Malam itu, hujan turun deras, membasahi atap rumah tua peninggalan kakek di pinggiran desa. Clara baru seminggu tinggal di sana, setelah kehilangan pekerjaannya di kota. Rumah itu sepi, hanya suara petir dan angin yang bersiul lewat celah-celah jendela kayu. Tapi ada satu hal yang sejak hari pertama terasa janggal, loteng yang terkunci dan berdebu.
Pada malam ketujuh, tepat pukul 02.13, Clara terbangun karena suara aneh. Suara seperti seretan benda berat dari atas, dari loteng yang seharusnya kosong. Ia menelan ludah, mencoba mengabaikannya, tapi suara itu terus datang tiap malam. Malam ini berbeda. Ada suara ketukan… tiga kali, pelan, namun jelas. Ketukan dari atas.
Dengan senter dan kunci tua warisan kakek, Clara nekat membuka pintu loteng. Bau apek langsung menyergap, namun yang lebih menusuk adalah hawa dingin yang tak biasa. Loteng itu gelap, hanya diterangi cahaya senter yang bergetar di tangan Clara. Debu menari di udara, dan di sudut loteng, ia melihat sebuah peti kayu tua, terkunci dengan rantai karat.
Clara mendekat. Entah dorongan dari mana, ia mengambil gunting besi dan memotong rantai itu. Begitu peti terbuka, hawa dingin menyeruak lebih kuat. Di dalamnya, ada cermin tua dengan bingkai ukiran wajah-wajah aneh. Clara menatap cermin itu… dan seolah terhisap.
Bayangannya di cermin tidak bergerak seperti dirinya. Wajahnya tersenyum meski Clara sendiri tidak tersenyum. Lalu bayangan itu... mengangkat tangan, dan mengetuk dari dalam cermin. Tiga kali. Seperti yang ia dengar malam-malam sebelumnya.
Clara jatuh terduduk. Cahaya senter merosot dan mati. Saat itu juga, cermin retak, perlahan, membentuk celah kecil di tengah. Dari celah itu, tangan pucat dengan kuku panjang merayap keluar.
Ia berlari turun, menutup pintu loteng dan menguncinya. Tapi malam-malam berikutnya menjadi lebih mengerikan. Bayangannya di setiap cermin mulai bergerak sendiri. Tersenyum saat ia menangis. Menangis saat ia marah. Hingga suatu malam, semua cermin di rumah retak bersamaan… dan satu suara muncul dari loteng “Kamu yang membebaskanku…”
Clara tak tahan. Ia membakar pintu loteng, berharap menghentikan semuanya. Tapi keesokan paginya, petugas pemadam menemukan rumah itu utuh… kecuali satu hal.. Clara menghilang.
Yang lebih aneh, di sudut loteng, ditemukan cermin tua. Dan di dalam cermin itu terlihat bayangan seorang wanita yang mengetuk, dari dalam, tiga kali.