Ramuan Cinta dan Rencana Draco
Suatu hari, gosip menyebar dengan cepat di Hogwarts. Romilda Vane, seorang siswi Gryffindor, memberikan cokelat yang sudah diberi ramuan cinta kepada Harry. Tapi, yang tidak terduga, Ron Weasley tanpa sengaja memakan cokelat tersebut. Ramuan itu bekerja dengan cepat, dan Ron menjadi terobsesi dengan Romilda, memanggil-manggil namanya dengan nada aneh.
Harry, yang menyadari apa yang terjadi, panik dan segera membawa Ron ke kantor Profesor Slughorn. Profesor Slughorn yang ahli dalam ramuan, dengan cepat membuat penawar. Setelah Ron meminumnya, obsesinya pada Romilda hilang dan ia kembali normal, meskipun merasa sangat malu.
Kisah itu segera sampai ke telinga seluruh siswa Footprint Seekers. Di kelas, Hermione menjelaskan dengan detail tentang ramuan cinta. "Ramuan cinta adalah ramuan yang menyebabkan peminumnya menjadi tergila-gila atau terobsesi dengan orang yang memberikannya kepada mereka," katanya. "Ramuan ini sangat berbahaya karena mengambil alih kehendak bebas seseorang."
Draco Malfoy, yang duduk di samping George, mendengarkan dengan saksama. Perasaannya pada Y/N masih sangat membingungkan. Ia merasa cemburu saat Y/N tertawa dengan George atau Cho, dan ia merasa senang saat Y/N tersenyum padanya. Namun, ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya.
Mendengar penjelasan Hermione, sebuah ide licik muncul di kepalanya. Ramuan cinta... pikirnya. Jika itu bisa membuat Weasley yang bodoh itu tergila-gila pada Romilda, itu pasti bisa membuat Y/N jatuh cinta padaku. Draco memandang Y/N, yang sedang asyik mengobrol dengan Cho. Ia merasa ini adalah cara tercepat dan termudah untuk mendapatkan perhatian Y/N.
Setelah kelas selesai, Draco mendekati Crabbe dan Goyle. "Kalian harus bantu aku," katanya, suaranya pelan. "Aku butuh ramuan cinta."
Crabbe dan Goyle saling pandang, bingung. "Ramuan cinta, Draco?" tanya Goyle. "Untuk apa?"
"Bukan urusan kalian," jawab Draco, nada suaranya tegas. "Yang penting, cari tahu di mana aku bisa mendapatkan ramuan itu. Ini sangat penting."
Crabbe dan Goyle mengangguk, takut untuk bertanya lebih jauh. Draco berjalan pergi, senyum tipis terukir di wajahnya. Ia yakin, ramuan cinta adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan kebingungannya. Ia tidak menyadari, ia sedang membuat kesalahan besar.
Mantra Terlarang
Draco berhasil mendapatkan ramuan cinta. Ia tahu, ramuan ini berbahaya, tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin Y/N menjadi miliknya. Ia tidak peduli jika Y/N tidak mencintainya dengan tulus, ia hanya ingin Y/N menjadi miliknya. Ia tidak ingin lagi merasa cemburu, ia tidak ingin lagi merasa bingung.
Malam itu, Draco berhasil memasukkan ramuan cinta ke dalam minuman Y/N. Ia menatap Y/N yang sedang minum dengan wajah gugup. Ia berharap, Y/N akan langsung jatuh cinta padanya. Tapi, yang terjadi adalah sebaliknya. Y/N meminumnya, lalu tersenyum pada Draco.
"Ada apa, Draco?" tanya Y/N. "Kamu terlihat gugup."
Draco terkejut. Ia tidak menyangka ramuan cinta itu tidak bekerja. Ia merasa panik.
"Aku... hanya ingin tahu apakah kamu suka minuman ini," kata Draco, berbohong.
Y/N hanya tersenyum. "Aku suka. Terima kasih, Draco."
Draco kembali ke tempat duduknya, bingung. Ia tidak mengerti mengapa ramuan cinta itu tidak bekerja. Ia tidak tahu, bahwa cinta sejati tidak bisa dibeli dengan ramuan.
Ramuan Cinta yang Berhasil
Draco sangat frustrasi. Ramuan cinta yang ia dapatkan dari Crabbe dan Goyle tidak berhasil. Ia memutuskan untuk membuat resep sendiri. Selama berminggu-minggu, ia menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku terlarang tentang ramuan cinta. Ia bahkan sering bolos kelas demi penelitiannya. Ia yakin, ia akan menemukan cara untuk membuat Y/N jatuh cinta padanya.
Beberapa kali, ia gagal. Ramuan yang ia buat tidak berbau seperti seharusnya, dan rasanya juga aneh. Namun, setelah beberapa kali percobaan, ia berhasil. Ia berhasil membuat ramuan cinta yang sempurna, berbau seperti mint dan bunga-bunga. Draco tersenyum, yakin bahwa ia akan berhasil kali ini.
Ia tidak tahu, bahwa ada mata-mata yang mengawasinya. Y/N, yang melihat Draco sering bolos, diam-diam mengikutinya. Ia melihat Draco menghabiskan waktunya di perpustakaan, membaca buku-buku terlarang. Ia melihat Draco mencampurkan bahan-bahan aneh ke dalam ramuannya. Y/N merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia tidak tahu apa itu.
Malam itu, Draco kembali mencoba memasukkan ramuan cintanya ke dalam minuman Y/N. Ia menunggu Y/N minum, jantungnya berdebar kencang. Y/N meminumnya, dan matanya langsung berubah. Ia menatap Draco dengan tatapan penuh cinta, dan ia tidak bisa menghentikan dirinya.
"Draco," kata Y/N, suaranya pelan, "aku... aku rasa aku mencintaimu."
Draco terkejut. Ia tidak menyangka ramuan cinta itu benar-benar berhasil. Ia merasa senang, tapi juga merasa bersalah. Ia tidak tahu, bahwa di balik ramuan itu, Y/N masih memiliki hati yang tulus. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan besar.
Pengakuan yang Tidak Terduga
Draco Malfoy terdiam, menatap Y/N dengan mata melebar. "Y/N, kamu... apa yang kamu katakan?" tanyanya, suaranya tercekat.
Wajah Y/N, yang biasanya ceria, kini menunjukkan ekspresi yang kosong. Matanya menatap Draco dengan tatapan kosong, seolah-olah ia tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri.
"Aku... aku mencintaimu," ulang Y/N, suaranya terdengar seperti bisikan. "Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa sangat bahagia di dekatmu."
Draco merasa senang, tapi juga merasa bersalah. Ia tahu, kata-kata itu bukan berasal dari Y/N yang sebenarnya. Ia tahu, kata-kata itu adalah efek dari ramuan cinta yang ia berikan. Ia melihat Pitter, yang kebetulan lewat, menatap mereka berdua dengan tatapan penuh curiga. Draco menyadari, Pitter pasti melihat apa yang terjadi.
Draco langsung mengambil tangan Y/N. "Kita harus pergi dari sini," katanya.
"Ke mana?" tanya Y/N.
"Ke suatu tempat di mana kita bisa berdua saja," jawab Draco.
Draco membawa Y/N ke sebuah ruangan kosong. Ia menutup pintu dan menatap Y/N dengan tatapan yang penuh rasa bersalah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Y/N," katanya, "aku... aku minta maaf."
"Kenapa kamu minta maaf?" tanya Y/N, suaranya bingung. "Aku mencintaimu. Itu hal yang bagus, bukan?"
Draco tidak bisa menjawab. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang salah. Ia tahu, ia telah mengambil kehendak bebas Y/N. Ia tahu, ia harus mencari cara untuk mengembalikan Y/N ke keadaan semula.
Penyesalan dan Penawar
Draco membawa Y/N ke sebuah ruangan kosong. Ia melihat mata Y/N yang kosong dan tatapan penuh cinta yang dibuat oleh ramuan. Hatinya mencelos. Ia menyadari betapa bodohnya ia. Ia tidak ingin cinta yang palsu. Ia menginginkan Y/N yang sebenarnya. Ia menginginkan Y/N yang berani, ceria, dan jujur.
"Aku... aku harus membawa kamu ke Slughorn," kata Draco, suaranya bergetar. "Dia punya penawarnya."
"Penawar? Untuk apa?" tanya Y/N, suaranya bingung.
Draco tidak menjawab. Ia hanya memegang tangan Y/N dengan erat dan membawanya keluar. Saat mereka berjalan di koridor, mereka berpapasan dengan Harry, Ron, dan Hermione. Harry, yang melihat Y/N dan Draco berpegangan tangan, langsung merasa curiga.
"Draco, apa yang kau lakukan pada Y/N?" tanya Harry, suaranya tegas.
"Dia baik-baik saja," jawab Draco, "aku hanya... membawanya ke suatu tempat."
"Jangan bohong, Draco," kata Hermione, "aku bisa melihatnya. Mata Y/N... itu mata orang yang kena ramuan cinta."
Draco menghela napas. Ia tahu ia tidak bisa berbohong lagi. "Aku... aku memberikan Y/N ramuan cinta," katanya, suaranya pelan. "Aku... aku tidak tahu apa yang aku pikirkan."
Harry, Ron, dan Hermione terkejut. Mereka tidak menyangka Draco akan melakukan hal sekeji itu.
"Bagaimana bisa kau melakukan itu?!" bentak Ron.
"Aku... aku hanya ingin dia mencintaiku," jawab Draco. "Aku tidak tahu bagaimana cara lain."
"Cinta sejati tidak bisa dibeli dengan ramuan, Draco!" kata Hermione, kesal. "Itu hanya akan menghancurkan kehendak bebas seseorang."
"Aku tahu!" jawab Draco, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu aku salah! Tapi aku sudah terlalu jauh!"
Y/N, yang melihat Draco menangis, menyentuh pipinya. "Jangan menangis, Draco," katanya. "Aku mencintaimu."
Meskipun kata-kata itu terdengar indah, Draco tahu itu bukan Y/N yang sebenarnya. Ia merasa semakin bersalah.
"Ayo," kata Harry. "Kita bawa dia ke Slughorn."
Mereka berlima berjalan menuju kantor Profesor Slughorn. Profesor Slughorn, yang sudah mendengar berita tentang insiden Ron, tidak terkejut. Ia melihat Draco dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Draco," katanya, "aku sangat kecewa padamu. Cinta adalah hal yang paling berharga. Jangan pernah mencoba membelinya."
Profesor Slughorn dengan cepat membuat penawar untuk Y/N. Draco memberikan penawar itu pada Y/N. Y/N meminumnya, dan matanya langsung kembali normal. Ia menatap Draco, bingung.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanyanya.
Draco menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata Y/N. "Y/N," katanya, suaranya pelan, "aku minta maaf. Aku... aku memberikan kamu ramuan cinta."
Y/N terkejut, tapi tidak marah. Ia tahu, di balik semua kejahatan itu, Draco adalah orang yang kesepian. Ia menatap Draco dengan tatapan penuh pengertian.
"Tidak apa-apa, Draco," katanya, suaranya lembut. "Aku tahu kamu tidak bermaksud jahat. Tapi, lain kali, jangan lakukan itu lagi."
Draco mengangguk, merasa lega. Ia tahu, ia harus berjuang untuk cinta Y/N dengan cara yang benar. Ia tidak akan pernah lagi mencoba membelinya dengan ramuan.