Kabar Gembira dari Dumbledore
Suasana di koridor akhirnya kembali normal. Fred dan George berhasil membuat Neville dan Draco berbaikan, dan Harry serta Hermione tersenyum lega. Tiba-tiba, Pitter, Cedric, dan Ron berlari menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri.
"Ada kabar gembira!" seru Ron, napasnya tersengal.
"Dumbledore mengizinkan kita liburan!" tambah Cedric.
Semua orang terkejut. "Liburan?" tanya Hermione. "Bagaimana bisa?"
"Aku dan Ron yang mengusulkannya pada Dumbledore," jawab Pitter, tersenyum bangga. "Kami bilang, kelas Footprint Seekers sudah menjadi kelas inspirasi bagi banyak orang. Kami pantas mendapatkan liburan."
"Dan Dumbledore setuju!" tambah Ron. "Satu minggu penuh! Kita bisa ke mana pun kita mau!"
Semua orang bersorak. Fred dan George langsung mulai merencanakan lelucon apa yang akan mereka buat di luar Hogwarts. Harry, Ron, dan Hermione merencanakan untuk pergi ke Hogsmeade. Dan Y/N, ia hanya tersenyum, merasa sangat bahagia.
"Jadi, kita akan liburan bersama?" tanya Y/N. "Seperti yang kita impikan?"
"Tentu saja!" seru Harry. "Kita akan liburan bersama. Seluruh kelas Footprint Seekers."
Y/N menatap teman-temannya. Ia tahu, di balik semua drama dan kejahilan, ada persahabatan yang kuat yang tidak bisa dipisahkan. Ia tahu, ia telah menemukan keluarga, dan ia tidak akan pernah membiarkan mereka pergi.
Rencana Liburan ke Dunia Muggle
Kabar liburan satu minggu menyebar dengan cepat di kelas Footprint Seekers. Setelah kelas usai, Profesor Alastor meminta seluruh siswa untuk tetap tinggal. Ia mengeluarkan sebuah peta dari sakunya.
"Baiklah, anak-anak," katanya, wajahnya terlihat bersemangat. "Kita akan liburan ke dunia Muggle."
Seketika, semua orang terkejut.
"Dunia Muggle?" tanya Ron. "Tapi kenapa?"
"Karena kalian harus tahu, dunia Muggle tidak seburuk yang kalian kira," jawab Profesor Alastor. "Dunia Muggle memiliki banyak hal yang tidak kita miliki. Mereka memiliki teknologi, musik, dan banyak hal lain yang bisa kalian pelajari."
Fred dan George, yang tidak pernah berpikir akan ke dunia Muggle, langsung bersemangat. "Apa kita bisa membuat lelucon dari teknologi mereka, Profesor?" tanya Fred.
"Tentu saja!" jawab Profesor Alastor. "Kalian bisa mencoba."
Y/N, yang sudah terbiasa dengan dunia Muggle, tersenyum. Ia tidak menyangka ia akan kembali ke sana.
"Kita akan pergi ke London," lanjut Profesor Alastor. "Kita akan tinggal di sebuah hotel, dan kita akan melihat-lihat kota. Kita akan pergi ke museum, taman, dan banyak tempat lain."
"Tapi bagaimana dengan sihir kita?" tanya Hermione.
"Kalian tidak boleh menggunakan sihir di sana," jawab Profesor Alastor. "Kalian harus berbaur dengan mereka. Kalian harus belajar bagaimana hidup di dunia Muggle."
Draco, yang tidak pernah ke dunia Muggle, terlihat tidak senang. "Profesor, kenapa kita harus ke sana?" tanyanya, suaranya dingin. "Mereka hanya orang-orang aneh tanpa sihir."
"Draco," kata Y/N, suaranya lembut, "mereka tidak seaneh yang kau kira. Mereka hanya berbeda dari kita."
Draco menatap Y/N, lalu mengangguk kecil. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi Y/N tahu ia mengerti.
Mereka semua bersemangat. Y/N, yang sudah terbiasa dengan dunia Muggle, tahu ia akan menjadi pemandu bagi teman-temannya. Ia tidak sabar untuk menunjukkan kepada mereka dunia di luar Hogwarts.
Hari Pertama di Dunia Muggle
Pagi itu, seluruh siswa Footprint Seekers berkumpul di aula depan Hogwarts, siap untuk petualangan pertama mereka di dunia Muggle. Profesor Alastor berdiri di depan mereka, wajahnya tampak bersemangat.
"Baiklah, anak-anak," katanya. "Ingat, jangan gunakan sihir. Kita harus berbaur."
Mereka semua pun naik kereta api, dan setelah beberapa jam, mereka tiba di London. Y/N, yang sudah terbiasa dengan kota, tersenyum. Ia melihat teman-temannya yang kagum dengan keramaian dan gedung-gedung tinggi.
Saat makan siang, mereka pergi ke sebuah restoran cepat saji. Ron, yang belum pernah berinteraksi dengan dunia Muggle, mengeluarkan Galeon dari sakunya. "Ini," katanya, meletakkan koin emas itu di atas meja.
"Maaf, Tuan," kata pelayan itu, "kami tidak menerima uang ini."
Ron terkejut. "Tapi ini uang kami!"
"Ron," kata Harry, menahan tawa, "mereka tidak menggunakan Galeon di sini. Mereka menggunakan uang kertas."
Wajah Ron memerah, dan ia segera memasukkan kembali Galeonnya.
Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di sepanjang jalan. Neville, yang selalu canggung, tidak sengaja tersesat. "Tunggu, di mana kalian?" teriaknya. Mereka semua panik, mencari Neville di tengah keramaian. Untungnya, Harry berhasil menemukannya di sebuah toko buku.
Di sudut jalan, mereka melihat seorang badut yang sedang menghibur anak-anak. Draco, yang biasanya angkuh, tampak ketakutan. "Apa itu?" tanyanya, suaranya bergetar. "Apakah dia... penyihir gelap?"
Semua orang tertawa. "Tidak, Draco," kata Y/N, "dia hanya badut."
Di sebuah toko es krim, Cho dan Luna makan es krim. Mereka sangat menikmatinya sampai-tiba mereka lupa membayar. Profesor Alastor, yang melihat itu, harus membayar mereka.
Tiba-tiba, sebuah mobil Muggle melaju dengan kencang, dan Profesor Alastor, yang terkejut, mengeluarkan tongkat sihirnya tanpa sadar. Mobil itu langsung terbang ke udara, membuat semua orang terkejut.
"Profesor!" seru Y/N. "Apa yang Anda lakukan?!"
Profesor Alastor, yang sadar, segera merapalkan mantra dan menurunkan mobil itu kembali ke tanah. Semua orang di jalan menatapnya dengan aneh, dan mereka harus segera pergi. Mereka tahu, petualangan mereka di dunia Muggle tidak akan pernah membosankan.