......... Selamat membaca📖..........
Sinopsis!
Alettha xaviera levania gadis dengan pergaulan bebas yang mengakibatkan dirinya kurang mengenal adab dan ilmu agama, hingga pada ahkirnya sang ayah memasukkan adara ke pesantren yang ternyata berbarengan dengan seorang laki-laki rock and roll dan bad boy yang alettha kenal.
—
Disebuah club malam terlihat seorang gadis yang memakai dress mini ditemani dengan teman-temanya, mereka terlihat bersenandung riang dengan minuman yang mereka pegang. Hingga tiba-tiba saja, suara sirine polisi mengejutkan semua orang yang ada didalam sana termasuk Alettha xaviera levania
Semua orang segera keluar dengan terburu-buru hingga menabrak satu sama lain sampai tersungkur ke lantai, Alettha sendiri segera berlari keluar berharap jika polisi belum ada diluar sana.
Tapi sialnya high heels yang dia pakai mengangunya berlari, hingga mau tak mau adara membuka high heels tersebut dan membawanya dengan tangannya.
Tapi lagi-lagi ada hal yang membuat alettha harus terhenti. "Shit!" Alettha tak sengaja menabrak orang yang membuat gitar listrik orang itu terjatuh ke aspal.
"Woy lo jalan gak pake mata ya? liat tuh gitar mahal gue jatoh, kalo sampe rusak lo harus tangung jawab!" Bentak orang itu.
Alettha menatap laki-laki dengan penampilan badboy didepannya, memakai slayer jeans robek-robek dan jaket kulit berwarna hitam.
"Sorry gue gak sengaja" Ucap Alettha yang hendak pergi tapi laki-laki itu malah menahan nya.
"Enak aja lo malah cabut gitu aja, kalo diliat-liat lo kayaknya perempuan malam ya?" Ucap laki-laki itu asal menebak.
Alettha menghempaskan tangan laki-laki itu lalu menatap tajam ke arahnya. "Maksud lo gue lonte gitu? heh jangan mentang-mentang dandanan gue kayak gini lo ngira gue lonte, gini-gini gue anak baik-baik" bentak Alettha
"Anak baik-baik kok malah keluyuran tengah malem? gak salah tuh!" Ejek laki-laki itu yang membuat alettha kesal.
Alettha kemudian menjambak rambut laki-laki itu, yang tentu saja laki-laki itu terkejut dengan apa yang dilakukan gadis itu padanya.
"Woy sakit njir lo apa-apaan sih?"
Mereka pun beradu tangan dan saling menjambak, tapi laki-laki itu hanya menahan pergerakan tangan adara yang bringas.
"Heh ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut disini?!" Polisi tiba-tiba saja datang mereka berdua pun langsung berhenti dan melirik polisi itu.
"P-pak polisi?.. " Lirih Alettha
"Kamu jangan-jangan termasuk anggota club ya?" Tanya polisi itu.
"B-bukan pak.. s-saya cuma lewat sini doang. " Jawab Alettha gugup.
Polisi itu menatap Alettha tajam, dan polisi itu terlihat tak percaya dengan perkataan adara barusan.
"Mari ikut saya ke kantor polisi, dan kamu juga" Ucap polisi itu mengejutkan keduanya.
"Loh pak saya salah apa? saya cuma numpang parkir motor disini dan saya bukan dari club itu, kalo nih cewek kayaknya sih iya" Ucap laki-laki itu membela dirinya.
Alettha sendiri tak lagi berbicara dia hanya bisa pasrah dengan semuanya, polisi itupun membawa adara dan laki-laki rock and roll itu.
—
"Anda orang tua dari saudara alettha?"
"Iya pak saya ayahnya"
"Kami menemukan anak bapak di club malam yang pada saat itu kami sedang merazia dijalan, dan karna club malam tersebut tidak mematuhi peraturan yang tidak boleh menyediakan minuman keras dan judi, Dan karna anak bapak termasuk tamu disana maka kami akan menahannya semalam untuk diperiksa tentang obat-obatan terlarang yaitu nark0ba" Ucap polisi itu membuat ayah alettha tercengang tidak menyangka jika anaknya seperti itu.
"Iya pak lakukan apapun itu jika demi kebaikan semuanya, saya titip anak saya pak" Pasrah ayah alettha dengan menundukkan kepalanya.
"Baik pak, terimakasih atas kerja samanya" Ayah Alettha hanya mengangguk lemah sebagai jawaban.
Sementara disini lain ibu dari laki-laki bernama gibran hanggara datang dengan wajah khawatir.
Lalu kemudian Gibran duduk dikursi bersama dengan ibunya yang baru datang. "Permisi pak saya ibu dari anak ini" Ucap ibu gibran yang bernama hanum.
"Ah iya bu, terimakasih atas kedatangannya. kami disini menangkap anak ibu karna curiga jika anak ibu termasuk anggota dari club malam"
"Apa pak? club malam, astaghfirullah gibran!" Teriak hanum tak percaya seraya menatap anaknya yang hanya bisa diam.
"Kami terpaksa harus menahan anak ibu untuk semalam hanya sekedar memeriksanya, jika memang terbukti anak ibu tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang maka besok itu juga anak ibu boleh keluar" Ucap pak polisi.
"I-iya pak, tapi saya yakin anak saya tidak mungkin mengunakan hal seperti itu walaupun tampilannya seperti preman sekalipun" Ucap ibu Hanum, gibran yang mendengar nya sedikit tersindir.
'Jadi selama ini mama ngeliat gue kayak preman?' Batin gibran.
Setelah itu gibran ditinggalkan lalu dibawa masuk ke jeruji besi, gibran benar-benar tak menyangka hal ini akan terjadi padanya, padahal dia hanya makan direstoran dekat club itu saja.
"Ini semua gara-gara cewek malem itu, gitar gue juga rusak gara-gara dia pokoknya kalo sampe ketemu lagi gue sentil dahinya eh gak gue cubit hidungnya sampe merah!"
—
Keesokan paginya gibran dan alettha bebas dari pemeriksaan karna mereka terbukti tidak memakai obat-obatan terlarang, tapi teman alettha harus ditahan karna terbukti positif memakai nark0ba.
Alettha sedih melihat itu tak menyangka jika temannya menggunakan nark0ba, Saat sampai diluar kontor polisi supir pribadi ayahnya ternyata sudah datang menjemput alettha, dia pun segera masuk kedalam mobil.
Sementara gibran baru saja keluar tapi ternyata ibunya tak datang menjemputnya, melainkan pembantu nya.
"Kenapa bibi yang jemput? mamah sibuk?"
"Iya den, dan juga bibi disuruh ngasih ini ke aden. Kalo gitu bibi permisi ya" Ucap pembantu itu yang kemudian menyerahkan koper serta surat pada gibran.
"Ini maksudnya apa lagi?!" Gibran membuka surat tersebut lalu membacanya.
[Kalau kamu sayang sama mamah, datang kesini dan tinggal disana jadilah anak laki-laki yang mengenal adab dan ilmu agama] Tulis hanum.
Gibran tersenyum miris setelah membaca surat itu, dia tak menyangka mamahnya akan melakukan hal ini. Yaitu memasukkan ke dalam pesantren.
—
"Loh pak agus, ini kan jalanya bukan ke arah rumah? bapak mau bawa Alettha kemana?" Tanya alettha menjadi bingung saat menyadari jika jalan yang menuju rumahnya bukan lah mengarah ke sini.
"Bapak cuma disuruh sama tuan, non." Sahut sopir itu.
"Disuruh apa sama ayah?"
"Non nanti liat aja ya" Ucap pak sopir, yang membuat alettha kebingungan.
Hingga tibalah dia dipesantren yang bertuliskan Ar-rahman, alettha langsung kaget melihat itu. Pak sopir pun berhenti tepat di depan pesantren dengan nuansa alam dengan sungai dibelakangnya.
"Ini maksudnya apa pak? ayah nyuruh alettha buat masuk ke pesantren?" Tanya alettha matanya terlihat berkaca-kaca.
"Iya non, katanya supaya non bisa belajar dari kesalahan dan juga agar non lebih tau bagaimana caranya seorang gadis berpakaian yang sebenarnya"
Alettha menangis mendengar ucapan pak supir, bagi alettha ayahnya membuangnya ke sini bukan untuk belajar apapun.
Alettha keluar dengan koper yang sudah disiapkan, seketika semua orang yang ada di pesantren itu menatap alettha. Karna pakaiannya yang terbuka serta rambut yang diwarnai.
"Santriwati baru ya? tapi kok dandanannya kayak gitu sih?"
"Astagfirullah, terbuka banget pakaiannya"
"Astagfirullah mata ku jadi ternodai!"
"Ihh kayak wanita malem"
Cibir seorang santriwati saat melihat kedatangan alettha, alettha sendiri masih tetap diposisinya tak bergerak sama sekali sementara mobil ayahnya sudah lama pergi.
Alettha menghapus air matanya lalu mulai menarik kopernya untuk masuk kedalam pesantren, Tapi baru sekitar tiga langkah Alettha tiba-tiba saja di kejutkan oleh Seseorang laki-laki bertampang badboy, lalu laki-laki itu turun dari motor kawasakinya.
Dan saat Alettha melihat wajah dari laki-laki tersebut segera dia mempercepat langkahnya, tapi naasnya tiba-tiba saja laki-laki tersebut malah menahan pergerakannya.
"Eh tunggu, lo kan cewek yang semalem yang nabrak gue sampe gitar listrik gue rusak dan gara-gara lo juga gue harus masuk ke pesantren!" Ucap gibran penuh dengan kekesalan jika mengingat kejadian semalam.
Alettha berbalik lalu menatap tajam laki-laki yang belum dia tau namanya itu. "Heh lo jangan nyalahin semuanya sama gue dong, asal lo tau ya kalo malem itu lo gak nahan gue mungkin gue juga gak akan dimasukin ke pesantren ini begitu pun lo!" Bentak Alettha kemudia, dia juga tak kalah kesal dari laki-laki didepan nya ini.
"Gue gak mau tau soal itu, yang penting lo harus tanggung jawab!"
"Tangung jawab apasih? soal gitar listrik lo, tenang aja gue bakal ganti tapi saat gue udah keluar dari tempat ini!"
"Gue maunya sekarang!"
"Ya gue gak ada uang!""
"Lo, ya!" Gibran kemudian mendekat dan mencubit hidung alettha hingga membuat alettha kesakitan.
"Lo apa-apaansih? sakit njir!" Alettha kemudian membalas dengan menjambak rambut gibran dan jadilah pertempuran lagi diantara keduanya.
"Astagfirullah, kalian ya! berhenti!" Ucap seorang laki-laki paruh baya yang dijuluki ustadz sobri.
Keduanya pun menghentikan aksi mereka.
"Astagfirullah, kalian ini santriwati dan santriwan baru kan? Kamu pasti alettha anak dari Pak jaya dan kamu pasti gibran anak dari bu hanum" Ucap ustadz sobri.
"Lah iya kok lo tau?" Bingung gibran dengan tak sopan berbicara.
"Iya kok tau?" Sahut Alettha a.
"Ibu kamu dan juga ayah kamu telah menitipkan kalian ke saya, jadi selamat datang di pesantren Tsuraya" Jawab ustadz sobri sambil tersenyum.
"Kamu gibran ikut saya, dan kamu bisa ikut dengan cantika santriwati senior sekaligus keponakan saya" Ucap ustadz sobri, yang kamudian dari belakang muncul lah cantika dengan senyuman manis serta hijab yang dia kenakan.
"Asalamualaikum, aku cantika" Ucap cantika sambil mengulurkan tangannya kepada alettha.
Alettha terdiam tak menanggapi, lalu tiba-tiba gibran malah menyerobot ingin berkenalan dengan cantika tapi cantika langsung menarik uluran tangannya, dan itu membuat gibran kebingungan.
"Lah kenapa gue juga mau kenalan" Ucap gibran yang heran dengan sikap cantika.
"Maaf tapi kita bukan muhrim, boleh kenalan tapi jangan menyentuh tangan" Sahut cantika memberikan penjelasan pada gibran.
Gibran menarik tangannya dengan perasaan kecewa. Sementara itu alettha malah terlihat mentertawakan gibran.
Gibran langsung melirik alettha yang berada disamping nya. "Kenapa? ada yang lucu?! inget ya utang lo banyak sama gue!" Bentak gibran.
"Sudah-sudah, lebih baik kamu ikut dengan cantika" Suruh ustadz sobri pada alettha, yang kemudian alettha segera menarik kopernya lalu mengikuti cantika yang berada didepannya.
Gibran dengan santai malah mengikuti dua gadis itu hingga ustadz sobri langsung mencegahnya. "Kamu ikut saya tapi bukan kesana melainkan kesini!" Mendengar itu gibran berdecak lalu dengan pasrah mengikuti ustadz sobri.
—
"Kamu tidur disini, dan kita sekamar bisa bertiga. oh iya nama kamu siapa?" Tanya cantika.
Mereka kini tengah dikamar para santriwati.
"Gue Alettha, jadi tempat tidurnya cuma segede gini?" Jawab alettha jutek, sungguh perbedaannya sangat jauh dengan tempat tidurnya di rumah saat melihat tempat tidur dipesantren ini.
"Iya, maaf ya kalo kekecilan tapi menurut aku ini udah pas kok" Sahut cantika ramah.
"Gapapa, oh iya kalo kamar mandinya dimana?"
"Kamu mau mandi? kebetulan sebentar lagi dzuhur sekalian wudhu ya, nanti kita sholat berjamaah. tapi disini kamar mandinya cuma ada lima jadi kalo misalnya kamu telat bangun berarti kamu mau gak mau harus ngantri" jelas Cantika.
Alettha terdiam sesaat memikirkan kehidupan nya nanti dipesantren ini, pasti dia tak akan betah. 'Pokoknya gue harus cari cara supaya bisa kabur darisini!' Batin alettha.
"Yaudah ayo aku anter ke kamar mandi"
"Hm.. "
—
"Allahuakbar.. Allahuakbar.. "
Adzan dzuhur berkumandang, para santri segera bersiap untuk ke masjid sementara gibran malah ketiduran.
"Asalamualaikum pak kiyai." Ucap salah seorang santriwati.
"Wa'alaikumussalam, kenapa yuda?" Jawab pak kiyai lalu bertanya.
"Anu pak kiyai itu anak baru sudah saya ajak sholat berjamaah tapi malah tidur" Jawab yuda.
Pak kiyai terlihat menghela nafasnya, lalu kemudian berucap. "Ya sudah coba kamu bangunkan lagi, kalau memang tak bangun juga. sudah ditinggal kan saja"
yuda mengangguk mengerti dia kemudian pamit untuk membangunkan gibran.
Disini lain Alettha tengah kebingungan dengan kerudung yang akan dia pakai, Alettha tak tau caranya memakai kerudung tersebut karna bingung yasudah alettha pakai asal lalu dia berjalan menuju masjid.
Gibran tersentak kaget saat sebuah air mengenai wajahnya, dan saat dia membuka matanya terlihat seseorang tengah tertawa.
"Maaf ya saya ngelakuinnya terpaksa, ayo bangun sholat berjamaah ditunggu sama pak kiyai di masjid" Ucap yuda masih sedikit cekikikan.
"Ck, kalo mau sholat ya sholat aja gak usah ngajak-ngajak!" Bentak gibran lalu kembali memejamkan matanya, tapi yuda sendiri belum selesai dengan rencananya agar gibran bangun.
"Denger-denger kalo lo gak mau bangun katanya sih bakal dihukum baca istighfar 1000 kali, kalo gue jadi lo sih mending sholat daripada baca istighfar sebanyak itu" Ucap yuda menakut-nakuti gibran, dan berhasil. Gibran langsung bangkit dari tidurnya.
"Yaudah yaudah gue sholat ribet banget sih pak kiayi, sana lo pergi duluan nanti gue nyusul!" Ucap gibran kesal, yuda pun langsung pergi sambil tersenyum puas.
Gibran mengacak-acak rambutnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk bebersih.
Sekitar 8 menit gibran terlihat berjalan menuju masjid, dengan pakaian yang sama hanya beda warna kaos dan celana saja.
Tapi tak disangka gibran justru berpapasan dengan cantika yang baru saja ingin masuk ke masjid juga, gibran menatap cantika yang menundukkan pandangannya seolah engan melihat wajah gibran.
"Perasaan gue gak jelek-jelek amat, sampe dia gak mau ngeliat gue gitu" Gumam gibran yang tentunya tak terdengar oleh cantika.
"Lo bisa duluan" Ucap gibran karna sedari tadi cantika hanya berdiam diri saja.
"Makasih" Sahut cantika yang kemudian pergi terlebih dahulu ke dalam masjid.
Gibran baru akan melangkah masuk tapi tiba-tiba saja Alettha datang dengan terburu-buru hingga tak sengaja menabrak gibran.
Gibran yang hampir tersungkur langsung melihat allettha penuh emosi. "Lo itu hobi banget ya nabrak gue?!" Bentak gibran.
"Maaf maaf gue gak sengaja abisnya lo ngapain ada ditengah jalan? Kan kalo orang lewat jadinya susah!" Ucap Alettha sambil memperbaiki kerudung yang dia pakai.
"Jadi maksud lo ini salah gue? Hah, Gak habis pikir gue sama cewek kayak lo!"
"Apa? Maksud lo cewek kayak gue kenapa?!" Alettha tersindir dan langsung membentak gibran.
"Pikir aja sendiri kalo lo punya kaca ya ngaca!" Bentak gibran yang kemudian pergi meninggalkan Alettha yang terlihat kesal.
"Apaansih tuh cowok, gak jelas!"
Didalam ternyata kedatangan gibran sudah ditunggu-tunggu oleh pak kiyai dan ustadz disana, mereka ingin mengetes gibran dengan komat.
"Nah ini dia pak kiyai pak ustadz, orangnya datang juga" Ucap yuda lalu menarik gibran agar maju kedepan.
"Kenapa nih?" Tanya gibran bingung.
"Gibran katanya pak kiyai sama pak ustadz mau denger kamu komat, jadi ayo komat sana biar kita juga bisa cepet sholat" Jelas yuda yang membuat gibran gugup luar biasa, pasal nya dia tak tau komat itu apa.
"Komet?.. " Tanya gibran pada yuda.
"Bukan komet tapi komat, masa gak tau" Jawab Yuda, gibran berpikir sejenak lalu kemudian mengangguk mengerti.
"Oh komat, ck gampang. gitu doang mah gue tau!" Ucap gibran lalu dengan penuh percaya diri dia maju kedepan dan memegang mic.
Semua orang di dalam masjid tampak memperhatikan gibran, alettha yang berada dibarisan pertama tepat disamping cantika juga memperhatikan gibran.
Lalu kemudian gibran berbalik ke depan menatap semua santri serta ustadz dan kiyai. "AYOO SEMUANYA KOMATTT!" Teriak gibran yang membuat semua orang terkejut dan ada juga yang tertawa.
Sementara cantika mengucapkan istighfar, kalo Alettha sudah pasti mentertawakan gibran.
"Astaghfirullah, komat bukan seperti itu gibran" Ucap pak ustadz sobri sambil mengelus dada.
"Terus gimana sih? gak tau gue" Sahut gibran menjadi bingung sendiri.
"Yasudah Yuda kamu saja yang komat" Suruh pak kiyai, pun maju kedepan dan mengambil mic yang dipegang gibran.
Gibran berjalan menuju barisan paling belakang yang dibelakang tersebut terdapat batas seorang perempuan dan laki-laki, Gibran melirik ke arah cantika yang juga melirik ke arahnya.
Cantika kemudian segera menundukkan pandangan nya, Gibran menjadi bingung dengan sikap gadis itu. Sementara Alettha malah terlihat mentertawakan nya, gadis itu lalu membuat kata-kata 'payah' dengan gerakan mulut pelan agar dapat dimengerti Gibran.
Gabran yang mengerti itupun langsung menatap Alettha tajam. Sementara Alettha malah menjulurkan lidahnya mengejek Gila
"Awas tuh cewek!" Gumam Gibran.
.
.
.
Bersambung...etyy