesan dari nenek tadi!" ujar Tiara, Risa, Roni, Faisal dan Ridwan menangis bahagia.
Tak lama kemudian, muncul seorang ketua RT yang bernama Pak Saleh hendak memasuki musholla.
"Kalian semua habis darimana anak-anak? Orang tua kalian mencari kalian kemana-mana" tanya Pak Saleh itu menatap kearah kelima anak remaja itu.
"Sebenarnya kami tersesat tanpa sengaja memasuki area hutan dan juga kami tidak sengaja memasuki area perkampungan gaib, pak. Dan akhirnya kami semua bisa keluar dari perkampungan gaib itu berkat pesan dari nenek tadi" ujar Ridwan menjelaskan semua kejadian kepada Pak Saleh ketua RT itu.
Pak Saleh menganggukkan kepalanya sambil menghela nafas panjangnya.
"Anak-anak, kalian tau tidak, sebenarnya kalian menghilang selama 2 hari" ujar Pak Saleh menatap kearah kelima anak remaja itu.
Seketika kelima anak remaja itu mulai terkejut mendengar ucapan dari Pak Saleh.
"H-hilang 2 hari?" ujar kelima anak remaja itu dengan nada tidak percaya.
"Iya nak, kalian semua hilang selama 2 hari, karena bapak mendapat laporan dari orang tua kalian, kalo anak-anak mereka belum pulang. Bapak dan para warga sepakat untuk mencari kalian kemana-mana hingga berkeliling satu kampung untuk mencari kalian sampe bapak dan para warga sempat berpencar untuk kalian. Alhasil, para warga tidak menemukan jejak satupun dari kalian. Para warga terpaksa menghentikan pencarian kalian, sehingga membuat tangisan orang tua kalian pecah mencari kalian" ujar Pak Saleh menjelaskan semuanya kelima anak remaja itu.
Kelima anak remaja itu akhirnya menyesali perbuatan mereka karena keasikan bermain lupa waktu.
Pak Saleh menghela nafasnya sambil berkata.
"Setelah selesai sholat magrib, nanti bapak antarkan kalian semua untuk menemui orang tua kalian" ujar Pak Saleh dengan raut wajah tersenyum.
Pak Saleh dan kelima anak remaja itu mulai memasuki area musholla untuk menjalankan sholat berjamaah.
Beberapa menit kemudian, Pak Saleh mengantarkan kelima anak remaja itu ke rumah orang tua mereka masing-masing. Melihat kelima anaknya kembali dengan selamat, tangis pecahnya orang tua itu mulai memeluk anak-anak mereka pulang dengan keadaan selamat. Pak Saleh sempat terharu melihat anak-anaknya bisa pulang dengan selamat.
Cerita yang kita ambil, janganlah pulang terlalu larut, apalagi untuk anak-anak, soalnya pergantian waktu para makhluk halus mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Dan juga, berhati-hatilah pada saat kita berucap, ntah itu di pegunungan, tempat suci, hutan dan lain-lain harus berperilaku sopan; agar terhindar dari tidak yang diinginkan.
Tamat