Seleksi Pertukaran Pelajar
Keesokan harinya, setelah malam pesta yang tak terlupakan, semua siswa Thousands of Memories kembali ke rutinitas sekolah. Pagi itu, saat pelajaran kosong, Aya Parker membawa berita mengejutkan. Ia mengumumkan akan mengikuti seleksi program pertukaran pelajar ke luar negeri.
"Aku... aku mau ikut seleksi pertukaran pelajar," kata Aya dengan nada gugup. "Programnya ke Jepang."
Seketika, seluruh kelas terkejut.
"Serius, Ay?!" seru Ron Weasley. "Kamu mau ke Jepang?!"
George Weasley yang berada di sampingnya, terlihat sangat kaget. "Ay, kamu... kamu serius? Kenapa enggak bilang-bilang?"
Aya hanya tersenyum. "Maaf, George. Aku enggak mau ngasih tahu kalian sebelum aku yakin."
"Tapi kenapa harus ke Jepang, Ay?" tanya Harry Potter.
"Aku... aku selalu suka Jepang," jawab Aya. "Aku suka budayanya, aku suka bahasanya. Dan, aku mau belajar lebih banyak hal."
Hermione Granger menghampiri Aya. "Aku dukung kamu, Ay. Kamu punya semua yang dibutuhkan. Nilai akademik yang bagus, prestasi di voli, dan kamu berani."
Draco Malfoy menyeringai. "Ya, gimana lagi. Dia kan anak yang ambisius. Jadi, wajar kalau dia mau ke luar negeri."
Meskipun Draco berkata demikian, semua siswa tahu, ia hanya bercanda. Mereka semua sangat mendukung Aya. Namun, ada satu orang yang terlihat sedih, yaitu George.
"George, kamu kenapa?" bisik Fred Weasley.
"Aku... aku enggak tahu, Fred," jawab George. "Aku senang dia dapat kesempatan ini. Tapi... aku enggak mau dia pergi."
Aya yang melihat George sedih, menghampirinya. "George, jangan sedih," bisik Aya. "Aku akan tetap di sini, kok."
"Tapi kamu akan pergi lama, Ay," balas George, matanya berkaca-kaca. "Aku enggak mau ditinggal."
"Aku janji, aku akan selalu ngabarin kamu," kata Aya. "Dan, kita akan tetap bersama, kan?"
George mengangguk. Ia memeluk Aya, dan mereka berdua berjanji akan selalu bersama, meskipun jarak memisahkan mereka.
Semua siswa Thousands of Memories mengumpulkan semua dokumen yang dibutuhkan Aya, mulai dari transkrip nilai, sertifikat prestasi, hingga surat rekomendasi dari guru. Mereka semua membantu Aya, karena mereka tahu, ini adalah impian Aya.
Setelah melewati beberapa seleksi dan wawancara, Aya akhirnya diterima. Ia akan berangkat ke Jepang selama satu tahun penuh.
Keberangkatan dan Langkah Awal di Jepang
Hari keberangkatan tiba. Di bandara, seluruh siswa Thousands of Memories berkumpul untuk mengantar Aya Parker. Suasana dipenuhi haru. George Weasley memeluk Aya erat, matanya berkaca-kaca.
"Aku janji, aku akan selalu kirim surat, Ay," bisik George. "Dan kamu janji, kamu enggak akan lupain aku, kan?"
"Aku enggak akan pernah lupa sama kamu, George," jawab Aya, air matanya menetes. "Dan aku juga enggak akan pernah lupa sama kalian semua."
Satu per satu, teman-temannya memeluk Aya. Harry Potter menepuk pundaknya, Hermione Granger memberikan buku tentang Jepang, dan Draco Malfoy hanya mengangguk, menunjukkan dukungannya.
Setelah pamit, Aya berjalan menuju gerbang keberangkatan. Ia menoleh ke belakang, melambaikan tangan pada teman-temannya. Ia merasa sedih, tetapi ia tahu, ia harus berani.
Di dalam pesawat, Aya duduk di kursi dekat jendela. Ia melihat awan di bawahnya, dan ia merasa sepi. Ia mengeluarkan ponselnya, melihat foto-foto teman-temannya. Ia berdoa dalam hati, semoga teman-temannya tidak akan melupakannya.
Kedatangan di Negeri Sakura
Setelah penerbangan yang panjang, Aya akhirnya tiba di Jepang. Ia menghela napas, menghirup udara yang berbeda. Semua tulisan di sekelilingnya adalah kanji, sesuatu yang tidak ia pahami sepenuhnya. Namun, ia tidak takut. Ia tahu, ini adalah petualangan baru.
Di luar gerbang, seorang wanita paruh baya tersenyum ramah, memegang papan bertuliskan "Aya Parker".
"Aya-san?" tanya wanita itu dengan bahasa Inggris yang fasih. "Selamat datang di Jepang. Nama saya Haruka-san, host mother-mu."
"Halo, Haruka-san," balas Aya. "Terima kasih sudah menjemputku."
Haruka-san lalu mengajak Aya naik kereta. Selama perjalanan, Aya hanya terdiam, melihat pemandangan Jepang dari jendela. Kota yang bersih, gedung-gedung tinggi, dan orang-orang yang berjalan dengan cepat. Semuanya terlihat berbeda, seperti di dalam mimpi.
Sesampainya di rumah, Haruka-san menunjukkan kamar Aya. Kamar itu sangat sederhana, namun rapi dan bersih. Ada sebuah meja, kursi, dan kasur di lantai. Aya merasa nyaman.
"Aya-san," kata Haruka-san. "Aku tahu, kamu pasti lelah. Istirahatlah. Besok, aku akan ajak kamu jalan-jalan, ya?"
Aya mengangguk. Ia tersenyum. Ia tahu, ia akan baik-baik saja di sini.
Malam itu, Aya berbaring di kamarnya. Ia tidak bisa tidur. Ia teringat George, dan teman-temannya. Ia merindukan mereka. Ia lalu mengeluarkan ponselnya, dan ia membuka grup WhatsApp kelas Thousands of Memories. Ia mengirim pesan:
"Halo, semuanya. Aku sudah sampai di Jepang. Aku rindu kalian."
Seketika, notifikasi dari teman-temannya membanjiri ponselnya.
George: "Ay! Kamu sudah sampai! Kamu baik-baik aja, kan?"
Ron: "Gimana di sana? Ada makanan enak enggak?"
Draco: "Gue denger, lo di sana bakal dapat nilai yang bagus. Jadi, jangan bikin malu kelas, ya."
Luna: "Apa di sana ada Nargle, Aya?"
Harry: "Senang kamu sudah sampai, Ay. Jangan khawatir, kita semua di sini akan selalu dukung kamu."
Aya tersenyum, air matanya menetes. Ia tahu, meskipun jarak memisahkan mereka, mereka akan selalu bersama. Ia tahu, ia tidak sendirian.