Hujan turun deras sore itu. Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh, sebagian menunduk di bawah atap toko.
Di tengah keramaian, seorang anak kecil berdiri memeluk bukunya yang basah. Ia tak punya payung, tak ada jaket, hanya seragam sekolah yang mulai berat karena air.
Seorang nenek tua berjalan mendekat, membawa sebuah payung kuning lusuh. Tanpa banyak bicara, nenek itu membukanya dan menutupi si anak kecil.
“Pulanglah, Nak. Jangan biarkan hujan membuatmu sakit,” katanya lembut.
Anak itu menatap, ingin bertanya siapa nenek itu, tapi nenek hanya tersenyum lalu pergi begitu saja, meninggalkan payung kuning di tangannya.
Sejak hari itu, setiap kali hujan turun, anak itu selalu membawa payung kuningnya. Ia tumbuh besar, dan entah kenapa, setiap kali melihat orang lain kebasahan, ia merasa terdorong untuk berbagi tempat di bawah payungnya.
Karena ia percaya, kebaikan sekecil apapun bisa menghangatkan hati—seperti payung kuning di hari hujan.