Keseharian Aya di Negeri Sakura
Setelah video call yang menghangatkan hati, Aya Parker merasa lebih bersemangat menjalani hari-harinya di Jepang. Pagi-pagi sekali, ia sudah bangun untuk menyiapkan sarapan. Ia berusaha keras untuk belajar masakan Jepang dari Haruka-san, ibu angkatnya. Meskipun terkadang hasilnya tidak sesuai harapan, Haruka-san selalu tersenyum dan memujinya.
"Aya-san, tamagoyaki-mu hari ini lebih baik dari kemarin," puji Haruka-san sambil tertawa.
Aya hanya tersenyum malu. "Terima kasih, Haruka-san."
Setelah sarapan, Aya berangkat ke sekolah. Sekolahnya sangat berbeda dari sekolah di rumah. Para siswa memakai seragam, dan mereka semua terlihat sangat disiplin.
Di kelas, Aya berusaha keras untuk memahami pelajaran. Ia tahu, bahasa adalah kendala terbesarnya. Namun, ia tidak menyerah. Ia selalu membawa kamus, dan ia selalu bertanya pada guru jika ada yang tidak ia mengerti.
Di tengah pelajaran, seorang siswi yang duduk di sampingnya menyikut Aya. Namanya Akari. "Aya-san, apakah kamu mengerti?" bisiknya dengan bahasa Inggris yang terbata-bata.
Aya mengangguk. "Aku... aku mengerti sedikit."
Akari tersenyum. "Kalau ada yang tidak mengerti, tanya saja padaku. Aku akan membantumu."
Mulai saat itu, Akari menjadi teman pertama Aya di Jepang. Mereka sering belajar bersama, makan siang bersama, dan jalan-jalan sepulang sekolah.
Suatu sore, Aya dan Akari sedang berjalan di sebuah taman. Mereka melihat pohon-pohon sakura yang indah.
"Akari, ini... ini indah sekali," kata Aya.
"Iya, Aya-san," jawab Akari. "Kalau di musim semi, pohon-pohon ini akan mekar. Aku akan ajak kamu ke sini lagi, ya?"
Aya mengangguk. Ia merasa bahagia. Meskipun ia merindukan teman-temannya, ia tahu, ia akan baik-baik saja di sini. Ia akan menciptakan kenangan baru, kenangan yang akan ia bagikan dengan teman-temannya di Thousands of Memories saat ia kembali.
Ia lalu mengeluarkan ponselnya, dan ia membuka grup WhatsApp. Ia mengirim sebuah foto. Foto ia dan Akari yang sedang tertawa bersama. Di bawahnya, ia menulis:
"Aku punya teman baru! Namanya Akari. Dia baik banget."
Seketika, notifikasi dari teman-temannya membanjiri ponselnya, membuat Aya tersenyum. Ia tahu, ia tidak sendirian.
TikTok Pertama Aya dan Viralnya Cerita
Malam itu, setelah pulang sekolah dan makan malam, Aya Parker merasa sedikit bosan. Ia teringat akan video-video aneh yang ia dan Luna Lovegood buat di dekat kolam renang. Rasa penasaran mendorongnya untuk menginstal aplikasi yang mereka sebut "TikTok".
Setelah menginstal aplikasi, Aya membuat akun. Ia bingung harus membuat konten apa, sampai akhirnya ia teringat semua hal baru yang ia alami. Ia mengambil sumpit, duduk di depan kamera ponselnya, dan mulai merekam.
"Halo, semuanya," sapa Aya. "Namaku Aya, dan aku adalah seorang pelajar dari Indonesia yang sedang menjalani program pertukaran di Jepang. Ini adalah makanan Jepang pertamaku di sini. Namanya tempura, dan rasanya enak sekali!"
Di video itu, Aya terus bercerita. Ia menceritakan bagaimana rasanya menjadi murid baru di Jepang, bagaimana ia merindukan teman-temannya, dan bagaimana ia menemukan teman baru. Ia berbicara dengan jujur, suaranya terdengar lembut dan tulus.
Awalnya, video itu sepi. Hanya beberapa temannya dari grup Thousands of Memories yang melihat dan memberikan komentar.
George Weasley: "Ay! Kamu jadi bintang TikTok sekarang! Haha!"
Fred Weasley: "Kamu harus bikin konten dance, Ay!"
Hermione Granger: "Ceritamu sangat bagus, Aya. Aku senang kamu baik-baik saja."
Namun, beberapa hari kemudian, sesuatu yang tak terduga terjadi. Video Aya tiba-tiba viral. Jumlah suka dan komentar membanjiri notifikasinya. Banyak orang bertanya, "Bagaimana rasanya di Jepang?", "Apa perbedaan Jepang dengan Indonesia?", "Apa makanan kesukaanmu di sana?".
Aya terkejut. Ia tidak menyangka, videonya akan disukai banyak orang. Ia merasa senang, karena ceritanya didengar.
"Haruka-san, lihat ini," kata Aya pada ibu angkatnya, sambil menunjukkan video TikTok-nya.
Haruka-san tersenyum. "Wah, Aya-san, kamu sangat terkenal. Kamu menceritakan pengalamanmu dengan jujur, itu sebabnya banyak orang menyukainya."
Sejak saat itu, Aya menjadi lebih berani. Ia mulai membuat konten-konten lain, menceritakan kesehariannya di Jepang, pertemanannya dengan Akari, hingga keseruan-keseruan kecil lainnya. Ia tahu, TikTok bukan hanya sekadar media hiburan, tapi juga jembatan. Jembatan yang menghubungkannya dengan banyak orang, dan yang terpenting, dengan teman-temannya.