Hitam, dengan garis kemerahan terang menyala. Dialah Naga Zen, penjaga hutan ini. Tanganku bergetar, membawa persembahan berupa daging rusa yang kuburu dari hutan ini.
Naga itu murka, dia membuat pepohonan mengurungku. Betapa bodohnya aku yang menantang naga legenda dengan memberikan persembahan hewan dari hutan yang dia jaga. Sekarang aku tidak bisa keluar.
Bercanda.
Aku bergetar karena ingin kencing. Dengan adanya pohon yang merapat di sekitarku, kuarahkan burung bagian bawah ini untuk mengencingi pepohonan yang ada.
“Kau pikir hanya kau yang bisa menggunakan sihir, Naga Legenda yang sebentar lagi jadi makan malamku?”
“Lancang sekali kau manusia, lihat dirimu terkurung ‘tak berdaya!” ucap Naga Zen.
“Lien sie guardian tehomi!” ucapku.
Pohon-pohon yang semula mengurungku terbakar. Setelah api yang melahap tercipta, keluarlah Lien Guardian. Dia adalah penjaga teratai di tempatku. Aku memanggilnya khusus untuk hari ini. Syaratnya mudah, aku hanya harus mematahkan tangan Lien Guardian. Tenang saja, tangannya bisa tumbuh lagi.
“Jadi, kau bilang apa tadi, Naga Zen yang terhormat?” Aku tertawa.
“Bagaimana bi …, sial Lien Guardian. Kau bahkan mendukung manusia busuk ini?” ucap Naga Zen.
“Sudahlah Naga Zen, biarkan kami lewat. Kau juga terlalu mendukung kerajaan busuk itu dengan menghalangi kami menghancurkan mereka semua,” ucap Lien Guardian.
“Maju saja kalau kau bisa,” ucap Naga Zen.
“Kau terlalu mengganggu, makan malamku yang terhormat.” Aku mengepalkan tangan, mengumpulkan segala sihir yang ada di hutan ini. Kugunakan untuk menyihir Naga Zen. Meremukkan tubuhnya hingga pecah berkeping-keping.
“Sekarang tidak ada lagi yang berisik. Kita makan dulu di sini, dagingnya Naga Zen lumayan mengandung sihir melimpah. Tolong bakarkan untuk kita makan.” Lien Guardian mengangguk mengiakan.
“Kau sudah sekuat itu masih meminta tolong padaku, untuk apa?” tanya Lien Guardian.
“Aku juga bisa capek,” jawabku singkat.
Lien Guardian mulai memanggang daging naga, aku menyiapkan bumbu dengan sihir. Aku penasaran bagaimana rasanya Naga Zen yang bawel itu. Hal yang akan aku cicipi mungkin bagian lidahnya. Ah, tidak sabar.
Setelah matang, banyak hewan buas berdatangan. Sepertinya mereka mengendus aroma nikmat penjaga hutan ini.
“Ini buat kalian, makanlah penjaga hutan kalian ini,” ucapku. Aku melihat mereka sambil menikmati lidah Naga Zen yang nikmat ini. Rasanya kenyal-kenyal pedas, seperti omongannya.
Hewan buas makan dengan lahap seolah balas dendam, seolah terbebas dari Naga Zen itu.
“Lien Guardian, buat aku bisa mengerti bahasa mereka.”
“Baiklah,” ucapnya. Sepercik cahaya menghampiriku, aku memakannya. Kini, aku bisa mendengar hewan-hewan buas itu bicara.
Wah, Naga jelek itu sudah mati, kita bebas!
Benar, kita harus berterima kasih sama manusia itu.
Sebelum itu, kita habisi dulu Naga Zen.
Enak, enak, enak!
“Ah, rupanya sesuai dengan yang kupikirkan. Naga Zen bukan naga yang baik. Penguasa memang jarang ada yang baik, rata-rata kurang dihajar. Aku ingin secepatnya menghancurkan istana kerajaan itu!” ucapku.
“Kau benar, banyak rakyat menderita di sana.” Lien Guardian mengangguk setuju.
“Kalian, makanlah yang banyak, karena kalian akan menjadi pasukanku.”
Apa?
Aku menggunakan sihir untuk membuat hewan buas ini semakin kuat dan seperti monster.
Wah, kekuatan apa ini? Aku ingin membantu, rasanya haus darah sekali aku!
Kau benar!
“Lanjutkan makan kalian, jangan disia-siakan daging ini. Panggil juga teman-teman kalian yang ada di hutan ini, kita akan menyerang kerajaan sebentar lagi.”
Baik!
Aku tersenyum. Kau akan hancur Raja Doltoz.