SELAMAT MEMBACA
Mataku mulai terasa perih dan berat, berkali-kali aku menguap karena mengantuk dan akhirnya kumatikan ponsel yang berada digenggamanku kemudian tidur.
Waktu terasa begitu lama, kemudian aku terbangun dari tidurku namun, tidak kurasakan empuknya kasur dan hangatnya tubuhku di bawah selimut tebal melainkan tempat yang keras dan terasa sangat dingin. Kufokuskan penglihatanku dan kesadaranku yang mulai terkumpul hingga akhirnya aku terkejut bukan main.
Ini bukan kamarku bahkan rumahku. Ini terlihat seperti sebuah mall yang tutup dan suasannya seperti malam hari, aku memandang ke arah pintu keluar yang dicekal dengan rantai besar. Tentunya ini membuatku takut namun, aku tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali sehingga akhirnya aku mulai berdiri dan melangkahkan kakiku untuk mencari pintu keluar yang lain.
Aku melihat cahaya kekuningan dari jauh kemudian terdengar suara langkah kaki yang sangat banyak serta suara kereta. Aku terus melangkah dan akhirnya sampai pada tempat yang diterangi cahaya kuning dan jujur, aku ingin berteriak dan kembali ke tempat tidurku saat itu juga.
"Apa yang kulihat?"
Aku melihat sekumpulan zombie layaknya kanibal yang memakan manusia hidup-hidup kemudian masih terdapat banyak manusia yang masih hidup dan berbaur dengan zombie tersebut, aku tidak tahu bagaimana bisa mereka tidak diserang oleh zombie-zombie itu. Jujur saja, kedua tungkaiku terasa lemas dan tubuhku bergetar, aku sangat ketakutan hanya untuk sekadar mengangkat kaki.
"Kita harus bisa keluar dari tempat ini, jika tidak, kita akan tersiksa selamanya!"
Aku langsung menoleh ke sumber suara, ternyata ada yang bisa bicara, dia seorang wanita muda, tapi karena dia bersuara para zombie yang mendengar itu langsung menyerbunya kemudian memakannya, aku cukup bersyukur tidak bisa mengeluarkan suara namun, aku jadi sangat mual dan hendak muntah, aku berusaha menahannya kemudian memberanikan diri untuk melangkah dengan cepat.
Lantainya mengkilat, sama seperti di mall-mall yang sering kudatangi di jakarta namun, perbedaannya lantai ini telah ternoda oleh darah sehingga bau anyir serta busuk menguar dengan bebas di sekitarku.
Aku menuruni tangga putih yang lumayan panjang dan tanpa sengaja bersitatap dengan dua orang berwajah hitam seperti hangus karena terbakar, dengan cepat aku memalingkan wajahku dan turun dengan cepat. Saat sampai di dasar, aku langsung mengatupkan bibirku rapat dan mundur beberapa langkah.
Ada sebuah rel kereta di depanku dan di seberang rel kereta tersebut terdapat mall lagi, ini seperti mall raksasa yang terbelah dua oleh rel kereta api kemudian terdapat plang besar yang kakinya sudah berkarat, plang itu bertuliskan 'Permainan neraka'
Aku semakin ketakutan dan berpikir, "Apakah aku sudah meninggal? Sehingga berada di tempat seperti ini?"
Jedeg... Jedeg...
Suara kereta api terdengar, dan tidak lama setelahnya kereta api tersebut lewat begitu cepat dan yang kulihat pertama kali adalah darah yang memenuhi kereta tersebut serta para zombie di dalamnya. Setelah kereta tersebut berlalu, orang-orang yang berada di sekitarku langsung menyeberangi rel, akan tetapi, tubuh mereka terpelanting sangat keras oleh rel kereta api yang mendadak seperti hidup dan melempar orang-orang yang menginjaknya. Yang terlempar mendarat ke banyak tempat dengan tubuh yang hancur, daging mereka berserakan di mana-mana. Hal itu mengguncang jiwaku, aku sangat takut.
Jedeg.. Jedeg... Jedeg...
Suara kereta terdengar lagi dan orang-orang baru yang sampai di sini langsung menyeberang dan hal sama terulang lagi. Mereka seakan tidak bisa melewati tempat rel tersebut dan menurut tebakanku, jalan keluar ada di mall seberang sana. Di seberang sana tidak ada apapun, hanya kegelapan.
Aku ingin mencobanya, tapi akankah aku beruntung dari sekian banyaknya orang yang gagal?
"Sudah sejauh ini, kalau kita belum berhasil juga, maka selamanya kita akan terkurung," kata seseorang.
Di sini tidak ada zombie, jadi dia tidak akan dimakan namun, yang berbicara itu adalah orang yang terlempar dari rel dan tubuhnya yang hancur menyatu kembali, dia jelas terlihat menderita dan kesakitan.
Dan ketiga kalinya, suara kereta kembali terdengar.
Orang-orang yang hidup kembali serta orang-orang yang baru tiba langsung berbondong-bondong hendak menyebrang saat kereta telah berlalu.
Sebenarnya ada berapa banyak orang yang terjebak di tempat ini?!
Aku terdorong hingga jatuh ke rel dan saat itu juga, orang-orang yang berada di depanku terlempar kian kemari sedangkan aku masih terdiam dengan pandangan bergetar dan berkaca-kaca, ini sangat mengerikan dan aku memilih memejamkan mataku.
10 detik kemudian aku membuka mataku dan yang pertama kali kulihat adalah lantai mengkilat tanpa noda darah sedikitpun. Aku memutar tubuhku dan mendapati bahwa aku telah berada di mall yang dipenuhi kegelapan ini.
Sedangkan di rel tersebut telah sunyi dan orang-orang yang menyeberang tadi dalam kondisi tubuh hancur. Aku.... sangat takut.
Tanpa pikir panjang, aku segera berlari untuk mencari pintu keluar di dalam sana, mall ini gelap namun setelah masuk ternyata ada cahaya yang masuk, sepertinya sudah subuh di luar sana.
Aku melangkah dengan hati-hat, tapi tetap saja aku menabrak sesuatu. Aku memperhatikan apa yang kutabrak, dan saat kulihat, ternyata itu adalah karung besar yang berisi mayat manusia. Dan karung itu bukan hanya satu, tapi ratusan!
Bahkan lantai yang sekarang kupijak sudah seperti lautan darah, tidak seperti awal masuk tadi.
"Selamat datang, Nak."
Seseorang menyapa indera pendengaranku, dan saat aku mengangkat kepalaku, seorang pria bertubuh gendut serta berkulit putih memandangku dengan buas, kedua tangannya memegang gergaji senso yang mulai dia hidupkan.
Dia jelas ingin membunuhku sama seperti orang-orang ini. Tempat ini tidak kalah mengerikan!
Aku langsung berlari sekuat tenagaku untuk mencari jalan keluar dan parahnya, orang itu tergelak sambil mengejarku juga.
Suara gergaji senso itu membuatku ketakutan, sangat-sangat ketakutan.
"Ah, tidak!"
Aku tersandung karung yang berisi mayat seorang wanita. Wajah wanita itu terbelah dua, wajahnya tertutup darah, aku bisa melihat apa saja yang keluar dari belahan kepalanya, itu sangat menjijikkan dan mengerikan.
Sangking ketakutannya melihat mayat itu, aku tidak sadar bahwa pria itu telah berdiri di hadapanku dengan senyum lebar yang haus akan darah.
"indah, 'kan, " tuturnya.
Aku melotot saat dia mengangkat gergaji senso itu untuk memotongku. Sebentar lagi aku akan mati dengan kondisi seperti wanita ini.
Allaahu Akbar, Allaahuakbar.
Tangannya terhenti saat suara adzan berkumandang, sesaat hatiku terasa damai dan aman, dia tidak bergerak sama sekali dan adzan terus berkumandang. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk lari dan saat aku berdiri dan memutar tubuhku, sebuah pintu telah muncul di depan mataku, tanpa dicekal rantai besar.
Aku langsung berlari ke sana dan membukanya dalam satu kali dorongan. Saat itu juga aku bisa melihat cahaya yang bewarna jingga sehingga mengangkat segala ketakutan yang kurasakan.
"Terima kasih, Ya Allah!" seruku dengan air mata luruh.
Aku terselamatkan oleh suara adzan dan terbangun dari tidur. Aku langsung melihat ke arah jam, dan ternyata masih pukul 03. 23 pagi.
Aku segera bangkit dari perbaringanku dan mengambil air wudhu. Mimpi buruk itu masih berbekas dan aku menjadi resah dan tidak tenang.
Aku mengenakan mukenahku dan meraih Al-qur'an, itu akan membuat hatiku makin tenang.
TAMAT