(Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang menggunakan karakter dari dunia Harry Potter untuk tujuan hiburan semata. Cerita, alur, dan karakteristik para tokoh tidak berhubungan dengan alur cerita resmi.)
Perjumpaan dan Gangguan
Aya sedang duduk di dekat Hutan Terlarang, sebuah tempat yang sejuk dan tenang. Di pangkuannya, seekor kelinci kecil menggeliat. Aya mengusap bulu kelinci yang lembut itu, dan tangannya mengeluarkan cahaya merah muda yang hangat. Ia sedang menyembuhkan luka-luka di kaki kelinci itu yang terjebak di jaring.
"Hampir selesai," bisik Aya, suaranya lembut. "Kau akan segera bisa berlari lagi."
Tiba-tiba, seekor musang kecil muncul dari semak-semak. Musang itu membawa sebuah surat kecil yang diikat dengan pita hijau Slytherin. Ia meletakkan surat itu di samping Aya dan menunggunya.
Aya mengambil surat itu dengan hati-hati. Ia membuka dan membaca isinya. Tulisan tangan itu khas, rapi dan elegan, khas tulisan tangan Draco Malfoy. Surat itu berbunyi:
Aya, temui aku di dekat Danau Hitam dalam lima menit. Sendirian. Jangan bawa siapa-siapa. Ini penting.
— D.M.
Aya tersenyum tipis. Ia mengusap kepala musang itu. "Terima kasih, kau bisa kembali."
Tepat saat itu, langkah kaki terdengar dari belakang. Aya menoleh dan melihat Fred dan George Weasley berjalan ke arahnya, membawa sebuah kotak.
"Aya! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Fred, "Kami mencarimu kemana-mana."
"Ya, kami ingin mencoba mantra lelucon terbaru kami, dan kami butuh subjek yang sempurna," tambah George, mengedipkan mata.
Mereka melihat surat di tangan Aya. "Surat apa itu?" tanya Fred.
"Oh, ini," kata Aya, mencoba menyembunyikan surat itu. "Hanya... surat biasa."
George mengambil surat itu dari tangan Aya dengan cepat. "Hei, ini tulisan tangan Malfoy!" serunya. "Apa yang dia tulis?"
Fred meliriknya dengan mata penasaran. "Apa dia mengirimimu surat cinta?"
Aya merampas surat itu dari tangan George. "Bukan! Ini bukan apa-apa! Dia hanya... ingin menanyakan tentang pelajaran."
Fred dan George saling pandang, lalu tertawa bersama.
"Pelajaran, ya? Malfoy? Tentang pelajaran?" kata George, menirukan suara Aya.
"Ya," kata Aya, berusaha mempertahankan wajah seriusnya. "Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan tentang ramuan."
"Kenapa dia tidak menemuimu di depan umum?" tanya Fred, "Dia takut teman-temannya melihatnya berbicara denganmu?"
"Atau dia takut teman-temanmu tahu kau berbicara dengannya?" sambung George.
"Berhenti!" kata Aya, wajahnya memerah. "Tidak ada apa-apa di antara kami! Dia hanya... ingin bertanya sesuatu."
"Baiklah, baiklah," kata Fred, mengangkat tangannya. "Kami percaya."
"Ya, kami akan percaya jika kami melihatnya," tambah George, menyeringai.
Aya menatap arlojinya. Waktunya sudah hampir habis. Ia harus segera pergi sebelum Malfoy marah. "Maaf, aku harus pergi sekarang."
"Mau kemana?" tanya Fred. "Kenapa kau terburu-buru?"
"Aku... aku harus menemui Profesor Snape," jawab Aya, berbohong.
"Snape?" George mengangkat alisnya. "Sejak kapan kau begitu ingin bertemu dengannya?"
"Tidak ada, aku hanya... harus pergi," kata Aya, lalu ia berlari meninggalkan mereka.
Fred dan George saling pandang, lalu tersenyum nakal.
"Kau pikir dia benar-benar akan menemui Snape?" tanya Fred.
"Tentu saja tidak," jawab George, tertawa. "Dia akan menemui si Pangeran Slytherin."
"Apa kita harus mengikutinya?"
George mengangguk. "Tentu saja. Ini akan sangat menarik."
Mereka berdua lalu diam-diam mengikuti Aya, penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara Malfoy dan Aya Sakura. Sementara itu, Aya berlari secepat mungkin menuju Danau Hitam, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia merasa ada sesuatu yang jauh lebih penting dari sekadar pelajaran ramuan.