---
*Judul: “Kita Pernah, Tapi Lupa”*
Di kehidupan sebelumnya, mereka adalah sepasang suami istri. Namanya *Alya* dan *Reyhan*. Bahagia, meski hidup sederhana. Namun maut merenggut keduanya dalam kecelakaan tragis. Tapi takdir belum selesai. Jiwa mereka lahir kembali—di dunia yang sama, di masa yang baru.
Kini, mereka adalah siswa SMA yang tak saling kenal.
*Alya* menjadi gadis yang cerdas, pendiam, dan sensitif. Sedangkan *Reyhan*—atau sekarang dikenal sebagai *Rayan*—adalah cowok cuek, keras kepala, dan populer.
Mereka satu sekolah. Bahkan satu kelas. Tapi tiap kali bertemu, selalu saja saling bentrok.
"Awas dong, buta ya?" bentak Alya saat Rayan menabraknya di koridor.
"Harusnya kamu yang liat, jangan main HP terus!" balas Rayan dingin.
Mereka saling benci. Atau setidaknya... begitu yang mereka pikirkan.
Padahal, setiap mimpi malam, mereka melihat bayangan yang sama—dua tangan saling menggenggam, suara tawa kecil, dan... kecelakaan.
Namun tak ada yang sadar, itu adalah kenangan dari kehidupan sebelumnya.
Suatu hari, mereka ditugaskan jadi partner tugas sejarah. Mau tak mau, mereka harus menghabiskan waktu bersama. Canggung. Penuh adu mulut. Tapi juga... perlahan mulai terasa familiar.
"Entah kenapa aku ngerasa udah kenal kamu lama banget," gumam Alya pelan saat mereka naik mobil menuju perpustakaan luar kota.
"Hah? Jangan halu," balas Rayan. Tapi sorot matanya berubah serius. “Tapi... iya sih. Kamu juga sering muncul di mimpi aku.”
Belum sempat mereka menyimpulkan apa-apa, BRAKKK!
Sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan. Mobil yang mereka tumpangi terguling.
Gelap.
Suara monitor rumah sakit berdetak pelan.
Ketika Alya membuka mata, Rayan sudah duduk di samping ranjang.
"Alya?"
Mata mereka bertemu. Saat itu juga, semua ingatan tentang kehidupan sebelumnya—pernikahan mereka, tawa, air mata—kembali seperti badai.
Rayan menggenggam tangan Alya.
"Kita pernah... tapi lupa, ya?"
Alya mengangguk, air mata mengalir pelan.
"Dan sekarang... kita punya kesempatan kedua."
---
Suatu hari, mereka ditugaskan jadi partner tugas sejarah. Mau tak mau, mereka harus menghabiskan waktu bersama. Canggung. Penuh adu mulut. Tapi juga... perlahan mulai terasa familiar.
"Entah kenapa aku ngerasa udah kenal kamu lama banget," gumam Alya pelan saat mereka naik mobil menuju perpustakaan luar kota.
"Hah? Jangan halu," balas Rayan. Tapi sorot matanya berubah serius. “Tapi... iya sih. Kamu juga sering muncul di mimpi aku.”
Belum sempat mereka menyimpulkan apa-apa, BRAKKK!
Sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan. Mobil yang mereka tumpangi terguling.
Gelap.
Suara monitor rumah sakit berdetak pelan.
Ketika Alya membuka mata, Rayan sudah duduk di samping ranjang.
"Alya?"
Mata mereka bertemu. Saat itu juga, semua ingatan tentang kehidupan sebelumnya—pernikahan mereka, tawa, air mata—kembali seperti badai.
Rayan menggenggam tangan Alya.
"Kita pernah... tapi lupa, ya?"
Alya mengangguk, air mata mengalir pelan.
"Dan sekarang... kita punya kesempatan kedua."
---