Jam Pelajaran dan Rasa Canggung Raya
Jam pelajaran kedua tiba. Semua siswa Thousands of Memories kembali ke kelas. Suasana kembali tenang. Raya Umonnia kembali duduk di bangkunya, di sebelah George Weasley. Ia merasa sedikit canggung dan malu. Ia teringat semua perbuatan buruk yang ia lakukan saat pertama kali berada di kelas ini, terutama saat ia mencoba mendekati Draco Malfoy dan Cedric Diggory.
George yang melihat Raya canggung, mencoba memulai percakapan. "Hei, Raya," sapanya dengan suara pelan. "Kamu... kamu sudah dapat buku pelajaran?"
Raya menoleh, terkejut. Ia tidak menyangka George akan berbicara dengannya. "Sudah, George," jawab Raya, suaranya sedikit bergetar. "Maaf, ya, aku... aku minta maaf soal kemarin."
George tersenyum. "Enggak apa-apa, Raya. Semua orang bisa berbuat salah, kok."
Namun, di tengah pelajaran, Professor McGonagall memanggil Y/N Yvette.
"Y/N," panggil Professor McGonagall. "Kamu akan membantu temanmu, Raya. Kamu duduk di sebelahnya."
Seketika, Y/N dan George saling bertukar pandang. George mengangguk, isyarat bahwa ia mengizinkan Y/N duduk di bangkunya.
Y/N berjalan ke arah Raya. "Hai, Raya," sapanya. "Aku duduk di sini, ya?"
Raya mengangguk. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia merasa, Y/N adalah satu-satunya orang yang peduli padanya.
Selama pelajaran, Y/N dengan sabar membantu Raya. Ia menjelaskan pelajaran yang tidak Raya mengerti, dan ia memberikan tips-tips belajar yang efektif.
"Raya, kamu harus lebih fokus," bisik Y/N. "Kalau kamu fokus, kamu pasti bisa."
Raya mengangguk. Ia merasa terharu. Ia tahu, ia harus berubah. Ia tahu, ia tidak bisa terus seperti ini. Ia harus belajar dari Y/N, belajar untuk menjadi orang yang lebih baik.
Di bangku depan, Fred Weasley melihat Y/N. Ia tersenyum. Ia bangga, Y/N memilih untuk membantu Raya, alih-alih membiarkannya sendirian.
"Gila," bisik Fred pada Ron Weasley. "Y/N baik banget."
Ron mengangguk. "Itulah kenapa dia disukai semua orang."
Raya yang mendengar itu, hanya terdiam. Ia tahu, ia masih punya jalan panjang untuk mendapatkan kepercayaan teman-temannya. Namun, ia tidak akan menyerah. Ia akan berjuang, karena ia tahu, ia ingin menjadi bagian dari keluarga Thousands of Memories.