Surat dari Sirius
Suatu pagi, saat Y/N sedang sarapan di Aula Besar, sebuah burung hantu coklat terbang ke arahnya, membawa sebuah gulungan perkamen kecil. Y/N mengambil gulungan itu, dan burung hantu itu terbang pergi. Y/N membuka gulungan itu dan melihat tulisan tangan yang familiar. Itu adalah surat dari Sirius Black.
Dear Y/N,
Aku harap kau baik-baik saja. Aku menulis ini untuk mengucapkan terima kasih. Kau adalah salah satu teman Harry yang paling baik yang pernah kutemui. Aku melihatmu di pertandingan Quidditch, dan kau sangat luar biasa. Aku tahu kau tidak memiliki keluarga, tapi kau punya Harry. Dan kau juga punya aku.
Aku ingin memberimu sesuatu. Sebuah jimat. Jimat ini akan melindungimu dari Dementor, dan juga dari kejahatan. Kau hanya perlu menggunakannya saat kau membutuhkannya. Jimat ini juga akan membantumu saat kau merasa sendirian.
Aku akan selalu ada untukmu. Kau adalah orang yang baik, Y/N. Jangan pernah melupakan itu.
Yours,
Sirius Black
Y/N terkejut. Ia tidak menyangka Sirius akan memberinya jimat. Ia merasa sangat senang. Ia tahu, ia tidak sendirian. Ia tahu, ia punya keluarga.
Tiba-tiba, Harry datang dan duduk di samping Y/N. "Ada apa?" tanyanya, melihat surat di tangan Y/N.
"Sirius mengirimiku surat," jawab Y/N, suaranya bergetar. "Dia mengirimiku jimat."
Harry tersenyum. "Dia baik, bukan?"
"Ya," jawab Y/N. "Dia sangat baik."
Y/N memeluk Harry. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi ia tahu, ia akan selalu berjuang untuk teman-temannya. Ia akan selalu menjadi Footprint Seekers.
Sebuah Harapan Kecil
Hari-hari berlalu. Y/N selalu membawa jimat dari Sirius ke mana pun ia pergi. Ia merasa aman dan dilindungi. Namun, di dalam hatinya, ada harapan kecil yang terus tumbuh. Ia berharap bisa bertemu Sirius lagi.
Suatu malam, saat ia sedang duduk di Menara Ravenclaw, ia menatap langit. Ia melihat bintang-bintang berkelap-kelip, dan ia merasa ada sesuatu yang istimewa di sana.
"Sirius," bisiknya. "Aku harap kita bisa bertemu lagi."
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia menoleh dan melihat Pitter berdiri di sana, menatapnya dengan lembut.
"Kau memikirkan Sirius?" tanya Pitter, suaranya pelan.
Y/N mengangguk. "Aku hanya berharap aku bisa bertemu dengannya lagi. Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya secara langsung."
Pitter tersenyum. "Kau tahu, Y/N, terkadang, takdir bekerja dengan cara yang aneh. Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi."
Y/N menatap Pitter, dan ia merasa sedikit lega. Ia tahu, Pitter benar. Ia tidak bisa mengendalikan takdir, tapi ia bisa mengendalikan perasaannya. Ia bisa berharap, dan ia bisa percaya.
"Kau akan bertemu dengannya, Y/N," kata Pitter, suaranya mantap. "Aku yakin itu."
Y/N tersenyum. Ia tahu, ia tidak sendirian. Ia punya Pitter, dan ia punya teman-teman yang akan selalu mendukungnya. Ia tahu, ia akan selalu menjadi Footprint Seekers.