Aku masih ingat malam itu ketika aku dan teman-temanku memutuskan untuk mendaki Gunung Lawu. Kami berangkat sore hari dan berencana untuk mencapai puncak sebelum matahari terbit. Saat kami mendaki, suasana semakin dingin dan kabut mulai turun. Kami harus berhati-hati karena jalur pendakian cukup licin dan curam.
Setelah beberapa jam mendaki, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah pos pendakian. Saat itu sudah larut malam, dan kami sangat lelah. Aku memutuskan untuk mengambil air dari sumber air yang tidak jauh dari pos. Saat aku berjalan menuju sumber air, aku melihat sosok perempuan dengan rambut panjang dan terurai, mengenakan kimono putih yang robek dan lusuh.
Aku merasa sedikit kaget dan penasaran, lalu aku mendekatinya. Saat aku semakin dekat, sosok itu menoleh ke arahku. Aku terkejut melihat wajahnya yang pucat dengan mata yang kosong. Aku langsung merasa takut dan berlari kembali ke pos pendakian.
Saat aku sampai di pos, aku langsung menceritakan apa yang aku lihat kepada teman-temanku. Mereka tidak percaya dan mengira aku hanya lelah dan mengkhayal. Namun, saat kami melanjutkan pendakian, kami sering mendengar suara-suara aneh dan langkah kaki yang tidak jelas sumbernya.
Saat kami hampir mencapai puncak, kami melihat sosok yang sama lagi. Kali ini, sosok itu berdiri di atas sebuah batu besar, menatap kami dengan mata yang kosong. Kami langsung merasa sangat takut dan segera meninggalkan tempat itu.
Setelah kejadian itu, kami tidak pernah menceritakan pengalaman kami kepada orang lain. Namun, sampai sekarang aku masih ingat sosok kuntilanak yang aku lihat di Gunung Lawu.