Setting: Sebuah dahan strategis yang berfungsi sebagai balai RW sekaligus pos hansip.
Ini adalah rapat tahunan yang lebih panas dari sambal buatan monyet ekor panjang. Agendanya cuma satu: "Siapa yang kemarin makan pisang bagian saya?!"
Mari kita kenali para peserta rapat:
1. Ujang Bedog (Paling Kiri, si Paling Protes)
Lihat mulutnya! Itu bukan lagi ngomong, itu lagi nge-rap penuh amarah. Ujang ini tipe warga yang kalau ada iuran keamanan, dia yang bayar paling pertama, tapi kalau ada kerja bakti, dia yang paling banyak alasan.
Dialog Ujang: "POKOKNYA SAYA GAK TERIMA! Jelas-jelas itu pisang ambon jatah saya! Udah saya tandain pake gigitan di ujungnya! Ini si Juki pasti pelakunya! Ngaku kamu, Juk!"
2. Juki Komet (Tengah, si Terdakwa Inovatif)
Juki ini anak muda, otaknya encer tapi kadang idenya suka kelewat batas. Posisinya terpojok, tapi otaknya tetap berputar mencari pembelaan yang cemerlang. Dia lagi dipegangin sama Pak RT biar nggak loncat saking paniknya.
Dialog Juki (terbata-bata): "Bu-bukan saya, Kang Ujang! Sumpah! Pisang Akang kan ada bintik-bintik hitamnya, saya tuh alirannya pisang yang mulus tanpa noda! Lagian, daripada ributin satu pisang, mending kita bikin 'Start-up Budidaya Pisang Hidroponik'! Saya udah ada proposalnya nih di daun talas!"
3. Pak RT Mamat (Tengah, si Penengah Sabar)
Inilah pahlawan sesungguhnya. Pak RT Mamat. Lihat tangannya, satu menenangkan Juki, satu lagi siap menangkis kalau Ujang tiba-tiba khilaf mau nimpuk. Misinya cuma satu: menjaga perdamaian di dahan ini agar tidak viral di grup WA klan monyet sebelah.
Dialog Pak RT Mamat (dengan suara paling bijak yang dia punya): "Sssst, tenang... tenang... Kang Ujang, Juki, sabar. Ini masalah internal, jangan sampai kedengeran sama geng lutung dari pohon beringin. Malu kita. Gini aja, pisang yang hilang kita anggap sedekah alam. Nanti saya traktir keripik daun singkong di warung Bi Ijah. Deal?"
4. Eyang Mono (Paling Kanan, si Paling Santuy)
Dia adalah sesepuh. Sudah makan asam garam kehidupan (dan tentu saja, ribuan jenis pisang). Dia tidak ikut dalam perdebatan. Kenapa? Karena dia tahu siapa yang mengambil pisangnya. Dia sendiri pelakunya.
Dia sengaja membuang pandangan ke arah lain, pura-pura mengamati prospek cuaca, sambil dalam hati berkata:
"Hehehe... ributin aja terus. Lumayan, pisang ambonnya manis juga. Pantes si Ujang ngamuk-ngamuk."
Moral dari cerita ini:
Dalam setiap perkumpulan, akan selalu ada si tukang protes, si inovator yang sering disalahkan, si penengah yang pusing tujuh keliling, dan si bijak yang sebenarnya... adalah biang keroknya.
Dan pada akhirnya, masalah sebesar apa pun akan selesai jika ada traktiran keripik daun singkong. Sekian.
Tamat