Panggilan dari Kristi membuay ku terbangun, padahal aku masih mengantuk Tidur nyaman dibawah pelukan lengan orang yang sangat ku cintai sejak SMA.
Kami masih dalam keadaan polos, hanya berbalut selimut saja..
"Hallo..ada apa Kris??"
"Gawat!! Cepet buka Grop Alumni" terdengar serius.
"Memang nya ada apa??"
"Lihat sendiri aja deh Er! Apa kamu sedang bersama si Brengsek Vincen!"
"Ya..dia masih tidur.."
"Cepat buka!" Kristi langsung menutup sambungan telepon
mata ku yang masih menyipit menahan rasa kantuk, ku paksa untuk melihat isi chat di Grop Alumni.
Siluet Masalalu datang seolah menjadi ancaman bagi ku.
Aku segera bergegas bangun, dengan gontai ku punguti bajuku yang masih berserak di lanti.
"Kenapa sudah bangun!" suara serak Vincen membuyar kan lamunan ku dalam pantulan cermin
Dengan manja menelusup kan wajah nya ke dalam ceruk leher ku, dan mulai menggigit kecil
"Stop Vin!"
Vincen menatap ku dengan nanar.
"Lebih baik kita akhiri hubungan kita.."
"Akhiri????" Vincen menjauh sambil tertawa terbahak bahak.
"Kita tidak terikat..apa nya yang mau di akhiri??" dengan angkuh nya.
"Ya! Kau memang benar..Aku sendirinyang datang menyerahkan tubuh ku kepadamu.."
"Bagus lah kalau kau sadar.."
Sejenak ku pejam kan mata, mengatur nafas agar aku lebih tenang.
"Kenapa tidak bilang, jika Isabel sudah kembali.." sorot mata ku meminta penjelasan.
"Kau sudah tahu???"
"Vincent! Jawab aku!!"
"Berikan alasan yang tepat! Kenapa aku harus menjelas kan nya kepadamu.."
"Ya! Baik lah!" ku lempar card money di atas ranjang.
Buru buru melangkah Agar cepat keluar dari apartemen nya, aku sudah muak dengan Vincen.
"Ersa! Jangan menyesal dengan keputusan mu!" teriak nya.
Aku menangis sepanjang perjalanan, sampai tidak tahan lagi,ku tepikan mobil ku di pinggir jalan.
Aku berteriak sekencang mungkin meluapkan semua rasa sakit yang ku pendam selama ini.
Seandai nya malam itu aku tidak datang dan memberanikan diri untuk menyatakan Cinta dan mengejar Vincent. Pasti aku tidak akan sehancur ini.
Teringat beberapa waktu lalu, Tante Iren mendatangi dan memperingat kan ku.
"Seharus nya kau sadar diri Ersa! Vincen tidak pantas bersanding dengan mu..kalian seperti air comberan dan Air Susu..tidak mungkin bersatu!" dengan gaya Angkuh nya.
"Serendah itu kah saya di mata tante.."
"Oh ya jelas!Vincent itu konglomerat! Banyak dari kalangan kami yang lebih pantas mendampingi Anak saya! Bukan perempuan Miskin yang tidak jelas seperti kamu!"
"Tidak perlu sampai seperti itu , untuk mengingat kan saya tante.." sekali lagi,hubungan ku dengan Vincent sepertinya sulit untuk di lanjut kan. Tidak hanya Vincent yang menarik ulur , tapi juga tekanan dari berbagai pihak.
"Aku tahu..uang kan yang kamu cari??? Kamu butuh berapa!! Sebut kan saja! Akan saya berikan..tapi saya Mohon sebagai ibu! Tinggal kan Vincent!!"
seperti di hujam pisau yang berkarat.Sesulit dan sesakit ini kan Vincent!! Selama ini aku sudah menghambakan diri kepadamu..bahkan seperti Anjing. Tapi kau tetap saja tak melihat ku.
Ku korban kan seluruh harga diriku, agar aku bisa di samping mu.Tapi semua tidak ada arti nya, kau hanya menganggap ku seperti Wanita Liar.
Sampai aku mendengar nya sendiri malam itu.
"Aku sedih karena Ersa?? Tidak mungkin! Memang nya siapa dia!"
"Ah yang benar saja! Masak sih.. tidak ada perasaan apa apa..kalian kan sudah bersama selama hampir tiga tahun!" kata Bimo.
"Bagiku!Eraa itu hanya perempuan pelampias nafsu ku saja! Toh dia juga menikmati nya! Kita sama sama dewasa! Sama sama memenuhi kebutuhan biologis saja!"
"Jadi?? Kau tidak akan menikahi nya?"
"Mana mungkin aku menikahi wanita liar seperti Ersa! Tidak punya masadepan dan status sosial yang jelas! Bagaimana mungkin keluarga ku mau menerima nya.."
"Jadi?? Kau tetap akan menikahi Isabel??"
Aku sudah tidak kuat lagi mendengar nya. Seperti menyiram Garam di atas luka yang belum mengering.
Memang benar,aku terlahir dari keluarha miskin Ayah ku hanya buruh bangunan,Ibuku menderita penyakit Mental sehingga harus di rawat Di RSJ.
Semenjak kepergian Ayah , Mental ibu menjadi terganggu, kata Dokter Ibu tidak bisa di sembuh kan lagi.
Sejak kelas 2 SMA ,aku harus membanting tulang,untuk memenuhi kebutuhan ku sendiri,dan mengandal kan Beasiswa untuk bertahan sampai lulus Kuliah.
Tak hayal dulu aku sering di bully teman teman ku termasuk Isabel. Terlahir dari garis keturunan Miskin ,memang lah tidak mudah. Harus banyak merasakan pahit saat di caci dan dihina.
Oleh sebab itu ,ku jadikan cambuk sampai aku bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di bidang Disaign interior.
"Ersa! Jangan keterlaluan!" Vincent menarik lengan ku dengan kasar, setelah beberapa hari aku tidak merespon telpon dan chat nya.
"Gak usah narik narik! Mau apa?? Ngomong saja!" ku hempas kan tangan nya.
"Ayo pulang!tidak usah merajuk begitu!"
"Apa ucapan ku kemarin belum jelas! Kita sudah selesai!"
"Apa kau Gila! Tidak mungkin!"
"Aku memang Gila! Sampai merendah kan diri agar bisa bersamamu! Tapi itu dulu Vincent!!"
"Sekarang kamu mau nya apa Ersa!"
"Jangan pernah temuai aku lagi!!"
"Kau anggap apa hubungan tiga tahun ini! Sudah berapa kali kau menghangat kan ranjang ku! Masih bisa bisa nya ..ngomong berakhir???" Vincent meraup wajah nya dengan kasar.
"Harus nya aku yang bertanya kepada mu Vincent! Selama ini kau anggap aku apa Hah!!" Air mata ku sudah berada di ujung , kutahan agar tidak menetes.
"Kita selesaikan di Apartemen! Ayo ikut dengan ku.."
"Tidak! Aku sudah lelah menjadi simpanan mu! Lelah menjadi pemuas ranjang mu!Sebentar lagi kau akan menikah dengan Isabel! Tidak pantas rasanya jika hubungan ini tidak di akhiri!!"
"Maaf kan aku! Jangan tinggal kan aku Ersa!"
"apa mau mu Vincent!"
"Kita tetap bersama! Meski aku menikahi Isabel! Aku sudah terbiasa hidup dengan mu Ersa! Aku tidak bisa jika harus berpisah dengan mu!"