Di sebuah peternakan kecil yang terletak di kaki Gunung Salak, hiduplah seekor babi bernama Gendut. Ia dinamakan demikian bukan tanpa alasan; tubuhnya bulat sempurna, kulitnya merah muda mengkilap, dan nafsu makannya tak pernah surut. Gendut sangat bahagia dengan hidupnya yang sederhana. Setiap pagi, ia bangun dengan semangat, menyantap sarapan jagung yang lezat, lalu bermain lumpur bersama teman-temannya.
Namun, ada satu hal yang membuat Gendut merasa berbeda. Ia selalu bermimpi bisa terbang. Setiap malam, saat bintang-bintang bertaburan di langit, Gendut membayangkan dirinya melayang di angkasa, melihat dunia dari ketinggian. Ia iri pada burung-burung yang bebas berterbangan ke mana saja mereka suka.
Suatu hari, Gendut memutuskan untuk mewujudkan mimpinya. Ia mulai berlatih mengepakkan telinganya yang lebar. Ia melompat-lompat setinggi mungkin, berharap bisa terangkat dari tanah. Tentu saja, usahanya selalu gagal. Teman-temannya menertawakan Gendut, menyebutnya aneh dan bodoh.
Namun, Gendut tidak menyerah. Ia percaya, dengan tekad yang kuat, tidak ada yang mustahil. Ia terus berlatih setiap hari, meskipun seringkali merasa lelah dan putus asa.
Hingga suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, Gendut merasakan sesuatu yang aneh. Telinganya terasa semakin ringan, tubuhnya terasa melayang. Ia mengepakkan telinganya lebih kuat, dan tiba-tiba... ia terangkat dari tanah!
Gendut terbang! Ia melayang di atas peternakan, melihat teman-temannya yang terkejut dan kagum. Ia terbang tinggi, melewati pepohonan, hingga mencapai puncak gunung. Dari sana, ia bisa melihat seluruh dunia.
Gendut sangat bahagia. Mimpinya akhirnya menjadi kenyataan. Ia terbang bebas, merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Ia tahu, mulai sekarang, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Meskipun ia hanya seekor babi gendut, ia telah membuktikan bahwa setiap makhluk hidup memiliki hak untuk bermimpi. Dan dengan keberanian dan kerja keras, mimpi itu bisa menjadi kenyataan.
(end)
Author:fida