Kedekatan Rangga dan Naira menjadi buah bibir dikalangan teman-teman mereka. Kedekatan layaknya sepasang kekasih itu membuat keduanya menjadi pasangan yang di idamkan orang-orang sekitar mereka. Tanpa tahu, mereka hanya dua insan yang kebetulan bertemu dan menemukan kecocokan dalam kedekatan mereka tanpa ingin melibatkan perasaan yang lebih mendalam.
"Kak Rangga, boleh kan hari ini aku ikut pulang bareng? Boleh lah, masa nggak boleh. Kamu pasti gak bakal rela kalo lihat aku jalan kaki kan," bujuk Naira, saat ini keduanya sedang berada dilapangan basket. Naira baru saja menyelesaikan latihannya sebagai anggota cheerleaders dan Rangka selesai berlatih basket.
"Gak bisa Nai, sorry hari ini aku ada janji sama seseorang jadi gak bisa nganterin kamu pulang. Aku duluan ya," tolak Rangga.
Kecewa? Ya,selama ini meskipun hubungan keduanya hanya sebatas teman Rangga selalu menuruti permintaannya. Bohong kalo Naira tidak memiliki perasaan apapun pada Rangga, karena pada kenyataannya gadis itu telah jatuh hati pada Rangga seiring banyaknya perhatian yang pemuda itu berikan padanya.
Naira pun pulang dengan sedikit rasa kecewa dihatinya. Saat melintasi sebuah cafe, tatapannya tertuju pada satu objek disalah satu meja pengunjung. Itu Rangga, sedang tertawa bersama seorang gadis cantik bahkan sangat cantik. Rangga tampak terlihat bahagia tanpa sedikitpun terlihat ada beban seperti yang pemuda itu selalu tunjukkan saat bersamanya. Naira tersenyum, menguatkan hatinya yang saat ini sedang menjerit seolah tak kuat menahan rasa sakitnya.
Rangga sedang berbincang dengan gadis cantik itu tak sengaja menoleh keluar dan melihat Naira yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu. Pemuda itu tertegun, "kamu kenapa?" Tanya gadis yang berada di hadapannya.
"Gak ppa, habis ini mau kemana lagi?"
.
Sejak kejadian itu, Naira menjauh dan memutuskan untuk keluar dari club. Hubungan keduanya yang semula dekat kini menjauh, Naira yang biasanya ceria dan selalu bersikap manja pada Rangga kini selalu diam dan jarang menanggapi bahkan selalu menghindar.
"Kamu lagi ada masalah ya sama kak Rangga?" Tanya Viola, sahabat Naira dengan wajah penuh tanya.
"Masalah? Nggak, lagian kenapa nanya gitu? Karena kita udah gak dekat lagi? Atau karena aku udah gak pernah gangguin dia lagi?" Elak Naira.
"Bukan gitu, selama ini kan kalian selalu lengket kek perangko kok tiba-tiba saling menjauh sih? Anak-anak yang lain aja sampai heran gak biasanya kalian saling menghindar gini."
"Emang kita sedekat itu ya? Aku sama dia dekat cuma karena perintah mama aku, mama sama nyokapnya kan sahabat tetangga juga jadi ya gitu. Jelas kita dekat, dan sekarang aku ngerasa yakin bisa jaga diri aku sendiri." Ucap Naira beralibi.
"Serius?!" Kaget Viola, yang dijawab anggukan kepala Naira.
"Udah, stop gak usah nanyain apapun tentang dia lagi."
Sore itu, Naira baru saja keluar dari ruang UKS setelah tertidur saat jam kosong. Saat ini suasana mulai sepi, hanya tersisa anak-anak organisasi yang sedang latihan ataupun rapat. Naira berjalan pelan menuju gerbang sekolah, langkahnya lesu, wajahnya kuyu khas bangun tidur. Dengan kondisi yang masih sedikit mengantuk, gadis itu berjalan dengan kepala tertunduk.
Dugg
"Aww, sorry aku gak sengaja," ucap Naira saat tak sengaja menabrak seseorang. Saat mengangkat kepalanya, gadis itu terkejut karena orang yang ditabraknya justru adalah Rangga. Pemuda yang selalu dihindarinya beberapa waktu ini.
"Kamu gak ppa?" Tanya Rangga
"Hmm, aku baik. Sekali lagi maaf ya aku gak sengaja." Jawab Naira
"Kamu baru mau pulang? Mau bareng gak?" Tanya Rangga lagi.
"Iya, tapi gak perlu. Aku masih ada urusan sebelum pulang," tolak Naira
"Kamu lagi marah ya sama aku? Kok tiba-tiba ngejauh? Aku ada salah sama kamu?"
"Nggak kok, bukannya emang seharusnya kayak gini ya? Lagi pula aku gak mau anak-anak sama teman-teman yang lain semakin salah paham sama kedekatan kita. Menurut aku dengan menjauh gini udah tepat kok." Elak Naira.
"Ohh,padahal kamu gak perlu ngurusin pandangan mereka. Oh iya, aku hampir aja lupa. Nih, datang ya. Kalo gitu aku duluan,"
Naira menatap undangan ditangannya dengan tatapan bingung. "Malam ini? Udahlah, aku juga gak ada niatan buat datang kok," dengan kesadaran penuh Naira membuang undangan itu ke tempat sampah.