[ POV AYU ]
Pagi itu cuaca masih begitu sejuk, pepohonan tampak meliuk-liuk diterpa angin. Hamparan sawah yang telah menguning sesekali dihinggapi burung-burung yang kelaparan. Pegunungan tinggi dengan lereng yang dipenuhi pepohonan menjadi latar alami yang membentang indah.
Air terjun yang mengalir deras, tepat berada di tengah tengah pegunungan membuat pesona alam semakin menakjubkan. Di kaki gunung beberapa sawah yang baru ditanam padi terhampar luas. Sungai-sungai kecil mengalir di setiap sisinya, menambah kesan indah yang menyejukkan.
Dan disinilah aku berada, tempat yang menjadi pilihan untuk melangsungkan acara perkemahan pramuka. Acara yang diusung sekolahku, beberapa tenda tampak sudah didirikan di area sawah yang mengering.
Sebagai siswa baru di sekolah ini, kegiatan ini merupakan kegiatan pertamaku disini. Ya aku adalah murid pindahan dari luar provinsi. Disini aku hanya melanjutkan sekolahku yang hanya tinggal satu tahun lagi.
Meskipun belum punya banyak teman, namun aku akan mencoba beradaptasi dengan baik. Karena lewat acara ini aku bisa dekat dengan beberapa orang diluar kelasku. Salah satunya teman-teman satu kelompok ku yang berasal dari jurusan berbeda denganku.
" hei, udahan ngelamun nya kita bangun tenda ", ujar salah satu teman kelompokku.
Dia Tara di sebelahnya Selpi dan Kila turut melihat kearahaku. Mereka anak-anak jurusan Kehutanan, yang cukup ramah dan bersahabat. Tanpa membalas aku hanya mengangguk dan langsung membantu mendirikan tenda.
Beberapa waktu berlalu namun tenda tak kunjung berdiri, kami cukup kesulitan karena tidak begitu paham caranya.
"Ah susah banget, kita minta bantuan anak cowo aja deh", usul Kila.
"Iya minta bantuan aja, punya kita doang ni yang belum bisa berdiri", ujar Selpi menambahkan.
"Eh itu Riyan, minta bantuan dia aja", Tara mengusulkan.
Kila tampak memanggil laki-laki yang dipanggil Riyan itu, kutebak mereka satu kelas karna keduanya tampak akrab.
"Yan bantuin kita dong, tenda nya susah berdiri nih", kami mengangguk menanggapi.
"Iya bentar ", ucapnya sembari berjalan ke arah tenda ini.
Diikuti oleh salah satu temannya ia mulai membantu kami mendirikan tenda ini. Dapat kulihat bagaimana wajah ramah itu terus tersenyum, sesekali melirik ke arahku. Seolah bertanya siapa aku ini, aku bisa merasakan rasa canggung saat berdiri tak jauh darinya. Perlakuan nya yang hangat dan tatapan nya yang berbeda membuatku yakin ia adalah sosok yang bersahabat.
Tak membutuhkan waktu lama akhirnya tenda berhasil berdiri, ucapan terima kasih kami lontarkan. Aku mencoba tersenyum ramah saat sosok itu hanya mengangguk sembari tersenyum simpul. Tak menunggu lama kami mulai menyusun barang di dalam tenda dan beristirahat sejenak.
》》》》》》》》》》
[ POV RIYAN]
Pramuka kali ini aku jalani dengan antusias, selain karena perkemahan terakhir namun juga peran kami sebagai panitia yang membuatku jauh lebih bersemangat. Namun ada yang mengganggu fokusku akhir-akhir ini, seorang siswi yang tak pernah kulihat sebelumnya.
Dua hari yang lalu aku dan Adi membantu teman sekelas ku membangun tenda, namun satu siswi yang tampak asing itu menarik perhatian ku. Terlihat jarang berbicara dengan tatapan lugunya seolah menarikku lebih dalam.
Senyumnya yang manis dengan pembawaan nya yang kalem, membuat hati ini berdegup begitu kencang. Berulang kali aku ingin bertanya siapa namanya, tapi lidah ini rasanya kelu. Aku tidak cukup berani untuk bertanya secara langsung.
Aku mencoba melupakannya, dan fokus pada kegiatan terakhir hari ini. Hiking salah satu kegiatan yang amat kutunggu, beberapa peserta digiring untuk melewati berbagai medan yang curam. Hingga tiba di sebuah sungai dengan arus deras, ditambah hujan rintik-rintik yang semakin menambah debit air.
Seutas tali tambang di sematkan di setiap sisi sungai, guna mempermudah proses penyeberangan. Beberapa teman laki-laki berjaga di setiap sisi dan tengah sungai. Sementara aku berjaga di tepian sungai, menarik satu persatu peserta yang kesulitan.
Hingga mata ini beralih pada siswi yang mengganggu fokusku akhir-akhir ini. Ia berdiri di deretan panitia wanita lainnya, dengan jas hujan biru melekat di tubuh rampingnya. Ia terlihat takut-takut saat tiba gilirannya menyebrang, langkahnya goyah tangannya terlihat mencengkram kuat tali tambang yang menjuntai.
Hingga suara melengking nya terdengar ditelinga ini, teriakan ketakutan yang menurutku justru lucu.
"Aaaaaa pusing aku gabisa jalan ini pusing banget", suaranya terdengar keluar karna refleks.
Hah emangnya liat air bisa pusing ya, sungguh itu lucu sekali bagaimana mungkin dengan melihat air dapat menyebabkan pusing. Aku semakin tertarik padanya, wajah manis itu terlihat memerah karena beberapa orang melihatnya. Aku tau dia pasti sedang menahan malu, walau ketakutan dia tetap melangkah.
Hingga akhirnya ia tiba di hadapanku, segera ku ulurkan tangan ini untuk membantunya. Ia menyambut uluran tangan ini, lembut dan dingin itu yang kurasakan. Kutatap wajahnya yang menunduk, rupanya ia masih saja malu. Ia buru-buru melangkah ke arah yang lainnya. Sementara hati ini justru berdegup makin kencang, kapan aku bisa mengenalnya ya.
*******
Sejak hari perkemahan itu berakhir aku jarang melihat anak baru itu kembali disekolah. Tampaknya dia tipe yang jarang keluar kelas,atau bahkan berkumpul dengan teman-teman sekelasnya. Perlahan aku mencoba mengubur dalam perasaan ini. Memfokuskan diri pada sekolah seperti sebelumnya .
Hingga akhirnya kami kembali bertemu pada proyek film bahasa Sunda sebagai tugas awal. Kelasku dan kelasnya digabung menjadi satu kelompok, disinilah aku bisa melihatnya secara jelas. Tampak jauh lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Dengan kebaya hijau dan hijab hitamnya, seolah menyihir ku untuk terus menatap kearahnya.
Wajahnya jauh lebih berseri, bukan sekedar cantik namun juga sangat indah. Perasaan yang perlahan ku hapus justru kembali ke permukaan, dengan rasa yang jauh lebih menggebu. Hati ini terasa hangat saat melihat senyuman lepas yang terpancar dari wajahnya. Akhirnya aku tau namanya, dia Ayu gadis manis yang sudah menggoyahkan benteng pertahanan ku.
Namun lagi dan lagi aku tidak cukup berani untuk menyapanya secara langsung. Alhasil hingga proses film berakhir aku hanya bisa melihat nya dari kejauhan. Saat dirumah segera kurogoh saku celanaku, mengeluarkan benda pipih yang sedari tadi tersimpan disana.
Dengan yakin kucari namanya melalui aplikasi instagram,dan akhirnya kutemukan . Dapat kulihat deretan foto yang terpampang di profil akunnya. Tanpa menunggu lama segera ku tekan tombol follow, berharap dia menggubrisnya.
》》》》》》》》》》
[ POV AYU ]
Trinngg...
Benda pipih itu tampak bergetar pelan, kulihat layar depannya. Terlihat sebuah akun baru saja meminta pertemanan, akun dengan username Radiansyahhhh itu menarik perhatian ku.
Pikiran ku kembali melayang pada kegiatan tadi sore, seorang siswa dengan nama Riyan. Wajahnya yang selalu ramah membuatku kembali teringat. Bukannya tidak sadar bahwa sejak tadi tatapan nya lebih lama dari seharusnya.
Kulihat akun itu ya benar saja itu dia Riyan, terbukti dengan beberapa foto yang terpampang di laman profile nya. Aku yakin ini adalah awal yang baik, dengan hati berdegup senang segera kutekan tombol biru itu.
*****
Keesokan harinya aku kembali bersekolah, kali ini aku sudah memiliki beberapa teman dekat. Kami duduk bersama di teras depan kelas, dari kejauhan mata ini melihat kehadiran laki-laki yang beberapa waktu ini cukup mengganggu fokusku.
Riyan dan temannya tampak berjalan kearah kantor guru, beberapa teman sekelasku menghampirinya. Kebetulan proses editing film kemarin dia dan temannya yang menghandle. Hingga beberapa dari kami ingin melihat hasilnya yang sudah hampir selesai.
Aku pun memutuskan untuk melihat juga, saat kaki ini melangkah mendekat aku terpaku ditempat. Riyan menatap ke arahku, beberapa detik kami bertatapan cukup intens. Rasa canggung dan degup hati makin menyeruak. Segera kupalingkan wajah ini ke arah lain, dengan sedikit tersenyum kaku aku menghampiri teman-temanku.
Bahkan setelah hari itu kami jadi sering bertemu walaupun tidak saling menyapa, tapi setiap kali melihat satu sama lain rasanya ada yang berbeda. Senyum tipis kadang muncul tanpa aba-aba, saat kami sekedar tak sengaja bertemu.
Tidak ada obrolan apapun diantara kami, baik secara langsung maupun hanya sekedar lewat ruang chat. Dapat kusimpulkan bahwa dia cukup pemalu, dan aku pun tidak ingin lebih dulu memulai obrolan. Takut kalau perasaan ku justru bertepuk sebelah tangan. Ya aku akui kalau aku benar-benar menaruh rasa kagum yang sudah melampaui batas kagum itu sendiri.
****
Malam itu salah satu tugas sekolah harus dikumpulkan dalam satu platform media sosial, masing-masing tugas harus memiliki jumlah like dan komentar dari berbagai jurusan. Hingga pikiranku melayang pada Riyan, sepertinya ini waktu yang tepat untuk membuka obrolan dengan nya.
Kubuka ruang chat itu kuketikan pesan singkat, bukan pesan cinta hanya sekedar pesan permintaan tolong. Beralasan mengenai tugas sekolah aku memintanya untuk membantu menyukai postingan yang telah kubuat.
Tak kusangka respon itu begitu cepat hati ini bersorak senang berharap setelah ini obrolan tak sekedar sampai disini. Namun harapan itu pupus begitu saja, tidak ada obrolan apapun setelah itu. Ah sepertinya aku terlalu berharap deh, kututup ruang chat yang tak ada kelanjutannya itu.
/////////////
[ POV RIYAN ]
Kubuka ruang chat yang terasa kosong itu, senang rasanya aku bisa berkomunikasi dengan wanita manis itu. Walaupun hanya sebuah permintaan tolong tapi itu sudah cukup membuat ku bersorak senang. Pesan terakhir kukirimkan namun tak ada balasan. Ya memang hanya sebuah kata 'sama-sama' mungkin dia bingung untuk membalas nya.
Namun hati ini resah bahkan hingga masa liburan tiba kami tak kunjung dekat, hingga hari itu kuberanikan diriku mengirim pesan mengajakknya berkenalan. Balasan singkatnya membuatku jdi semakin semangat untuk terus memulai.
Berawal dari pesan singkat berubah jadi obrolan panjang, tak kusangka ayu sosok yang mudah membuatku lebih nyaman, gaya chat nya yg lucu sangat sesuai dengan perawakannya yang kulihat.
Hari-hariku berjalan dengan indah akhir-akhir ini, pesan manis yang seolah menjadi rutinitas itu membuat ku jauh lebih bersemangat. Saat masa liburan habis hati ini tak sabar rasanya ingin melihat kembali wajah manis itu. Dia orang pertama yang mampu membuatku berlaku konyol seperti ini.
Hingga di hari terakhir liburan ini kuberanikan diri untuk menyatakan perasaan padanya bermodalkan ketikan aku berharap dia percaya bahwa ini bukan bualan semata.
" Maaf ya sebelumnya aku cuman bisa ngomong lewat chat, jujur aku belum begitu berani untuk ngomong secara langsung, yu aku suka sama kamu dari pertama kali liat kamu aku udah ngerasa ada yang beda. Kamu orang yang asik aku nyaman sama hubungan ini, harapan nya kamu sama aku bisa ada dihubungan yang sama mungkin dengan status pacar, apapun keputusan kamu aku terima, aku tunggu ya jawabannya ", klik kukirimkan pesan beresiko itu.
Pesan itu tak kunjung dibaca, ada sedikit rasa takut. Ya aku takut kalau dia hanya menganggap ku sebagai teman. Lantas akan ditaruh dimana wajah ini, tapi aku sudah siap dengan segala konsekuensi nya.
//////////
[ POV AYU ]
Kupandangi pesan terbaru dari Riyan, akhirnya hari ini tiba hari dimana setelah obrolan panjang berlalu. Dia mengakui terlebih dahulu akan perasaannya, walau hanya lewat chat tapi aku percaya bahwa itu bukan ungkapan biasa.
Kutarik napas panjang, dan mulai mengetikkan balasan.
" makasih ya udah suka sama aku, aku percaya sama kamu dan aku udah memutuskan untuk jawab iyaa, jauh sebelum ini pun aku udah tertarik sama kamu",
Lega rasanya aku juga bisa mengungkapkan perasaan ini, sejak hari ini kami mulai menjalin hubungan. Saat kegiatan sekolah dimulai kadang kami menyempatkan waktu untuk sekedar berfoto atau memulai obrolan kecil. Mencuri curi kesempatan walau hanya dengan bergandengan tangan.
Tak terasa hari berjalan begitu cepat ujian melelahkan sudah terlewati, hari kelulusan hanya tinggal menghitung jari. Sedih dan bahagia menyatu, bahagia karena akhirnya hari kelulusan tiba. Namun juga sedih karna pastinya setelah ini kami akan sangat sulit untuk sekadar ingin bertemu.
Malam itu dingin menyeruak, menusuk sampai ketulang. Ada sesi foto angkatan malam yang kami laksanakan, setelah selesai Riyan mengantarkan ku pulang.
"Setelah ini kita bakal jarang ketemu, tapi aku mau hari kelulusan besok jadi hari yang penuh momen," ucapnya pelan sembari melihat kearahaku lewat kaca spion.
"Kita itu kenal nya telat ga si?, masa baru bisa deket udah harus lulus aja", sahut ku sembari mengeratkan pegangan.
"Ah iya ya ga rela tau harus cepet lulus gini, tapi ya gimana masa mau tinggal kelas",
"Ahaha gapapa kok kalau harus ngulang asal sama kamu",
"Idih kamu aja sendiri", jawabnya sembari tertawa kecil
Senang rasanya bisa mendengar tawa lepas itu dari jarak sedekat ini.
/////////
[ POV RIYAN ]
Hari-hari setelahnya terasa singkat. Tiba-tiba saja, kelulusan datang. Di halaman sekolah, spanduk besar terbentang, teman-teman sibuk foto dengan ijazah masing-masing, suasana penuh tawa sekaligus tangis.
Aku menatap Ayu yang berdiri di bawah auning yang terpasang, wajahnya bercampur bahagia dan sendu. Aku tahu, aku belum bisa memberi banyak. Bahkan untuk sering menemuinya saja sulit, karena aku belum punya kendaraan.
Dengan suara pelan, aku berkata:
"Yu… maaf ya. Aku belum bisa banyak ngasih apa-apa. Aku nggak punya motor buat sering jemput kamu. Tapi aku janji, aku bakal kerja, biar bisa bahagiain kamu.”
Dia menatapku lama, lalu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
"Yan… aku sayang kamu bukan karena itu. Aku percaya sama kamu. Jalan kita mungkin nggak gampang, tapi aku yakin kita bisa jalani sama-sama.”
Aku terdiam. Sore itu, dengan angin pelan meniup spanduk kelulusan, aku menggenggam tangannya. Bukan sekadar janji, tapi tekad. Kutarik tangan mungilnya, tak ingin berada di situasi canggung seperti ini.
"Hari ini kita puasin foto yang banyak yaa", ucapku nyaring
Lihatlah wajah sumringahnya itu sambil sesekali mengangguk senang, ia langsung menggenggam tangan ini. Kueratkan kembali pegangan tangan itu, kutatap wajahnya dengan senyuman yang tak kalah manis.
Klik. Beberapa foto sederhana, tapi penuh arti. Tangan ini bergerak perlahan mengusap pucuk kepalanya, senyum manis itu ingin selalu kulihat.
---
Kami berjalan keluar dari halaman sekolah dengan langkah perlahan. Bukan hanya lulus dari masa SMA, tapi juga lulus dari fase awal kehidupan. Di langit, mentari senja seakan mengiringi, seolah berkata:
“Cinta yang tumbuh dari kesederhanaan akan selalu menemukan jalannya untuk bertahan.”