Menjelajahi Hutan Terlarang
Malam itu, bulan purnama bersinar terang. Y/N menyelinap keluar dari asrama Ravenclaw, membawa tas kecil berisi buku dan beberapa ramuan. Ia tidak memberi tahu siapa pun tentang rencananya. Ia punya misi, sebuah misi yang hanya ia dan Pitter yang tahu. Namun, saat ia melangkah di luar pintu gerbang kastil, sebuah suara mengejutkannya.
"Y/N?"
Ia menoleh dan melihat Draco Malfoy, berdiri di sana dengan wajah bingung.
"Draco?" bisik Y/N. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku melihatmu pergi," jawab Draco. "Kau mau ke mana?"
"Aku tidak bisa memberitahumu," kata Y/N, suaranya pelan. "Ini... ini berbahaya."
"Kalau begitu aku ikut," kata Draco, nadanya tegas. "Kau tidak boleh pergi sendirian."
Y/N tahu ia tidak bisa menghentikan Draco. Mereka berdua berjalan di bawah rembulan, diam-diam melintasi halaman Hogwarts. Namun, saat mereka sampai di depan Hutan Terlarang, sebuah suara menginterupsi mereka.
"Y/N! Draco Malfoy! Apa yang kalian lakukan di sini?"
Mereka menoleh dan melihat Profesor McGonagall berdiri di sana, wajahnya tampak kesal.
"Kami... kami hanya ingin melihat pemandangan," jawab Draco, mencoba berbohong.
"Jangan berbohong, Malfoy," kata Profesor McGonagall. "Kalian melanggar peraturan sekolah. Kalian dihukum."
Keesokan harinya, Y/N dan Draco berada di pondok Hagrid. Hagrid tampak sedih.
"Terima kasih sudah mau membantu," kata Hagrid, "ada unicorn yang terluka di Hutan Terlarang. Dia butuh pertolongan."
Y/N dan Draco menatap satu sama lain, wajah mereka pucat. Mereka tahu, Hutan Terlarang adalah tempat yang sangat berbahaya.
"Jangan khawatir," kata Hagrid, melihat ekspresi mereka. "Kalian akan baik-baik saja."
Hagrid memimpin mereka masuk ke dalam hutan. Di sana, mereka menemukan unicorn yang terluka. Draco, yang tadinya angkuh, tampak gugup.
"Aku tidak tahu bagaimana cara merawatnya," bisiknya pada Y/N.
"Tidak apa-apa," jawab Y/N, suaranya lembut. "Kita akan belajar bersama."
Misi Rahasia Y/N
Malam itu, saat Y/N dan Draco berada di tengah Hutan Terlarang, Y/N menatap unicorn yang terluka dengan tatapan yang penuh rasa kasihan. Ia menghela napas, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya.
"Hagrid," kata Y/N, suaranya bergetar. "Aku... aku harus memberitahu kalian sesuatu."
Hagrid dan Draco menatap Y/N dengan bingung.
"Aku... aku tidak sengaja melihat unicorn itu terluka," lanjut Y/N. "Dan aku tahu, darah unicorn bisa... bisa mempertahankan hidup."
Draco terkejut. "Y/N! Apa yang kau katakan?!" bisiknya. "Kau tidak boleh meminum darah unicorn! Itu kutukan!"
"Aku tidak akan meminumnya," jawab Y/N, matanya berkaca-kaca. "Aku... aku tidak mencari darah unicorn untukku sendiri."
"Lalu untuk siapa?" tanya Draco, suaranya tegas.
Y/N terdiam, lalu menatap Draco. "Aku... aku tidak bisa memberitahumu."
Hagrid menghela napas. Ia tahu apa yang Y/N pikirkan. "Y/N, darah unicorn hanya akan mempertahankan hidupmu dengan harga yang sangat mahal. Kau harus membayar dengan kutukan. Kau tidak boleh melakukannya."
"Tapi... tapi aku ingin membantu seseorang," kata Y/N, suaranya pelan. "Aku ingin menolong... Pitter."
Draco terkejut. "Pitter?"
"Ya," jawab Y/N. "Pitter... dia tidak pernah memberitahuku, tapi aku tahu, dia tidak sehat. Dia selalu melindungiku, dan aku ingin... ingin melindunginya."
Draco menatap Y/N. Ia tahu, Y/N adalah orang yang baik. Ia akan melakukan apa pun untuk teman-temannya. Tapi ia juga tahu, Y/N telah membuat kesalahan.
"Y/N," kata Draco, suaranya lembut. "Kau tidak bisa menyelamatkan orang lain dengan mengorbankan dirimu. Kau tidak bisa melakukan hal yang salah untuk alasan yang benar."
Y/N menangis. Ia tahu, Draco benar. Ia tidak bisa menyelamatkan Pitter dengan mengorbankan unicorn. Ia harus mencari cara lain.
Cerita Panjang Y/N
Hagrid menghela napas panjang, menatap Y/N dengan mata penuh pengertian. Ia lalu berlutut di samping unicorn yang kesakitan, mengolesi luka unicorn itu dengan ramuan ajaib.
"Darah unicorn adalah sihir tergelap," kata Hagrid, suaranya lembut. "Kau akan hidup, tapi kau akan membayar mahal. Pitter tidak akan mau jika kau melakukan itu untuknya."
Y/N menangis. "Aku tahu, Hagrid. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Pitter... dia adalah satu-satunya orang yang membuatku merasa aman. Dia satu-satunya orang yang melindungiku saat aku tidak punya siapa-siapa."
Draco, yang tadinya marah, kini menatap Y/N dengan tatapan penuh simpati.
"Ceritakan padaku, Y/N," kata Hagrid, suaranya menenangkan. "Ceritakan padaku tentang dirimu dan Pitter."
Y/N terdiam sejenak, lalu mulai bercerita. "Aku tumbuh di panti asuhan. Hidupku sulit. Aku sering diintimidasi karena tidak punya orang tua. Tapi suatu hari, seorang anak laki-laki datang. Dia tidak banyak bicara, tapi dia selalu melindungiku. Dia adalah Pitter."
"Pitter selalu ada untukku," lanjut Y/N. "Ketika aku lapar, ia akan mencuri makanan dari dapur. Ketika aku diintimidasi, ia akan melindungiku. Ia selalu bilang padaku, 'Kau kuat, Y/N. Kau tidak butuh orang lain untuk melindungimu.' Tapi aku tahu, ia selalu melindungiku. Ia selalu ada untukku."
Hagrid mengangguk. "Aku mengerti. Dia adalah keluargamu."
"Ya," jawab Y/N. "Ia adalah keluargaku. Tapi ia tidak pernah mengatakan padaku tentang penyakitnya. Aku hanya tahu ia sering sakit. Aku ingin menolongnya."
Hagrid menepuk bahu Y/N dengan lembut. "Kau sudah cukup melindunginya, Y/N. Kau sudah cukup kuat. Kau tidak perlu lagi membahayakan dirimu sendiri."
Draco mendekati Y/N, lalu memeluknya. "Kau tidak sendirian, Y/N. Kau punya kami. Kau punya Footprint Seekers."
Y/N, yang masih menangis, membalas pelukan Draco. Ia tahu, Draco benar. Ia tidak sendirian. Ia punya teman-teman yang akan selalu ada untuknya.