Panggil saja Dita, gadis berusia 11 tahun.
Ayah nya seorang petani,yang bernama Arja begitu menyayangi Dita.
Kemana pun ayah nya pergi, Dita selalu mengikuti sang ayah.
Hari-hari Dita penuh dengan keceriaan.
Main di kebun bersama Kaka perempuan nya.
Ibu nya bernama Syahira keseharian nya sama seperti suami nya hanya berkebun di lahan kosong milik pribadi.
Kebahagiaan Dita berubah menjadi kesedihan.
Dimana Dita masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Ibu Syahira sakit tak kunjung sembuh, sudah pergi ke kota untuk mengobati sang ibu.
Bukan nya membaik tapi penyakit ibu Syahira masih saja menggerogoti kesehatan nya.
Bertahun-tahun ibu Syahira berjuang dengan penyakit nya.
Tepat di tahun 2005 ibu Syahira menghembuskan nafas terakhirnya.
Jerit tangis Dita pecah melihat ibu nya sudah terkujur kaku di tempat pemandian jasad.
"Ibu jangan tinggal kan Dita, "Dita tidak bisa hidup tanpa ibu."
"Ibu segala nya bagi Dita, "ibu bangun Bu liat anak ibu masih membutuhkan ibu."
"Dita tidak bisa membayangkan, "hidup tanpa kasih sayang ibu lagi."
"Ibu ayo Bu bangun." Ucap Dita sambil terisak menggoyangkan tubuh kaku ibu Syahira.
"Dita sudah nak, jangan menangis terus kasian ibu, "doa kan ibu mu semoga ibu di ampuni ke salahan nya, selama masa hidup nya."
Di atas kuburan ibu nya yang masih basah.
Dita tidak berhenti menangis, sampai semua warga pergi meninggalkan Dita.
Sang ayah mendekati anak nya, Dita sudah ayo kita pulang nak.
Gadis kecil itu melangkah meninggalkan pusara ibu nya.
Setelah ibu nya meninggal kebahagiaan Dita berubah menjadi tangisan.
Selang satu tahun, ayah nya menikah lagi dengan seorang janda beranak 3 bernama nisa.
Dita cuma sampai kelas tiga SD, setelah itu Dita memutuskan berhenti sekolah.
Banyak paktor nya, sampai Dita berhenti sekolah.
Dita tinggal berdua bersama Kaka nya, di rumah peninggalan mendiang ibu nya.
Sang ayah mempunyai rumah lain, di belakang rumah mendiang ibu nya Dita.
Ayah Arja tinggal berdua bersama istri baru nya.
Suatu hari Dita merasakan lapar, Dita memberanikan diri minta beras sama ayah nya yang tinggal di belakang rumah mendiang ibu nya.
"Ayah Dita laper boleh enggak Dita minta beras." Ucap Dita lemah.
"Makan saja kerjaan nya." Ucap sang ibu tiri.
Bukan nya memberi kan beras untuk Dita, tapi yang Dita terima hanya cacian.
Dita pergi melangkah dari rumah sang ayah, langkah nya terasa berat sesak di dada menahan sakit.
Perut yang tadi nya laper menjadi kenyang.
Tangisan Dita pecah setelah masuk kedalam rumah nya.
"De kamu kenapa." Tanya sang Kaka.
"Dita laper ka, "tadi Dita minta beras tapi enggak di kasih ka." Jawab Dita sedih.
"Ya sudah de, "ini Kaka punya uang dua ribu, "beli mie instan saja sana de." Ucap sang Kaka.
Akhirnya Dita mengambil uang yang Kaka nya ulur kan.
Dita segera berlari ke warung terdekat.
Setelah itu Dita gadis kecil yang berusia 12 tahun, di tawarin kerja sama orang penyalur ART.
"Assalamualaikum." Ucap sang penyalur yang bernama usep.
"Waalaikumsalam ada apa ya pak." Tanya Kaka nya Dita.
"Teh kedatangan saya kesini,"mau menawarkan kerjaan." Ucap mang usep.
"Kerjaan apa mang." Tanya sang Kaka.
"Kerja sebagai pembantu di salah satu kota."
"Sudah de kamu kerja saja, "itung-itung untuk mencukupi kebutuhan kamu," liat kamu baju saja tidak punya." Kata sang Kaka memperingati Dita.
Sekian lama berpikir Dita mengiakan perkataan Kaka nya.
"Iya mang saya mau,"kapan mulai kerja nya." Tanya Dita antusias.
"Besok saya jemput ya,"persiapkan saja kebutuhan di sana."
"Baik mang." Ucap Dita.
Mang usep pun pergi dari rumah Dita, kembali lagi mang usep besok.
Di malam hari nya, Dita mengingat teman-teman sebaya nya.
Teman bermain semasa di kampung, permainan di jaman itu bukan ponsel yang mereka mainkan.
Melainkan permainan kelereng main loncat tali dan sebagai nya.
Keesokan hari nya, Dita sudah bersiap dengan tas lusuh nya yang berisi beberapa pakaian.
Dita di jemput dari rumah nya, Dita berpamitan dengan Kaka nya.
Dita naik kendaraan umum, kereta api belum sebagus di jaman sekarang, penumpang yang berdesak-desakan banyak copet disana sini.
Singkat cerita Dita sudah berada di Serpong, tempat majikan pertama nya.
Setelah di antar ke tempat majikan nya, mang usep pun pulang ke rumah nya.
"Neng ayo istirahat dulu,"ini kamar nya." Majikan pertama Dita membawa Dita beristirahat di kamar yang tidak begitu luas.
Dita masih kaku, entah apa yang harus Dita kerjakan.
"Dit kamu tolong suapin anak saya," anak saya mau nya sambil keliling komplek makan nya." Ucap si majikan.
"Iya Bu," ucap Dita.
Dita di awal kerja nya merasa malu, harus nyuapin anak sambil keliling.
Tiga hari sudah berlalu, Dita izin minta berhenti.
Salah satu temannya dari kampung yang di bawa mang usep bilang.
"Dit betah enggak."
"Saya enggak betah teh mau pulang." Ucap Dita.
"Jangan pulang kamu ikut pak haji saja ke jakarta."
"Tapi aku tidak berani ngomong sama majikan."ucap Dita.
Setelah itu Dita pulang kerumah majikan nya.
Dita memberanikan diri mengatakan ingin pulang karna tidak betah.
"Bu saya mau pulang,"saya enggak betah kerja nya."
"Sabar dulu awal kerja dimana-mana sama saja pasti enggak betah." Ucap si majikan.
Keesokan hari tepat jam 6 pagi, majikan nya belum pada bangun.
Dita kabur tanpa permisi.
Dita berlari kerumah pak haji.
"Pak haji saya mau ikut kerja,"sama bapak."
Tidak ada Derama pak haji membawa Dita kejakarta.
Lebih tepat nya di daerah jakarta pusat kebon kacang gang 12.
Di tempat kerja yang baru Dita mau betah mau enggak sekuat hati Dita menahan nya.
Kerja di orang cina, Dita waktu itu, bangun sangat awal jam 4 pagi.
Dita yang merasa bingung mau mengerjakan apa.
Dita ikut duduk di bawah sofa, di situ ada majikan nya yang sudah sepuh.
"Eh kok duduk,"ayo kerja sapu nya ada di sebelah sana." Ucap sang nyonya.
Dita merasa takut dengan wajah sangar nya sang nyonya.
Dita menyapu seluruh rumah, ketika akan mengepel rumah Dita bertanya.
"Nyah maaf buat ngepel nya yang mana." Ucap Dita ragu-ragu.
"Ini ember nya sama lap nya,"kamu lap semua ruangan yang ada di rumah ini dengan cara berjongkok." Ucap si nyonya yang sudah sepuh.
"Baik nyonya." Ucap Dita.
Setelah selesai Dita bersarapan dengan nasi sama tumis sayur labu.
Dita mencoba menikmati makanan nya sambil duduk di lantai dapur, dengan meneteskan air mata Dita mencoba bersabar.
Dita kembali lagi bekerja, mencuci pakaian waktu itu mesin cuci nya sudah usang, setelah di putar di mesin cuci pakaian majikan nya.
Dita mengambil satu persatu dan membilas nya dengan air tiga bak besar.
Menghabiskan waktu dua jam Dita selesai mencuci pakaian.
Sebulan berlalu, di tanggal lima Dita menerima gaji pertama nya tiga lembar seratus ribuan dan satu lembar lima puluh ribuan.
"Terimakasih nyonya." Dita sangat bahagia menerima gaji pertama nya.
Tiga bulan sudah Dita kerja di rumah orang cina itu.
Tepat nya tiga hari lagi mau lebaran, Dita bingung pulang nya tidak tau jalan.
Di tengah lamunan nya, ada seseorang mengetuk pintu.
"Tok tok tok permisi."
Dita keluar melihat siapa yang datang, Dita terkejut mang usep yang datang.
"Eh mang ada apa." Tanya Dita.
"Saya mau jemput kamu, takut enggak tau jalan pulang."
Di situ Dita sangat bahagia, bisa pulang ke kampung halaman nya.
Dita bersiap dan berpamitan sama majikan nya, tas lusuh Dita di periksa sang majikan takut Dita membawa barang yang bukan Dita punya.
Untung nya Dita seorang gadis kecil yang jujur.
Di tas lusuh Dita tidak di temukan, barang apa pun punya majikan nya.
Setelah itu Dita pulang bersama mang usep.
Dita tidak balik lagi ke tempat majikan nya yang pelit itu, makan se ada nya tidak ada daging mau pun telor.
Dita hanya makan nasi pake tumis toge atau labu itu makanan Dita setiap hari.
Sekian bulan berlalu Dita kembali lagi bekerja, untuk menggantikan sang Kaka di daerah jakarta.
Sesampai nya Dita di kota itu untuk menggantikan Kaka nya.
Di rumah dokter Yasmin
Awal nya berjalan sangat baik, setelah satu bulan berlalu.
Entah apa yang di aduin suster Isti sampai majikan Dita marah.
Suster Isti itu pengasuh anak majikan Dita yang bernama Jasmin/Yasmin.
Pada suatu hari, ibu Yasmin naik ke lantai atas yang berada di dapur.
Lebih tepat nya dapur nya berlantai dua, dan di atas lah kamar Dita sama suster Isti berada.
Hari itu Dita tidak tau majikan nya, naik ke lantai atas lebih tepat nya ke kamar Dita sama suster Isti.
Bu Yasmin menyingkap kasur Dita, di situ ada satu pasmina merah yang berada di bawah kasur.
Dari awal Dita masuk ke rumah Bu Yasmin pasmina merah itu sudah ada di bawah kasur.
Tapi Dita berpikir positif saja, mungkin itu sengaja atau apa lah Dita tidak tau.
Setelah itu berganti hari.
Daleman Bu Yasmin pada hilang, padahal Dita ingat betul semua Daleman Dita masukin kedalam lemari Bu Yasmin.
Bu Yasmin memanggil Dita dengan marah nya.
"Sini kamu masuk kamar saya." Ucap Bu Yasmin.
Dita masuk kekamar majikan nya.
"Di mana Daleman saya," kenapa tidak ada satu pun di lemari saya.
"Saya tidak tau Bu," setelah mencuci nya saya masukan ke dalam lemari ibu." Jawab Dita dengan rasa takut.
"Kamu liat ini,"dalaman saya tidak ada.
"Saya sudah mencari nya ke semua tempat, bahkan saya menanyakan ke tempat sodara saya yang ada di depan."
"Saya juga menemukan kerudung saya di bawah kasur kamu."
Dita mencoba membela diri nya.
"Saya tidak tau Bu," soal kerudung dari awal itu sudah ada di bawah kasur.
Tetep saja majikan nya tidak percaya.
Setelah itu seisi lemari di lempar nya ke wajah dita.
Dita merasakan sakit hati di tuduh maling, dan sakit pisik terkena pakaian yang di lempar ke wajah dita.
Sekuat tenaga Dita menahan rasa sedih nya.
"Bereskan itu." Ucap Bu Yasmin.
Dita perlahan membereskan kekacawan yang di buat majikan nya.
Dita berlari ke kamar nya, membereskan semua pakaian nya.
Dita pergi tanpa memberitahu majikan nya, Dita di garasi berpapasan sama sodara nya.
"Wan tolong periksa tas saya." Ucap Dita sedih.
Si Wawan bingung apa yang telah terjadi, Wawan tidak memeriksa isi tas Dita Wawan membiarkan Dita pergi begitu saja.
Waktu itu untung nya Dita sudah gajian, jadi bisa pulang kerumah nya.
"Ceritanya sampai sini saja"