Ramuan Keberuntungan
Keesokan harinya, di kelas Footprint Seekers, Profesor Alastor tampak bersemangat. Ia berdiri di depan kelas, memegang botol kecil berisi cairan keemasan yang berkilauan.
"Hari ini, kita akan belajar membuat salah satu ramuan paling sulit dan paling kuat," katanya dengan suara penuh semangat. "Felix Felicis, atau biasa kita sebut, Cairan Keberuntungan."
Semua siswa terkejut. Mereka tahu, ramuan itu sangat sulit dibuat, dan hanya sedikit penyihir yang berhasil membuatnya.
"Ramuan ini," lanjut Profesor Alastor, "memberikan peminumnya keberuntungan. Apa pun yang mereka coba akan berhasil. Tentu saja, ramuan ini sangat langka dan mahal."
Profesor Alastor mulai menjelaskan bahan-bahan dan langkah-langkahnya. Semua siswa mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap detail.
Setelah Profesor Alastor selesai, ia memberikan bahan-bahan kepada setiap pasangan. Y/N, yang berpasangan dengan Cho, mulai membuat ramuannya. Mereka mengikuti setiap langkah dengan hati-hati, tapi ramuan mereka tetap berwarna coklat keruh.
"Ramuan ini sangat sulit," bisik Cho, suaranya frustrasi.
"Jangan khawatir," jawab Y/N, "kita akan terus mencoba."
Di sisi lain, Draco dan George juga mencoba membuat ramuan itu. Draco, yang biasanya angkuh, tampak bingung. "Bagaimana ini bisa sulit?" tanyanya. "Aku sudah mengikuti setiap langkah."
"Kau butuh keberuntungan, Malfoy," jawab George, tersenyum jahil.
Harry dan Ron juga mencoba, tapi ramuan mereka malah meledak dan mengeluarkan asap berwarna hijau.
Profesor Alastor berjalan di antara mereka, mengamati setiap ramuan. Ia melihat ramuan Y/N dan Cho, lalu mengangguk. Ia juga melihat ramuan yang gagal lainnya.
"Jangan khawatir," kata Profesor Alastor. "Felix Felicis adalah ramuan yang membutuhkan kesabaran dan keberuntungan. Teruslah mencoba, dan suatu hari, kalian akan berhasil."
Buku Catatan Pangeran Berdarah Campuran
Setelah pelajaran selesai, Harry kembali ke kamarnya dengan perasaan frustrasi. Ramuan Felix Felicis yang dibuatnya gagal, dan ia tahu ia tidak bisa melakukannya sendirian. Ia mengeluarkan buku catatan ramuan miliknya, buku yang ia temukan di lemari tua. Buku itu milik seorang siswa yang tidak disebutkan namanya, yang dikenal sebagai Pangeran Berdarah Campuran.
Buku itu penuh dengan catatan-catatan tulisan tangan yang sangat membantu. Di sana, Harry melihat tulisan tangan yang berbeda dari tulisan tangan aslinya. Tulisan itu memberikan tips-tips yang sangat detail tentang cara membuat ramuan. Harry mulai membaca buku itu lagi, dan ia menemukan beberapa catatan tentang Felix Felicis.
"Campurkan ramuan saat bulan purnama," tulis catatan itu. "Lalu, aduk ramuan itu dengan tiga kali gerakan searah jarum jam, dan satu kali gerakan berlawanan arah jarum jam. Pastikan ramuan itu berada di bawah sinar rembulan."
Harry membaca catatan itu dengan saksama. Ia tidak pernah terpikirkan untuk melakukan hal itu. Ia memutuskan untuk mencoba lagi. Ia pergi ke kelas ramuan saat tengah malam, saat bulan purnama bersinar terang. Ia mengeluarkan bahan-bahan dan mulai mengikuti instruksi dari buku itu. Ia mencampurkan ramuan saat bulan purnama, mengaduknya dengan gerakan yang ditulis di buku itu, dan membiarkan ramuan itu di bawah sinar rembulan.
Harry menatap ramuan itu, dan ia terkejut. Ramuan itu mulai berubah warna menjadi emas, dan berkilauan. Itu adalah Felix Felicis yang sempurna. Harry merasa senang, ia tidak pernah menyangka ia akan berhasil. Ia tidak tahu, bahwa buku catatan itu adalah milik Pangeran Berdarah Campuran, seorang penyihir hebat yang juga memiliki rahasia lain.
Pangeran Berdarah Campuran
Harry yang baru saja berhasil membuat ramuan Felix Felicis, berbalik untuk kembali ke asrama. Di koridor yang gelap, ia dikejutkan oleh Y/N, Fred, dan George yang sedang mengobrol. Y/N melihat buku catatan yang dipegang Harry. Matanya langsung tertuju pada tulisan tangan di dalamnya.
"Harry, tunggu," kata Y/N. "Buku apa itu?"
Harry ragu sejenak, lalu menunjukkan buku itu. "Ini buku ramuan yang kutemukan. Catatan-catatan di dalamnya sangat membantuku membuat Felix Felicis."
Y/N mengambil buku itu dan membalik-baliknya. Ia melihat tulisan "Pangeran Berdarah Campuran" di sampulnya. Y/N terdiam sejenak, wajahnya terlihat serius.
"Harry," kata Y/N, suaranya pelan. "Kau tahu siapa Pangeran Berdarah Campuran ini?"
Harry menggeleng. "Tidak. Aku hanya tahu dia punya banyak catatan-catatan yang membantuku."
"Pangeran Berdarah Campuran itu... adalah Profesor Snape," kata Y/N.
Harry, Fred, dan George terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa guru ramuan yang mereka benci adalah penulis buku itu.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Harry, tidak percaya.
"Ibunya adalah seorang penyihir berdarah murni, Eileen Prince," jelas Y/N. "Dan ayahnya adalah seorang Muggle. Jadi, dia adalah 'Pangeran Berdarah Campuran'."
Fred dan George menatap Y/N dengan tatapan tidak percaya. "Bagaimana bisa dia?" kata George. "Dia benci semua orang, terutama Harry."
"Aku tahu," jawab Y/N. "Tapi, kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari luarnya. Terkadang, mereka punya rahasia yang tidak kita tahu."
Harry menatap buku di tangannya. Ia tidak bisa percaya bahwa guru yang paling ia benci, telah membantunya. Ia tidak tahu, apakah ia harus merasa senang atau marah. Ia tahu, dunia sihir lebih rumit dari yang ia bayangkan.