Hujan turun deras malam itu. Reza, agen rahasia pemerintah, berlari di antara gedung tua dengan luka di bahunya. Ia membawa chip berisi data korupsi pejabat tinggi — bukti yang bisa mengguncang negara.
Dari kejauhan, terdengar suara sepatu berlari. “Serahkan datanya, Reza!” teriak Dimas, rekannya yang ternyata berkhianat. Reza menatap dingin. “Aku tidak akan biarkan mereka menang.”
Peluru beterbangan, menghantam tembok dan kaca. Reza berlindung di balik mobil, lalu menembak balik. Ledakan kecil mengguncang jalan sempit itu. Dimas terjatuh, sementara Reza berjalan perlahan mendekat.
Dengan sisa tenaga, Reza mengaktifkan alat kecil di tangannya — mengirim data itu ke pusat. “Kebenaran akan tetap hidup,” katanya pelan sebelum pasukan tiba dan lampu merah biru memenuhi langit malam.