Mentari mulai meredup, menyisakan semburat jingga di antara pepohonan. Aku mengendarai motor menyusuri jalan setapak yang membelah lembah hijau. Udara segar pegunungan menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Di kejauhan, tampak seorang wanita berkerudung melintas jembatan kecil, mungkin hendak pulang setelah seharian bekerja di sawah.
Pemandangan ini selalu membuatku merasa damai. Setiap lekuk jalan, setiap helai rumput, seolah menyimpan cerita tersendiri. Pohon-pohon kapas yang menjulang tinggi dengan buahnya yang ranum menjadi saksi bisu perjalanan hidupku. Dulu, aku sering bermain di bawah naungannya, memanjat batang kokohnya, dan memetik buahnya untuk dijadikan bantal.
Namun, ada yang berbeda hari ini. Ada perasaan rindu yang menggebu dalam dada. Rindu pada masa kecil, pada kebebasan tanpa batas, pada orang-orang yang kini telah pergi. Aku berhenti di tepi jalan, memandang hamparan sawah yang menghijau. Bayangan masa lalu menari-nari di pelupuk mata.
Tiba-tiba, setetes air mata jatuh membasahi pipi. Aku tersenyum getir. Ternyata, waktu memang tak bisa diulang. Kenangan hanya bisa disimpan dalam hati, menjadi bagian dari diri kita. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
"Hidup harus terus berjalan," bisikku dalam hati.
Aku kembali menstarter motor, melanjutkan perjalanan. Senja semakin larut, lembah hijau semakin gelap. Namun, di dalam hati, ada secercah harapan yang menyala. Harapan akan hari esok yang lebih baik, harapan akan cinta dan kebahagiaan.
(end)
Author:fida