"Lo liatin gue mulu, dasar Slytherin aneh!"
Y/N Potter, dengan seragam Gryffindor-nya yang khas, memutar bola matanya sambil memegang buku tebal. Di sudut aula, Draco Malfoy hanya menyeringai, membalik halaman buku ramuannya dengan santai.
"Potter, jangan kegeeran. Pemandangan di sini jelek banget, tapi ya mau gimana, cuma lo yang paling menonjol," balas Draco sambil mengangkat bahu.
Y/N mendengus kesal. Sejak tahun pertama, Draco memang tidak pernah berhenti mengganggu. Namun, seiring waktu, gangguan-gangguan itu terasa berbeda, seperti ada getaran listrik aneh yang selalu muncul setiap kali mata mereka bertemu.
Suatu malam, di perpustakaan, Y/N sedang mencari referensi untuk tugas Ramuan. Ia sudah hampir menyerah saat sebuah buku melayang dari rak atas dan mendarat mulus di tangannya. Y/N mendongak dan melihat Draco di sisi lain rak, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Eh, kok lo...?" Y/N belum selesai bicara saat Draco mendahului.
"Tangan lo pendek, makanya gue bantu. Udah sana, buruan, gue mau pake buku itu," kata Draco dengan nada datar, tapi pipinya sedikit memerah.
Y/N terdiam, merasakan kehangatan aneh di hatinya. Kekuatan sihirnya, atau mungkin perasaan lain yang tidak bisa ia jelaskan, seolah-olah bereaksi. Buku yang dipegangnya terasa hangat, seperti ada energi tak terlihat yang mengalir dari Draco ke dirinya.
Di koridor Hogwarts yang ramai, Harry, Ron, dan Hermione sedang membicarakan Quidditch. Y/N berjalan di depan mereka, tanpa sengaja tersandung dan hampir jatuh. Sebelum lututnya menyentuh lantai, ia merasakan dorongan kuat dari belakang yang membuatnya kembali seimbang.
Draco, yang seharusnya berada di sisi lain koridor, kini berdiri di sebelahnya.
"Mata lo itu dipake, jangan cuma buat ngelamun," bisik Draco pelan, lalu langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban.
Y/N melihat punggung Draco yang menjauh. Perasaan yang begitu kuat kembali muncul, seperti ada tali tak terlihat yang mengikat mereka. Ia melihat ke belakang dan menemukan Harry, Ron, dan Hermione menatapnya dengan heran.
"Tadi itu... Draco Malfoy, kan?" tanya Ron dengan ekspresi tak percaya.
Y/N hanya menggelengkan kepala, hatinya berdebar tak karuan. Ia tahu, ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Sebuah ikatan yang melampaui permusuhan Gryffindor dan Slytherin, yang begitu kuat hingga terasa seperti sihir.
Di danau hitam, Y/N duduk sendirian, merenung. Perasaannya pada Draco sudah terlalu besar untuk disangkal, tapi harga dirinya sebagai Potter selalu menjadi penghalang. Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki.
"Ngapain lo di sini? Sendirian?" tanya Draco, duduk di sampingnya.
"Bukan urusan lo, Malfoy," jawab Y/N, mencoba bersikap dingin.
Draco tertawa kecil. "Dengar, Y/N... Gue tau lo juga ngerasain ini."
"Ngerasain apa?" Y/N mencoba berbohong, tapi suaranya bergetar.
"Perasaan aneh ini. Saat gue deket sama lo, sihir gue jadi lebih kuat. Ada sesuatu di antara kita yang nggak bisa gue jelasin," Draco mengakui, menatap lurus ke matanya. "Kayak... sihir cinta."
Mata Y/N melebar. Ia merasakan hal yang sama. Rasanya seperti ada gelombang energi yang mengalir, menarik mereka satu sama lain.
"Gue juga ngerasain itu, Malfoy. Tapi, ini gila. Lo kan..." Y/N tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
Draco memotongnya. "Gue Slytherin dan lo Gryffindor. Gue Malfoy dan lo Potter. Emangnya kenapa? Perasaan ini lebih kuat dari semua itu. Gengsi kita itu udah nggak penting."
Kata-kata Draco memecahkan dinding tak terlihat yang selama ini memisahkan mereka. Y/N melihat mata abu-abu Draco, dan untuk pertama kalinya, ia melihat kehangatan dan ketulusan di sana.
"Gue... gue nggak tau harus ngomong apa," bisik Y/N.
Draco tersenyum tipis. "Gak usah ngomong apa-apa. Gue udah tau jawabannya. Karena, cuma lo yang bisa bikin gue ngerasa... seperti ini."
Sihir cinta itu mengikat mereka. Kekuatan tak terduga yang mereka rasakan, kini tidak lagi menakutkan, melainkan sebuah ikatan yang indah. Di bawah langit berbintang Hogwarts, gengsi dan perbedaan itu lenyap, digantikan oleh sebuah perasaan yang begitu kuat, seolah-olah mereka adalah dua kutub magnet yang tak bisa menolak satu sama lain.
Draco dan Y/N masih duduk berdua, menikmati keheningan yang nyaman. Saat Y/N hendak membalas ucapan Draco, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Y/N menoleh dan terkejut melihat Harry, Ron, dan Hermione berdiri tak jauh dari mereka, menatap dengan ekspresi bingung.
"Y/N? Kamu ngapain di sini sama dia?" tanya Harry, suaranya terdengar tidak percaya.
Y/N langsung panik. Naluri gengsinya muncul kembali. Ia bangkit berdiri, berbalik menghadap Draco dan mendengus kesal.
"Dasar Malfoy! Kenapa sih lo ngikutin gue mulu? Bisa gak sih lo biarin gue tenang?" kata Y/N dengan nada yang dibuat-buat tinggi. Wajah Draco yang tadinya santai langsung berubah masam. Ia tahu Y/N sedang berpura-pura.
"Oh, jadi ini kerjaan lo? Ngerecokin adik gue?" Harry maju selangkah, menatap tajam ke arah Draco.
Draco bangkit berdiri, tangannya mengepal. "Gue gak ngerecokin dia, Potter. Lo aja yang datang tiba-tiba. Gak ada urusannya sama lo!"
"Tentu aja ada! Dia adik gue! Lo pikir gue gak denger lo ngerengek ke dia tadi?" balas Harry, salah paham. "Gue gak akan biarin lo gangguin dia!"
Situasi memanas. Draco, yang merasa dituduh, tak bisa menahan diri. "Gue gak gangguin dia! Lo aja yang terlalu posesif! Dan satu lagi, dia yang ngajak gue ke sini!"
Y/N menoleh ke arah Draco dengan mata melotot. "Malfoy! Bohong! Gue... gue mau ngaduin lo ke Snape!"
"Terserah!" Draco berteriak balik. "Biarin aja semua orang tau! Lo juga sama kayak gue!"
"Tunggu, tunggu! Apa-apaan ini?" Hermione mencoba menengahi. Namun, sudah terlambat.
Harry melayangkan tinju ke arah Draco. Perkelahian pun tak terhindarkan. Ron dan Hermione berusaha melerai, sementara Y/N hanya bisa terdiam, menyesali perbuatannya. Gengsi yang ia pertahankan justru membuat keadaan menjadi kacau. Ia menatap Harry dan Draco yang berkelahi, dan untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa perasaannya pada Draco jauh lebih berharga daripada harga diri yang selama ini ia junjung tinggi.
(Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang menggunakan karakter dari dunia Harry Potter untuk tujuan hiburan semata. Cerita, alur, dan karakteristik para tokoh tidak berhubungan dengan alur cerita resmi.)