Kabar Buruk dari Jepang
Beberapa bulan berlalu. Kehidupan di kelas Thousands of Memories berjalan normal, dipenuhi dengan tawa, canda, dan cerita. Mereka sering melakukan panggilan video dengan Aya Parker, berbagi cerita dan kenangan. Hubungan jarak jauh mereka terasa semakin kuat. Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba sirna.
Suatu pagi, saat semua siswa berkumpul di kelas, Professor McGonagall masuk dengan wajah sedih. Suasana yang tadinya ramai, seketika hening.
"Anak-anak, saya punya kabar buruk," kata Professor McGonagall dengan suara bergetar.
Seketika, semua siswa merasa khawatir. Mereka saling berpandangan, bertanya-tanya.
"Ini tentang Aya," lanjut Professor McGonagall, matanya berkaca-kaca. "Saya baru saja menerima telepon. Aya... Aya mengalami kecelakaan di Jepang. Ia sedang dilarikan ke rumah sakit, dan... lukanya parah."
Seketika, kelas dipenuhi keheningan yang mencekam. Tidak ada yang bisa berkata-kata. George Weasley yang duduk di depan, terlihat pucat. Ia tidak bisa berkata-kata, tubuhnya terasa lemas.
"Professor, tidak mungkin..." bisik Hermione Granger, matanya dipenuhi air mata.
Ron Weasley mengepalkan tangannya. "Tidak... ini tidak benar."
Draco Malfoy yang biasanya angkuh, kini terlihat sangat sedih. Ia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan air matanya.
Harry Potter menghampiri George dan memeluknya. George hanya terdiam, tidak bisa berkata-kata. Hatinya hancur. Ia tidak bisa membayangkan, sesuatu yang buruk terjadi pada Aya.
"Kita akan terus memantau kondisinya," kata Professor McGonagall. "Kalian bisa berdoa untuk kesembuhannya."
Namun, tidak ada yang bisa berdoa. Mereka semua hanya bisa menangis, merasa hancur.
Tentu, berikut adalah kelanjutan cerita dan dialognya.
Perjalanan Penuh Haru
Kabar kecelakaan Aya Parker menyebar dengan cepat di seluruh sekolah, menyelimuti kelas Thousands of Memories dengan kesedihan. Namun, kesedihan itu tak membuat mereka menyerah. Harry Potter dan Hermione Granger berinisiatif. Mereka segera menemui Professor McGonagall dan kepala sekolah untuk meminta izin menjenguk Aya.
"Professor," kata Hermione, suaranya bergetar. "Kami mohon, izinkan kami pergi ke Jepang. Kami harus menemani Aya."
Professor McGonagall melihat ketulusan di mata mereka. Ia mengangguk. "Baiklah. Saya akan bantu urus semuanya. Kalian adalah murid terbaik saya."
Keesokan harinya, seluruh siswa Thousands of Memories yang paling dekat dengan Aya berkumpul di bandara. Ada Hermione, Ginny, Luna, Cho, Cedric, Harry, Ron, Draco, Astoria, Y/N, Fred, Neville, dan George. Mereka semua terlihat tegang dan cemas.
George Weasley terlihat sangat pucat. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya terus memegang ponselnya, berharap ada kabar dari Aya. Fred Weasley menepuk pundak saudaranya, mencoba menguatkan.
"Tenang, George," bisik Fred. "Aya kuat. Dia pasti baik-baik aja."
"Gue takut, Fred," jawab George, suaranya parau. "Gue takut, kalau gue enggak bisa lihat dia lagi."
Di pesawat, suasana terasa hening. Biasanya, mereka akan bercanda dan tertawa, tapi kali ini, tidak ada yang bisa. Mereka semua hanya memikirkan Aya.
"Draco," bisik Astoria Greengrass. "Kamu baik-baik aja?"
Draco Malfoy mengangguk. "Gue baik-baik aja. Gue... gue cuma khawatir. Aya... dia teman baik gue."
Sementara itu, Y/N Yvette memegang tangan Luna Lovegood. "Luna, apa Aya akan baik-baik saja?" bisik Y/N.
"Tentu," jawab Luna, dengan senyum yang menenangkan. "Aya itu kuat. Dia seperti bintang yang tidak akan pernah padam."
Kata-kata Luna memberikan sedikit ketenangan bagi semua orang.
Setelah perjalanan yang panjang, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Leo dan Akari, teman-teman Aya, sudah menunggu di sana.
"Aya... Aya di mana?" tanya George dengan cemas.
Leo menunjuk ke sebuah ruangan. "Dia di sana. Dia... dia sudah sadar. Tapi, dia butuh istirahat."
Dengan langkah perlahan, mereka semua berjalan menuju ruangan Aya. Jantung mereka berdegup kencang. Mereka berdoa, semoga Aya baik-baik saja.
Apa yang akan terjadi saat mereka akhirnya bertemu Aya?
Tentu, ini kelanjutan cerita dan dialognya.
Di Ruang Perawatan Aya
Di depan pintu kamar rawat, jantung semua siswa Thousands of Memories berdebar kencang. Setelah menarik napas panjang, George Weasley membuka pintu perlahan. Pemandangan di dalam ruangan membuat mereka semua membeku.
Aya Parker terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kepala dan wajahnya dibalut perban, hanya menyisakan mata dan hidung yang terlihat. Kaki kirinya digips, dan perban juga melilit bagian tubuhnya yang lain. Napasnya terdengar berat dan setiap tarikan napasnya terasa menyakitkan.
George berjalan mendekat, air mata membasahi wajahnya. Ia meraih tangan Aya yang tidak terbalut perban, menggenggamnya erat. "Ay... ini aku, George."
Aya menoleh ke arahnya, matanya bergerak perlahan. Ia tidak bisa tersenyum atau berbicara, tetapi tatapannya penuh kerinduan.
"Aya, aku di sini," kata Fred Weasley sambil mengusap air matanya. "Kita semua di sini."
Di belakang George, teman-teman yang lain masuk satu per satu. Ron Weasley menunduk, tidak sanggup melihat kondisi Aya. Hermione Granger menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Draco Malfoy yang biasanya sombong, kini berdiri diam dengan wajah pucat.
Y/N Yvette berjalan ke samping George dan mengelus tangan Aya. "Kamu kuat, Aya. Kamu harus sembuh."
Aya memejamkan mata, butir-butir air mata mengalir dari sudut matanya, membasahi perban di pipinya. Ia ingin berbicara, ingin mengatakan betapa ia merindukan mereka, tapi suaranya tidak keluar. Ia hanya bisa merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Leo dan Akari, yang sudah ada di sana, menghibur mereka. "Aya-san akan baik-baik saja. Dia sudah siuman dan mulai membaik," kata Leo.
George tidak bisa menahan perasaannya lagi. Ia menunduk dan mencium tangan Aya. "Maafkan aku, Ay. Maaf, aku tidak ada di sini untuk menjagamu."
Meskipun Aya tidak bisa membalas kata-kata George, genggamannya pada tangan George menguat. Ia ingin meyakinkan George bahwa ia akan baik-baik saja, bahwa ia tidak sendiri. Ia memiliki mereka semua, Thousands of Memories-nya, yang akan selalu menemaninya.