Tak ku sangka pernikahan yang selama ini ku jaga dengan baik hancur dalam satu malam oleh pria brengsek yang baru kembali dari luar negeri, istri ku terpincut dengan si brengsek itu, mencampakkan ku dan putra kami yang sekarang berusia sepuluh tahun.
Wanita yang ku cinta sepenuh hati menghancurkan hatiku berkeping-keping tanpa rasa bersalah sedikitpun, pergi mencampakkan ku tanpa menoleh kebelakang, tanpa memikirkan putraku yang malang yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Namaku Theodore Alesandro, tepat di usiaku 37 tahun hidupku seolah-olah lenyap karena ulah istriku sendiri. Pernikahan yang sudah ku jaga lebih dari dua belas tahun dihancurkan dalam satu hari oleh pendatang baru yang
mengoceh pernikahan ku, merayu istri ku dengan iming-iming menikahinya dan memberikan kehidupan lebih baik untuknya. Aku mencintainya, sampai sesakit ini karena ulahnya.
"Emily, kumohon padamu jangan terlalu bergaul dengan pria lain, kau ini istriku." Ujar Theodore, ia sudah mencoba bersabar dengan sifat istri nya yang membuat gosip semakin memanas dikalangan tempat tinggal mereka. Emily hanya memutar bola matanya, terlihat acuh tak acuh dengan peringatan sang suami.
"bilang aja kamu cemburukan, kan aku udah berapa kali bilang sama kamu kalau aku gak ada hubungan apapun sama Devan. Itu cuma gosip, gak ada bukti." Ujarnya dengan nada ketusnya jelas berbohong, tidak ada bukti? Jelas-jelas Theodore melihat Emily sendiri, dengan mata kepalanya sendiri sedang berbocengan dengan pria lain, dan sekarang dia menyangkalnya dengan wajah begitu santai?
"Gak ada bukti? Cuma gosip? Kamu pikir aku gak lihat kamu sama si Sialan itu? aku udah mencoba bersabar sama kamu Emily, aku muak sama tingkah kamu." Bentak Theodore sudah habis kesabaran menghadapi sang istri.
"Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu lakuin dibelakang aku selama ini? Kamu pikir aku gak tau kalau kamu sering keluar malam buat ketemuan sama B*jingan itu, buat telfonan sama dia. kamu pikir aku bodoh?!" Emily sendiri ikut tersulut karena bentakan Theodore.
"YA KAMU BODOH KARENA MISKIN, GAK BECUS NYARI DUIT, DAN GAK BECUS JAGA PENAMPILAN. AKU TUH BOSEN SAMA KAMU MAS, AKU MUAK SAMA PERNIKAHAN KITA." Ujar Emily meninggalkan nada bicaranya, wajahnya memerah karena marah, nafas terengah-engah.
Rahang Theodore terkantum, menahan emosi. Tangannya terkepal sampai melukai telapak tangannya sendiri, menahan diri agar tidak menampar istrinya. Kilatan marah terlihat jelas di mata Theodore, tak pernah semarah ini sebelumnya, bahkan pertama kali merasakan ingin menampar wajah istrinya.
"Kalau begitu silahkan pulang kerumah orang tuamu untuk sementara waktu, kemasi baju-baju mu, dan jangan kembali kerumah ini jika kau tak menyadari kesalahan mu Emily." Ujar Theodore pada sang istri, nada bicara rendah karena gejolak kemarahan yang tak bisa ditahan lagi, tapi ia mencoba untuk menahan diri agar tidak menceraikan istrinya detik itu juga karena masih memikirkan anak mereka yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
"Oke, fine. Lagi pula aku udah muak tinggal dirumah kumuh kayak gini." Emily berjalan kearah lemari, mengambil koper dengan kasar diatas lemari, memasukkan semua baju-bajunya tanpa niatan meminta maaf pada suaminya atau sekedar memohon-mohon agar tidak diusir dari rumah. Setelah memasukkan semua bajunya kedalam tas, Emily langsung pergi dari sana, tak menoleh tak menangis seolah-olah emang itu yang ditunggu nya selama ini
Theodore mengacak-acak rambut Dnegan frustasi, istri lebih keras kepala dan tak merasa bersalah sedikitpun atas apa yang telah diperbuatnya, seolah yang dia lakukan bukan kesalahan. Theodore terduduk di kursi ruang tamu, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Kepalanya berdenyut, dan rasanya darah juga ikut mendidih karena tingkah Emily yang keterlaluan, padahal Theodore adalah kepala keluarga, suaminya tapi dia tak ingin patuh dan susah untuk di ajak berbicara baik-baik.
keadaan rumah sunyi sampai memekakkan telinga, hanya terdengar detak jantung dan detak jarum jam. Malam semakin larut dan Theodore tak bisa tidur, pikirannya terpacu pada nasib pernikahan nya dan nasib putranya. Bagaimana kedepannya, bagaimana ia melalui semuanya. Dan apa Emily akan sadar akan kesalahannya dan mengintropeksi diri, atau malah semakin merajalela tanpa pengawasan nya. Theodore tau dia bukan pria mapan seperti laki-laki bernama Devan itu, tapi apa layak Emily melakukan hal semacam itu pada laki-laki yang masih berstatus resmi sebagai suaminya.
Haduhhh....kaku bener dah, udah lama banget gak ngetik novel😫
Like komen ya.
Judul novelnya: pembalasan suami yang tersakiti(on going)