💫 Kisah Nyata Belajar dari Teman Sekelas
Waktu sekolah dulu, jujur aku senang sekali dengan pelajaran matematika — apalagi dengan guru matematikaku yang sabar dan baik hati. Awalnya, aku juga sempat menyukai salah satu teman sekelasku. Kupikir dia orang yang baik padaku, tapi ternyata aku salah. Lama-kelamaan, dia dan beberapa teman lain justru sering membully aku.
Ketika naik ke kelas 11, aku belum begitu mengenal sifat teman-teman baruku. Awalnya aku berpikir semuanya akan berjalan lebih baik. Tapi ternyata, mereka juga sering membicarakan aku di belakang. Mereka tampak ramah di depan, tapi ternyata berbeda di belakang. Aku sudah berusaha jadi teman yang baik — sopan, jujur, dan tidak pernah berbuat jahat pada siapa pun. Tapi tetap saja, aku sering jadi bahan omongan.
Sampai akhirnya di kelas 12 pun, hal itu belum berubah. Malah semakin parah. Aku benar-benar merasa kecewa. Aku baru menyadari bahwa menjadi orang baik kadang justru membuat kita dimanfaatkan oleh orang lain.
Namun dari semua itu, aku belajar satu hal penting — jadi orang baik itu tidak salah. Justru dengan menjadi orang baik, aku bisa tahu mana teman yang benar-benar tulus dan mana yang hanya berpura-pura.
Syukurlah, aku akhirnya menemukan teman di luar kelasku yang benar-benar baik. Dia tidak menilai dari penampilan atau gosip orang lain. Sampai sekarang pun, dia masih jadi teman yang tulus untukku.
Kini aku sadar, tidak apa-apa dibenci oleh orang yang tidak mengenal kita dengan baik. Yang penting, aku tetap jadi diri sendiri — tetap baik, tidak membalas dengan kebencian, dan selalu bersyukur. Karena pada akhirnya, kebaikan akan menemukan jalannya sendiri.