zrasss..
Diperlihatkan seorang perempuan yang sedang mencuci wajah nya di kamar mandi.
"Uh.. Aku harus bagaimana?" Ujar perempuan tersebut
"Aku menginginkan piala. Aku menyesal tidak mengikuti semua lomba itu" ujarnya lagi.
"Sialan!"
"..."
"CLIVA NA KAISANNDRA!"
"Kau ngapain apa saja di kamar mandi?! CEPAT KELUAR"
Teriak wanita tidak lain ia ibu dari seorang anak yang bernama 'Cliva na Kaisanndra'
...
Tak lama, Cliva pun keluar dari situ. Lalu, bergegas menghampiri ibu nya yang sedang masak di dapur.
"Mama." Ucap Cliva yang memanggil ibu nya tersebut
Wanita itu berbalik dan menatap Cliva
"Apa" tanya ibu.
"Aku ingin bicara dengan mama" kata Cliva.
"Ada apa, Cliva."
"Menurut mama, anak seperti aku bisa meraih prestasi di sekolah maupun diluar sekolah?" Ujar Cliva pada ibu
...
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, sang ibu menatap ia beberapa lama.
"Kenapa tanyakan itu?" Bukannya menjawab, wanita tersebut melemparkan pertanyaan kembali.
"Aku hanya meminta pendapat mama" alasan Cliva. Padahal, ia ingin mendapat dukungan dari sang ibu.
"Hmm."
"Nanti dulu."
"Kalau kamu, menurutmu diri mu bisa tidak?" Ujar ibu
"Aku merasa, aku tidak bisa meraih prestasi" jawab cepat dari Cliva
"Kenapa?" Ibu menanyakan alasan
"..."
"Karena, aku melihat orang-orang cerdas yang selalu mendapat prestasi. Aku menjadi merasa seperti itu" Penjelasan Cliva.
"Oh, itu berarti pikiran mu" ucap Ibu.
"Hah" satu kata Cliva setelah mendengar tersebut.
"Maksud mama apa?" Kata Cliva
Ibu menaruh makanan yang sudah dimasak nya di atas meja makan.
"Kamu yang melihat mereka cerdas dan dapat prestasi, tanpa menoleh ke dirimu yang juga sama. Tetapi hanya tidak mengakuinya." Ujar sang ibu
...
"Mama"
Bingung atas respon anaknya itu. Ia memalingkan wajah nya untuk menatap anak nya tersebut.
...
"Loh"
"kenapa nangis?"
"E-hah? Aku tidak menangis" ucap Cliva yang mengusap setetes air mata nya itu.
"Lalu apa" ucap Ibu
"Hanya terhura" Cliva tidak ingin terlihat anak yang mudah menangis pun mencari alasan lain yang tidak pasti.
"Yasudah, sini duduk lalu makan" ucap ibu.
"Sekolah menunggumu" ujarnya kembali
Cliva menatap sebentar makanannya sebelum menghampiri.
"Ah, iya" ucap Cliva yang berjalan ke salah satu kursi di bawah meja makan tersebut.
...
Mereka berdua berbincang-bincang hal yang cukup tidak penting saat makan bersama. Beberapa lama kemudian, sekarang menunjukkan pukul 06.25 pagi yang bisa diartikan sebagai waktu pelajar akan pergi sekolah.
Cliva pun juga sedang bersiap-siap untuk bergegas pergi ke sekolah.
"Cliva, seusai pulang sekolah. Mama bilang tidak boleh kemana-mana, tetapi kenapa kamu tetap pergi ke perpustakaan pinggir kota? Itu jauh, Cliva" Menegur anaknya itu.
"..." Cliva tidak berucap apapun sehabis ibunya berbicara, ia sedang berfokus memakai kaus kaki sekolah nya.
"Mama, aku hanya ke perpustakaan. Apa ada yang salah?" Cliva akhirnya berbicara, ia tidak menoleh pada ibunya saat berbicara. Ia seperti cukup fokus pada alas kakinya itu.
"Itu sangat jauh dari rumah kita, Cliva" Kali ini nada nya cukup tegas untuk berbicara sang ibu.
"Ma, itu satu-satunya perpustakaan yang bagus untukku" ucap Cliva yang seperti anak sedang melawan ibunya.
"Uhh terserah kamu saja" ujar nya yang lama-lama frustasi mendengar anaknya yang tidak ingin menurut terhadap orangtua.
"Jika kamu pulang dengan mengeluh, mama sita semua buku mu."
"Ish, mama selalu saja begitu" protes Cliva yang tidak nerima kalau buku nya yang selalu menjadi taruhan dalam perkataan ibunya.
"Mama tidak peduli" ucap sang ibu
...
5 menit berlalu, kini Cliva akan segera berjalan ke sekolah. Sebelum itu, ia berpamitan terlebih dahulu untuk sang ibu.
"Ma, aku pamit ya" ucap Cliva
"Iya, hati-hati" jawab ibu
...
"Sampai jumpa mama" Teriak Cliva yang mulai pergi sambil melambaikan lengan nya.
"Ya."
...
Selama perjalanan Cliva, Ia setia pada pikiran nya. Cliva hanya berpikir dan berpikir di langkah nya. Ia tidak pernah berpikir hal yang sangat tidak penting baginya. Mau tahu apa yang ia pikirkan?
Pikir Cliva||* menurut perkataan mama, aku hanya tidak mengakuinya ya? Tapi aku benar-benar merasa seperti itu. Aku selalu gagal, kalah.
...
||* aku dengar-dengar akan ada olimpiade cerdas cermat. Apa aku ikut saja ya? Aku tahu aku mungkin tidak bisa melakukannya.
...
||* AH SIALAN!
Sayangnya, pikiran itu harus berhenti dikarenakan Cliva yang sudah berada di dalam sekolah. Ia akan mencari keberadaan kelasnya.
Tak lama kemudian, ia sudah di depan pintu kelas.
Cliva pun masuk kelas
"..."
Cliva tidak berkata apa-apa, ia hanya berjalan kearah tempat duduknya. Sebelum itu, beberapa detik kemudian, ada seseorang yang menyapa nya.
"Iva, selamat pagi. Untung saja kamu tidak terlambat, sebentar lagi akan bell pelajaran." Ujar seseorang
Sepertinya benar, sekarang menunjukkan pukul 06.40. 5 menit Cliva akan langsung berdiri di lapangan.
Cliva melirik orang tersebut, "iya."
"Kerran, apa ada info tentang akan diadakan olimpiade cerdas cermat?" Ujar Cliva yang memanggil nama perempuan itu, ia bernama 'Kerran xavirasha lav' teman yang cukup akrab dengan Cliva.
"Ah ya! Baru saja aku ingin memberi tahu mu" ucap Kerran
"Benar, dua atau tiga minggu akan diadakan olimpiade cerdas cermat. Siapa saja bisa mengikuti nya" ujar Kerran yang menjelaskan kepada Cliva.
"Kudengar, hadiah bagi yang memasuki juara juga keren-keren" ujarnya lagi
"Oh, memangnya apa?" Tanya Cliva, ia cukup penasaran juga ya.
"Medali emas untuk juara satu, medali perak untuk juara dua, medali bronz untuk juara tiga!" Jawab Karren
"Lumayan loh!" Ucap karren setelah mengasih tahu hadiah bagi yang juara.
"Oh" sedangkan, Cliva hanya ber-oh. Tetapi, dibalik itu banyak yang Cliva pikirkan terhadap olimpiade tersebut.
Pikir Cliva||* hah? Medali.. itu yang sangat aku inginkan! Apa aku daftar saja ya?
||* persetan dengan tidak bisa!! Aku tidak peduli, aku tetap akan mencoba. Aku harus meraih juara 1!
BERSAMBUNG
Penasaran dengan kelanjutan nya?