Tahun Ketiga di Hogwarts
Beberapa tahun telah berlalu. Para siswa Footprint Seekers kini sudah memasuki tahun ketiga mereka di Hogwarts, dan banyak hal telah berubah. Harry, Fred, dan George kini sudah menjadi bintang di tim Quidditch Gryffindor, sementara Y/N dan Cho Chang juga bergabung dengan tim Quidditch Ravenclaw.
Y/N, dengan kemampuannya di seni bela diri, menjadi Penjaga yang tangguh. Gerakannya cepat dan tidak terduga, dan ia tidak menunjukkan belas kasihan pada lawan-lawannya. Ia sangat cocok dengan kapten tim, Roger Davies, dan Pencari, Cho Chang.
Draco Malfoy, seperti yang diduga, juga bergabung dengan tim Quidditch Slytherin sebagai Pencari. Ia sering melontarkan ejekan kepada Harry, dan permusuhan di antara mereka semakin memanas.
Pagi itu, di kelas Footprint Seekers, suasananya berbeda. Wali kelas mereka yang lama telah digantikan. Seorang profesor baru masuk, tingginya tegap, rambutnya hitam rapi, dan matanya dingin. Ia tampak angkuh dan sombong.
"Selamat pagi, anak-anak," katanya dengan suara datar. "Nama saya Profesor Alastor. Saya adalah wali kelas baru kalian. Saya tidak peduli dengan prestasi kalian di tahun-tahun sebelumnya. Yang saya pedulikan adalah hasil."
Semua siswa terdiam, merasa canggung. Profesor Alastor melanjutkan, "Saya percaya bahwa lingkungan belajar yang baru akan membawa hasil yang lebih baik. Jadi, mulai hari ini, saya akan menukar tempat duduk kalian."
Seketika, bisik-bisik ketidaksetujuan terdengar. Beberapa siswa terlihat sedih dan kesal.
"Diam!" bentak Profesor Alastor. "Saya tidak menerima penolakan."
Profesor Alastor mengambil sebuah daftar dan mulai membacakan nama-nama.
"Hannah Abbott, kau akan duduk dengan Angelina Johnson."
"Harry Potter, kau akan duduk dengan Ginny Weasley."
"Hermione Granger, kau akan duduk dengan Ron Weasley."
Hermione dan Ron saling pandang, mereka terlihat tidak senang.
"Neville Longbottom, kau akan duduk dengan Gregory Goyle."
Neville tampak pucat. Ia tidak pernah akrab dengan Goyle.
"Draco Malfoy, kau akan duduk dengan... George Weasley."
Mata Draco membelalak, ia menatap George dengan tatapan penuh kebencian.
"Dan terakhir, Kim Y/N Vervielle, kau akan duduk dengan... Cho Chang."
Y/N sedikit terkejut, tapi juga merasa senang. Ia dan Cho adalah teman baik di tim Quidditch.
Namun, di seluruh kelas, suasana terasa murung. Fred terpisah dari George. Harry terpisah dari Ron dan Hermione. Draco harus duduk dengan musuhnya. Mereka tahu, tahun ketiga mereka akan jauh lebih sulit dari yang mereka bayangkan.
Kelas yang Kacau
Kelas Footprint Seekers terasa tegang. Semua orang sudah duduk dengan teman sebangku yang baru, dan Profesor Alastor memulai pelajarannya dengan dingin. Di barisan depan, Y/N dan Cho Chang mencoba fokus mendengarkan penjelasan profesor tentang mantra Pertahanan.
"Mantra ini membutuhkan konsentrasi penuh," kata Profesor Alastor dengan suara datar. "Jika kalian tidak serius, kalian bisa..."
Tiba-tiba, suara keras terdengar dari belakang kelas. Sebuah kantong plastik hitam yang dipenuhi air jatuh dari langit-langit, dan airnya tumpah ke kepala Profesor Alastor. Profesor itu basah kuyup, dan wajahnya langsung memerah. Seluruh kelas terdiam, dan semua mata menatap Fred Weasley, yang sedang tersenyum jahil.
"Fred!" bisik George, menahan tawa. "Kau gila!"
"Apa yang kau lakukan, Weasley?" bentak Profesor Alastor, suaranya menggelegar.
"Maaf, Profesor," kata Fred, "aku hanya mencoba meniru hujan. Mantra cuaca, kau tahu."
Profesor Alastor tidak terkesan. "Detensi! Dan 20 poin dari Gryffindor!"
Namun, kejadian itu hanya awal. Setelah Profesor Alastor membersihkan dirinya, ia melanjutkan pelajaran, tapi suara aneh terdengar lagi. Tiba-tiba, sebuah balon berisi asap hijau melayang di udara, membuat semua orang batuk.
"Ini ide Fred!" seru Ron, tidak bisa menahan tawa. "Dia bilang, itu akan membuat pelajaran lebih seru!"
Pansy Parkinson, yang biasanya sinis, kini tertawa terbahak-bahak. Bahkan Draco Malfoy pun tersenyum kecil. Cedric Diggory dan Cho Chang, yang biasanya serius, juga terlihat geli.
Harry Potter, sebagai ketua kelas, mencoba menenangkan suasana. "Kalian semua, berhenti! Profesor akan marah!"
Tapi tidak ada yang mendengarkannya.
"Ini seru, Harry!" kata Ginny.
"Profesor itu terlalu serius," tambah Draco. "Dia butuh sedikit hiburan."
"Kau benar, Malfoy," kata Ron. "Kali ini aku setuju denganmu."
Profesor Alastor menatap seluruh kelas dengan tatapan membunuh. Ia mengerti bahwa kelas ini bukanlah kelas biasa. Ia mengerti bahwa kelas ini penuh dengan siswa yang aneh dan tidak dapat diatur. Namun, ia tidak tahu bahwa di balik semua kejahilan itu, ada persahabatan yang kuat yang tidak dapat dipecah.
Nasihat dari Y/N
Profesor Alastor menatap kelas yang kacau dengan tatapan frustrasi. Tiba-tiba, Y/N berdiri dari kursinya dan berjalan perlahan ke arah sang profesor.
"Profesor Alastor," kata Y/N dengan suara lembut. "Bisakah Anda ikut saya sebentar?"
Profesor Alastor, terkejut dengan keberanian Y/N, menghela napas dan mengikuti Y/N keluar kelas. Begitu pintu tertutup, Y/N mulai berbicara.
"Profesor," Y/N memulai, "saya tahu Anda merasa frustrasi. Tapi, siswa Footprint Seekers tidak bermaksud untuk tidak menghormati Anda. Mereka hanya..." Y/N mencari kata yang tepat. "Mereka suka hiburan."
Profesor Alastor menatapnya dengan skeptis. "Hiburan? Ini sekolah, Nona Vervielle, bukan sirkus."
"Saya tahu," jawab Y/N. "Tapi mereka belajar lebih baik jika mereka bersenang-senang. Fred dan George, misalnya, mereka pintar. Tapi mereka lebih suka belajar dengan lelucon. Harry dan Ron, mereka akan lebih fokus jika mereka bisa bersaing dengan cara yang seru. Bahkan Draco," Y/N tersenyum kecil, "Dia juga butuh hiburan."
Y/N membawa Profesor Alastor berjalan-jalan di sepanjang koridor, menceritakan kisah-kisah lucu tentang teman-temannya. Ia menjelaskan bagaimana mereka saling mendukung, bagaimana mereka tidak peduli dengan status darah, dan bagaimana mereka selalu ada untuk satu sama lain.
"Anda tahu," kata Y/N, "kami semua dari latar belakang yang berbeda. Beberapa dari kami sangat cerdas, beberapa dari kami sangat lucu, dan beberapa dari kami sangat pendiam. Tapi kami semua adalah Footprint Seekers. Kami tidak hanya mencari ilmu, tapi juga mencari petualangan. Kami ingin meninggalkan jejak kami di dunia ini."
Profesor Alastor terdiam, mendengarkan setiap kata Y/N. Ia menatap Y/N dengan tatapan yang tidak lagi dingin, melainkan tatapan yang penuh pengertian. Ia tidak pernah berpikir bahwa seorang siswa bisa melihat hal-hal dari sudut pandang seperti ini.
"Saya mengerti," kata Profesor Alastor. "Saya tidak akan menghukum mereka."
Mereka kembali ke kelas. Profesor Alastor berdiri di depan kelas, dan semua orang langsung diam, menunggu hukuman.
"Baiklah, anak-anak," katanya, suaranya tidak lagi datar, melainkan sedikit lebih hangat. "Saya tidak akan menghukum kalian. Tapi saya punya usulan. Bagaimana jika kita membuat pelajaran kita menjadi sebuah permainan?"
Seketika, bisik-bisik gembira terdengar. Fred dan George menatap Y/N dengan bangga. Harry, Ron, dan Hermione saling pandang, terkejut dengan perubahan sikap sang profesor.
"Setiap minggu, kita akan mengadakan kontes," lanjut Profesor Alastor. "Pemenang akan mendapatkan nilai lebih. Dan saya akan membuat pelajaran ini lebih menarik untuk kalian."
Semua orang bersorak. Y/N kembali ke tempat duduknya, dan Cho tersenyum padanya.
"Kau hebat," bisik Cho. "Bagaimana kau bisa melakukannya?"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," jawab Y/N, tersenyum. Ia tahu, di Hogwarts, ia tidak hanya belajar tentang sihir, tapi juga tentang bagaimana mengubah dunia kecilnya menjadi tempat yang lebih baik.
Profesor yang Berubah
Pekan-pekan berlalu, dan janji Profesor Alastor untuk mengubah pelajaran menjadi permainan benar-benar mengubah suasana di kelas Footprint Seekers. Ruangan itu yang tadinya tegang kini dipenuhi tawa dan semangat. Profesor Alastor, yang tadinya angkuh dan dingin, kini menjadi lebih hangat dan ramah. Ia tidak lagi menghukum siswa, melainkan memberikan motivasi.
Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran, Profesor Alastor selalu mengadakan kuis seru. Kuis itu tidak hanya menguji pengetahuan mereka, tapi juga menguji kecepatan dan kerja sama tim.
"Baiklah, anak-anak," katanya suatu pagi, "kuis pagi ini adalah 'Siapakah Aku?'. Aku akan memberikan petunjuk, dan kalian harus menebak siapa aku. Petunjuk pertama, aku adalah penemu mantra Wingardium Leviosa."
Seketika, Hermione langsung mengangkat tangannya. "Aku tahu! Professor Flitwick!"
"Tepat sekali, Nona Granger!" kata Profesor Alastor, tersenyum. "Lima poin untukmu."
Setelah kuis, Profesor Alastor akan memberikan motivasi. "Pelajaran yang paling penting," katanya suatu hari, "adalah pelajaran yang bisa kalian dapatkan dari kegagalan. Jangan takut untuk gagal, karena dari situlah kalian akan belajar."
Siswa Footprint Seekers menjadi lebih bersemangat. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tapi juga dari pengalaman. Fred dan George sering membuat lelucon, tapi mereka juga belajar dengan serius. Bahkan Draco, yang tadinya hanya peduli dengan dirinya sendiri, kini sering membantu teman-temannya.
Suatu hari, Draco melihat Neville kesulitan dengan sebuah mantra. "Seperti ini, Longbottom," katanya, "gerakkan tongkatmu seperti busur, lalu ucapkan mantranya dengan jelas."
Neville terkejut, tapi juga senang. "Terima kasih, Malfoy," katanya.
"Sama-sama," jawab Draco, lalu kembali ke tempat duduknya.
Di sela-sela pelajaran, drama dan tawa selalu ada. Ron dan Hermione sering bertengkar, tapi mereka selalu berbaikan. Harry dan Ginny sering mengobrol tentang Quidditch. Dan tentu saja, Fred dan George tidak pernah berhenti membuat lelucon.
Y/N melihat semua ini dengan senyum di wajahnya. Ia tahu, ia telah membuat keputusan yang tepat dengan berbicara dengan Profesor Alastor. Ia tidak hanya menyelamatkan teman-temannya dari hukuman, tapi juga membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Ia bangga menjadi bagian dari Footprint Seekers.