Dentuman musik yang tak sengaja lewat tanpa permisi, merayap ke telingaku dan merasuk ke dalam jantung, hingga menghantam tulang rusuk.
Setiap tempo bagai detak jarum jam yang bergerak serta riff gitar yang mengalun perlahan bagai sang angin, layaknya ilalang yang merambati pikiranku, membuat kakiku mengentak mengikuti irama yang tercipta selaras dengan lagu yang mengalun, mulutku bersenandung selaras dengan suara serak yang menghipnotis menyapa rungu.
Hingga seiring waktu berlalu, aku mulai terus mengejarmu, mendengar suaramu, mendengar alunanmu, seperti aku mendengar duniamu. Kukira, kau hanya sekedar permisi seperti embusan angin. Namun, tak kusangka duniamu mampu menjajah hati, kupikir hanya permisi seperti angin. Namun, tak kusangka kau mampu bertahta di singgasana hati.