Aku adalah gadis desa yang mengadu nasib ke kota, demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Aku berharap bisa mengangkat derajat keluargaku, keluar dari kemiskinan dan terlebih aku ingin sekali membahagiakan ibu dan ayahku. Setelah aku tamat SMA, aku merantau ke kota Jakarta. Aku melamar disebuah Pabrik Sepatu, dan Puji Tuhan...aku langsung diterima menjadi buruh atau karyawan di Pabrik tersebut. Aku mengabari ke ibu dan ayah dikampung melalui telepon ketetanggaku..
"Ibu..aku sudah diterima bekerja di pabrik sepatu"ucapku
"Syukurlah nak"jawab ibuku.
Dalam hatiku,aku akan bekerja sebaik-baiknya demi bisa membantu ibu dan ayahku dikampung. Aku ingat semua pengorbanan ibu dan ayah yang rela bekerja diladang orang,dan meminjam uang dari toke untuk ongkos,biaya bertahan,serta membelikan HP untuk kebutuhanku merantau. Tak terasa waktu berlalu,dan gaji pertamaku masuk ke rekeningku. Aku sangat bahagia sekali dan tanpa pikir panjang aku langsung mengirimkannya ke kampung. Betapa bahagianya, ibu,ayah dan adik-adiku menerima uang yang kukirimkan.
"Nak..jangan terlalu banyak mengirim ke kami,yang penting kamu bisa hidup mandiri disana"kata ibuku
"Tidak apa-apa mak, aku disini enak karena serapan,makan siang dan klo ada lembur disediakan oleh perusahaan" jawabku
"Ia..tapi gak papa kamu nabunglah demi masa depanmu"kata ibuku.
"Ia ibu..tidak apa-apa,ibu jangan terlalu banyak pikiran,aku baik-baik disini"jawabku
Aku penuh semangat bekerja dan juga lembur semua kukerjakan dengan iklas. Tak terasa waktu berjalan sudah 6 bulan aku merantau,dan semakin banyak teman. Aku dan teman-temanku sepulang kerja pasti saling curhat atau bercerita apa saja. Mereka semua iba dengan ceritaku. Mereka selalu mendukungku karena mereka berpendapat aku anak yang berbakti. Setelah 1 tahun di ibu kota,aku mulai mengenal seluk beluknya. Dan aku mulai berfikir untuk mencari sampingan dengan berjualan. Saat aku menyampaikan itu ke teman-temanku,
"Itu ide hebat" kata mereka
Mereka semuanya mendukungku. Aku mulai berjualan baju,celana, rok dan sebagainya dengan sistem bayar kredit saat gajian. Berusaha mencari permintaan para pelanggan. Waktu berputar dengan begitu cepat, tak terasa sudah 4 tahun aku merantau dan bekerja sebagai buruh juga penjual baju kredit. Aku semakin semangat dalam berjualan mengingat ibu dan ayahku. Bahkan ibu dan ayahku serta adik-adikku sudah bisa hidup dengan layak karena bantuan yang kuberikan. Namun,hari itu aku belanja ke toko kain langganan dan tak sengaja bertemu dengan seorang lelaki yang begitu sopan juga wajah menawan.
"Hai...kak" sapanya
"Iya" jawabku
"Kenalkan saya Tomi" katanya
"Ooo aku Jenet" kataku
Kami berkenalan..
Kami sering berjumpa karena Tomi membuka usaha menjual buah-buah segar. Makin hari kamipun makin akrab. Tomi menawarkan agar barang dagangannyapun aku tawarkan di perusahaan tempatku bekerja.
"Jenet...tawarkanlah buah-buahan ini ke teman-temanmu juga"ucapnya
"Gimana ya,nanti bayarnya saat gajian lah bang" jawabku
"Gak apa-apa aturlah yang penting klo buah jangan di kredit langsung bayar full setelah gajian" katanya
"Ok,akan kucoba" kataku
Akupun menawarkan ke teman-teman. Luar biasanya mereka banyak yang mesan.
Aku dan Tomi makin sering bertemu, dan bahkan kami berdua sering curhat tentang keluarga dan begitu beratnya menjadi tulang punggung keluarga. Tomi selalu kasih suport ke aku dan begitu dengan aku padanya. Hingga suatu saat Tomi mengungkapkan isi hatinya padaku.
"Jen..aku suka padamu" katanya
"Ahhh...serius" ucapkan
"Ia aku serius" katanya
"Gimana ya"jawabku
"Aku serius loh jen,pertama kita jumpa aku uda suka,dan setelah semakin mengenalmu aku semakin suka. Juga posisi kita yang sama-sama berjuang untuk keluarga makin membuat aku jatuh hati padamu"ucapnya
"Sebenarnya,akupun suka samamu tapi gimanalah aku belum ada keinginan kesana karena aku fokus mau bantuin orangtuaku tuk menyekolahkan adik-adikku sampe sarjana biar tidak seperti aku ini me derita"balasku.
"Ia..aku tidak akan menganggumu untuk hal itu,bahkan aku akan mendukungmu" jawabnya
"Okelah" balasku.
Akhirnya kamipun pacaran. Seumur hidupku baru inilah laki-laki yang mengutarakan perasaan suka samaku. Hubungan diantara kami makin dekat. Bahkan aku merasa wanita paling beruntung dan bahagia berpacaran dengan Tomi karena dia begitu bekerja keras,sopan dan mendukungku.
Makin hari,hubungan kami makin dekat. Aku begitu percaya dan sepenuhnya menyayanginya. Hari ini tepat hari Sabtu dan kebetulan aku cuti dari kerjaan. Tomi meneleponku
"Sayang...kita ke puncak ya kan libur" katanya
Tanpa pikir panjang
"Ok" jawabku
Kami berduapun pergi ke puncak. Tomi menyewa 1 kamar untuk kami berdua.
"Kenapa hanya 1 kamar sayang" tanyaku
"Gak apa-apa sayang,apa kamu gak percaya samaku"katanya dengan nada candaan
"Bukan gak percaya hanya saja.."
"Percaya samaku sayang" jawabnya
Akhirnya, kami berdua tinggal dalam 1 kamar.
Kami saling bercerita satu sama lain. Dia bercerita tentang kisahnya dan akupun demikian. Namun,malam semakin dingin karena ruangan AC yang begitu dingin dan diluar juga udara yang begitu dingin. Tomi mencium bibirku dengan pelan, dan berbisik "aku mencintaimu,percayalah padaku"
Tomi semakin bergairah dan hingga terjadilah hal yang tidak seharusnya terjadi. Aku memberikan segalanya pada Tomi, termasuk kehormatanku sebagai wanita. Aku percaya bahwa dia mencintaiku setulus hatinya.
Semakin hari hubunganku dengan Tomi semakin intim. Bahkan kami sering melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang yang belum menikah. Tak terasa waktu berputar,hubunganku dengan Tomi sudah 3 tahun. Lalu aku berkata padanya
"Kapan akan menikahiku?"
Tomi langsung marah-marah dengan alasan belum siap dan belum punya uang.
Aku sangat kecewa mendengarnya.
Tomi semakin sering marah-marah tanpa alasan bahkan tega main pukul. Aku hanya bisa menunggu dia memenuhi janjinya untukku menikahiku.
Tiada hujan dan angin, tiba-tiba aku mendengar kabar bahwa Tomi telah dijodohkan oleh orangtuanya. Hatiku begitu hancur sekali. Aku pergi ketemapat Tomi untuk mendengar langsung kabar itu
"Apa maksudku?"tanyaku
"Ia..aku akan menikah dengan pilihan orangtuaku"jawabnya dengan santai
"Jadi bagaimana dengan aku?"tanyaku
"Ya gimana,maupun apa"jawabnya dengan nada cuek tanpa bersalah
"Apa maksudku?waktu yang telah kita lalui bersama,janjimu yang akan bertanggungjawab dan akan menikahiku juga buatku bahagia,gimana?" tanyaku dengan batin yang terpukul
"Kita melakukannya atas dasar suka"jawabnya dengan santai.
Duniaku sekejap hancur, hatiku hancur sehancur-hancurnya. Aku mengingat wajah orangtuaku dan adik-adikku. Betapa bodohnya aku percaya dan tertipu dengan lelaki sekejam Tomi. Aku malu dan sangat malu sekali. Aku tak menyangka Tomi akan sekejam ini padaku. Aku menangis sepanjang waktu karena kebodohanku mencintai Tomi.
Aku risign dari pabrik sepatu. Semua teman-temanku datang dan bertanya kenapa saya risign. Aku tak sanggup menceritakan tentang kebodohan kepada mereka.
"Ibuku membutuhkanku karena sakit" jawabku kepada mereka. Mereka semua percaya dan selalu memberikan suport padaku. Akhirnya,aku keluar dari pabrik dan mencoba bekerja dikota lain untuk memulai kehidupan yang baru walau aku telah ternodai.
Aku meninggalkan ibu kota dengan sejuta kenangan baik dan juga paling suram dihidupku dalam mengenal satu lelaki brengsek seperti Tomi.
Walau berat hati meninggalkan teman-teman yang begitu baik hati juga usaha yang telah mulai berkembang namun harus demi melupakan kenangan yang terburuk itu.
Aku pindah ke kota lain dengan berharap kelak Tomi akan mengingat perbuatan kejamnya saat suatu dia terpuruk.
"Sudah sampai nak?" Tanya ibuku
"Sudah ibu"jawabku
"Baik-baiklah nak ditempat barumu" kata ibuku
"Ia ibu" jawabku dengan nada penuh penyesalan.
Aku menangis dan menyesali segalanya. Dan luka ini akan kusimpan dengan rapi tanpa ibu,ayah dan adik,adikku tau kisah suram yang kualami ini karena mereka pasti sangat terluka jika mengetahuinya.
Dikota baru ini,aku berdoa dan berharap semuanya baik-baik saja dan tidak akan mau lagi terjebak dengan lelaki yang bermulut manis.