ini dia kelanjutan cerita yang akan menunjukkan sisi lain dari Draco dan mempererat hubungannya dengan Y/N di kelas Ramuan.
Bantuan Tak Terduga di Kelas Ramuan
Kelas Ramuan sore itu terasa lebih dingin dan sunyi dari biasanya. Professor Snape baru saja memberikan instruksi untuk membuat Ramuan Lupa, ramuan yang sulit dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Y/N, yang biasanya bisa mengerjakan ramuan dengan mudah, hari itu merasa kesulitan. Pikirannya masih kacau karena mimpi buruknya dan percakapan serius dengan ayahnya. Ia terlalu banyak menaruh akar asphodel ke dalam kuali, dan ramuan yang seharusnya berwarna ungu cerah kini berubah menjadi cokelat keruh.
"Sial," bisik Y/N, mengaduk-aduk kualinya dengan putus asa.
Professor Snape, yang seperti biasa, berjalan di antara meja, mengawasi setiap langkah siswa. Ia berhenti di meja Y/N, tatapannya tajam.
"Riddle, kuali Anda seperti sup lumpur," katanya dengan suara mengejek. "Saya harap Anda tidak sengaja mencoba meracuni seseorang."
Y/N mengepalkan tangannya di bawah meja. "Saya... saya salah menaruh bahan, Professor," jawabnya, suaranya pelan.
Snape hanya mencibir. "Sudah saya duga. Kurangnya perhatian dari Anda."
Y/N menunduk, merasa malu dan kesal. Ia tahu Snape hanya ingin membuatnya kesal, dan itu berhasil. Ia merasa frustrasi, dan ia ingin melempar kuali itu ke dinding.
Tiba-tiba, sebuah suara pelan terdengar di sebelahnya. "Kamu terlalu banyak menaruh asphodel. Cepat ambil dua tetes getah sopophorous."
Y/N menoleh dan melihat Draco Malfoy. Ia sedang menatap kualinya dengan wajah serius.
"Apa?" tanya Y/N.
"Ambil getah sopophorous. Dua tetes saja," bisik Draco. "Jangan terlalu banyak. Itu akan mengembalikan warna ramuanmu."
Y/N ragu, tapi ia memutuskan untuk mempercayai Draco. Ia mengambil getah sopophorous dan menaruhnya ke dalam kuali. Ramuan yang tadinya cokelat keruh, kini perlahan-lahan berubah menjadi ungu cerah. Y/N terkejut, tapi juga lega.
Snape, yang melihat perubahan itu, berhenti di meja mereka. Ia menatap kuali Y/N, lalu menatap Draco. "Malfoy," kata Snape, suaranya tajam. "Apa yang kau lakukan? Apakah kau membantu Nona Riddle?"
Draco mengangkat bahunya, ekspresinya tenang. "Saya hanya... memberikan pendapat, Professor. Kami sedang mendiskusikan ramuan."
Snape menatap mereka berdua, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Pastikan pendapatmu tidak mengganggu pekerjaanmu sendiri, Malfoy."
Snape lalu berjalan pergi, meninggalkan mereka berdua. Y/N menoleh ke Draco, matanya dipenuhi rasa terima kasih.
"Terima kasih, Draco," bisik Y/N. "Kenapa kau membantuku?"
Draco tersenyum tipis, senyum yang tulus, bukan sombong. "Aku... tidak ingin kau terlihat bodoh di depan Snape. Kau tidak pantas dipermalukan."
"Tapi... kau harusnya tidak membantuku," kata Y/N. "Kau bisa kena masalah."
Draco mengedikkan bahunya. "Tidak masalah. Ayahku tidak akan tahu. Lagipula... aku kan sudah berjanji, aku akan selalu ada untukmu."
Y/N menatap mata Draco, dan ia melihat keseriusan di sana. Ia tahu, Draco benar-benar peduli padanya. Ia bukan hanya pamer, atau mencoba terlihat keren. Ia hanya ingin membantunya.
"Aku... aku tidak tahu harus berkata apa," kata Y/N, suaranya bergetar.
Draco mengambil tangannya di bawah meja, menggenggamnya dengan erat. "Tidak perlu berkata apa-apa. Cukup tahu, kalau kau tidak sendirian. Kita ada di sini bersama."
Y/N mengangguk, dan ia tersenyum. Ia tidak menyangka, bahwa orang yang paling ia hindari di awal, kini menjadi orang yang paling ia butuhkan. Dan di kelas Ramuan yang dingin dan gelap, Y/N merasa hangat dan aman.