Setelah kejadian di kelas ramuan, hari-hari di Hogwarts terus berjalan. Y/N semakin terbiasa dengan rutinitasnya. Ia masih sering menghabiskan waktu di perpustakaan, tapi kini ia juga terkadang duduk di tepi Danau Hitam, hanya untuk menikmati ketenangan. Di sana, ia sering melihat raksasa gurita, gurita raksasa, atau bahkan duyung yang melintas di permukaan air.
Suatu sore, Y/N sedang duduk di bawah pohon, membaca buku tentang sejarah sihir gelap. Floki, musangnya, sedang asyik bermain dengan ranting kecil. Tiba-tiba, bayangan menutupi halamannya.
"Baca apa lo?"
Y/N mendongak. Di depannya ada Draco Malfoy, ditemani Crabbe dan Goyle. Wajah Draco terlihat kesal.
"Bukan urusanmu," jawab Y/N dingin, kembali ke bukunya.
"Oh, aku tahu ini pasti buku-buku konyol," kata Draco, lalu ia menendang ranting yang dimainkan Floki. "Jauhkan musang menjijikkan itu dariku."
Floki mendesis, lalu melompat ke pundak Y/N, menyembunyikan diri di balik rambutnya.
"Jangan ganggu Floki," kata Y/N pelan. Tapi matanya memancarkan peringatan.
"Apa? Lo mau bikin aku takut?" ejek Draco, menyilangkan tangannya. "Lo pikir lo itu siapa? Lo bahkan tidak di Slytherin. Lo tidak ada artinya buatku."
Tiba-tiba, suara lain datang. "Kalau dia tidak ada artinya, kenapa lo repot-repot ganggu dia, Malfoy?"
Harry Potter dan Ron Weasley berdiri di belakang Draco. Harry menatap tajam ke arah Draco.
"Bukan urusan lo, Potter," kata Draco, wajahnya memerah.
"Setidaknya aku tahu cara bersikap sopan ke cewek," balas Harry.
Draco ingin membalas, tapi ia melihat Floki menyembunyikan diri. Dia ingat kejadian di perpustakaan dan merasa jengkel.
"Baiklah, Potter. Kau menang kali ini," gerutu Draco, lalu ia pergi bersama Crabbe dan Goyle.
Harry dan Ron berjalan mendekati Y/N. Harry duduk di sebelahnya. "Lo oke?" tanya Harry.
"Ya," Y/N menjawab singkat.
"Draco itu... memang begitu," kata Ron. "Sombongnya selangit."
Y/N tidak merespons, hanya menatap danau. Harry ikut menatap danau.
"Lo... suka ke sini?" tanya Harry, mencoba memulai percakapan.
"Ya. Tenang," jawab Y/N.
"Gue juga," kata Harry. "Gue suka ngelihat gurita raksasa. Kadang dia muncul."
Mereka terdiam, hanya suara riak air yang terdengar. Y/N merasa aneh, tapi tidak merasa tidak nyaman. Ini pertama kalinya ia duduk dengan seseorang yang tidak ia kenal, tapi suasana terasa damai.
Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari balik bukit.
"Hei, Y/N!"
Y/N dan Harry menoleh. Fred dan George Weasley berlari ke arah mereka. Fred memegang bungkusan kecil, dan George memegang seutas tali panjang.
"Lihat! Kita bikin permen baru," kata Fred. "Permen yang kalau dimakan bisa bikin gigi lo jadi pelangi."
"Kita mau coba, tapi kata Percy, kita harus menjauhi Gryffindor biar nggak kena hukuman," kata George, melirik Harry dan Ron.
Y/N menatap mereka dengan tatapan bingung.
"Kita perlu 'kelinci percobaan' dari asrama lain," bisik Fred, matanya berbinar nakal. "Gimana kalau... Ravenclaw?"
"Atau... Slytherin?" usul George, melirik ke arah Ron.
"Kita gak mau kena karma gara-gara ngerjain Slytherin," kata Fred. "Kita cari aman aja."
"Y/N, mau coba?" kata George, menyodorkan sebuah permen berwarna-warni.
"Tidak," jawab Y/N datar.
"Kenapa? Ini aman kok!" kata Fred, pura-pura tersinggung.
"Karena aku tahu, kalian pasti sudah bikin penangkalnya," kata Y/N, menghela napas. "Kalian cuma mau lihat reaksi orang lain."
Fred dan George terdiam. Lalu mereka tertawa.
"Tuh kan, George! Dia cerdas!" kata Fred. "Emang bener dia di Ravenclaw!"
"Yaudah deh, nggak jadi," kata George. "Tapi lain kali kalau kita punya ide brilian, kita pasti datang ke kamu. Siapa tahu kamu bisa kasih masukan."
"Mendingan kalian jauh-jauh dari dia!" kata Harry, yang sudah tidak nyaman.
"Santai, Potter," kata Fred, melirik Harry dengan seringai. "Ini urusan bisnis. Kami dan Y/N punya pemahaman yang berbeda tentang 'lucu'."
Mereka berdua lalu berlari menjauh, meninggalkan Harry, Ron, dan Y/N dalam keheningan yang canggung.
Y/N menatap Harry. "Mereka... aneh."
Harry mengangguk, tersenyum kecil. "Mereka emang begitu. Tapi... mereka nggak jahat kok."
Untuk pertama kalinya, Y/N merasa tidak sendiri. Ia memiliki Draco yang selalu menantangnya, Harry yang melindunginya, dan si kembar Weasley yang membuatnya tersenyum. Kehidupan di Hogwarts, yang awalnya terasa dingin, kini perlahan-lahan mulai hangat. Dan Y/N sadar, petualangan ini baru dimulai.