Suram, Itulah hal yang bisa ku definisikan pada kehidupanku. Seperti lautan cat hitam yang tak pernah bisa ditembus oleh cahaya walaupun hanya secercah sedikitpun.
" Ivy, kau dimana sih," teriakan menggelegar terdengar menggema diseluruh ruang perpustakaan disusul omelan dari penjaga perpustakaan juga gerutuan dari beberapa pengunjung.
Menoleh sebentar aku mendapati adikku berdiri menunduk didepan Bu tari, penjaga perpustakaan ini.
Saat kembali tenggelam dalam bacaanku seseorang dengan kasar merebut buku yang kubaca.
" Ish, yang benar aja deh masa harus aku jemput Mulu sih," gerutunya sambil duduk di depanku.
" Aku bakal pulang kalau selesai," sahutku singkat sambil membereskan tumpukan buku dimeja, bersiap untuk pulang.
" Yah kapan selesainya!!!, Ini aja udah sore banget loh."
Omelan demi omelan terus terlontar dari mulutnya tanpa sedikitpun ku gubris.
" Kau dengerin gak sih," dia mengacak rambutnya frustasi.
" Tenang aja Ive, nanti kalau tutupkan kakakmu pasti pulang," sahutan tiba-tiba terdengar dari Bu tari yang sedang menata buku dirak dekat meja kami.
" Tapi sudah sore banget loh mam, nanti bunda dirumah marah kalau anaknya belum kumpul semua," jelasnya pada Bu tari.
" Kalau begitu kenapa Ivy tidak jadi penjaga perpustakaan saja, mungkin bunda kalian tidak akan marah?," Solusi yang sangat tepat, akupun sangat setuju.
Sudah sejak lama aku ingin jadi penjaga perpustakaan agar bisa membaca sepuasnya di sini.
Tapi, memikirkan bunda dirumah rasa antusiasku luruh. Bunda pasti tidak akan mengizinkan.
" Mam jangan bercanda, kami masih SMP loh mam," ujar Ive pada Bu tari.
" Hemmm, benar juga," Bu tari mengetukkan jari pada dagunya " kalau Ivy hanya jadi asisten Bu tari bagaimana?," Tanyanya sambil menatap pada kami.
" Itu..," Ive tidak bisa berkata apa-apa dengan pertanyaan itu.
" Aku," Bu tari dan Ive menoleh padaku " kalau boleh, aku akan izin pada bunda," ujarku dengan semangat berkobar.
" Ivy," Ive menoleh tidak percaya padaku.
" Baik, mam tunggu jawabannya."
***
Sesampainya dirumah bunda memarahi kami Karena kembali pulang terlambat. Aku hanya bisa menunduk dengan Ive yang mencoba menjelaskan pada bunda alasan kami terlambat.
" Ke perpustakaan lagi?,"tanya bunda dengan nada geram " bunda tahu kamu sangat suka dengan buku Ivy, tapi kamu juga harusnya tahu kalau sudah sore harus langsung pulang. Kenapa selalu saja harus dijemput Ive,"
" Bunda senang anak bunda suka membaca, tapi tolong kamu ingat waktu juga yah."
" Iyh bunda,"jawabku seadanya.
Aku kembali kekamar setelah membersihkan diri. Membuka jendela dan menatap langit hitam yang suram. Tidak ada cahaya setitikpun disana. Dan, semua itu sama dengan kehidupan ku.
" Kanapa harus seperti ini,"gumamku.
Entah sejak kapan aku mulai menutup diri dan menenggelamkan diri pada buku. Dalam kesendirian yang terasa menenangkan hingga lama-kelamaan terasa hampa.
Langit yang dulu penuh bintang telah tertutup awan mendung. Tidak ada setitikpun cahaya yang mampu menembus cahaya itu.