Namaku Renata anak tunggal yang manja dan kesepian. Semua orang mengira hidupku yang bergelimangan harta itu bahagia, nyatanya tidak seperti itu. Aku hidup kesepian,Kedua orangtuaku sibuk bekerja di dunia nya masing-masing hingga mungkin mereka lupa bahwa masih ada aku yang hidup di dunia ini dan mendambakan kasih sayang seperti yang di dapatkan kebanyakan anak di dunia ini.
Aku hanya punya satu sahabat bernama Wina yang selalu setia menemaniku.Wina berasal dari keluarga sederhana cenderung miskin,tapi saat aku ada di antara keluarganya terasa hangat,tidak seperti saat aku di rumah yang sangat bagus dan megah tapi terasa kesepian.Kadang aku merasa iri terhadap keberuntungan Wina yang sangat di perhatikan dan di sayangi oleh keluarganya.Kadang aku berfikir ya Tuhan mengapa bukan aku saja yang menjadi Wina,walau hidup dalam kesederhanaan tapi bisa merasakan hangatnya keluarga.
Ayah dan Ibuku selalu pulang saat aku sudah tertidur dan pergi sebelum aku terbangun dari tidur.Untuk bertemu mereka saja rasanya sangat sulit sekali hingga kadang aku menangis sendiri karena terlalu merasa kesepian.
Hidupku mungkin bergelimangan harta cenderung kaya tapi aku tidak bahagia.Semua keperluanku sudah di siapkan oleh bibi yang bekerja di rumah.Aku merasa bahagia mungkin hanya saat aku di sekolah.Karena ada banyak temanku yang menemani,mungkin mereka menemaniku hanya karena aku kaya dan tidak benar-benar dari hati,hanya Wina yang selalu setia menemani dan dia tidak seperti teman yang lain nya,yang mendekatiku hanya karena aku kaya.
Hari itu tiba saatnya kabar buruk terjadi,tiba-tiba Wina pindah rumah dan sekolah karena ada penggusuran di area tempat tinggalnya.Awalnya Wina tidak memberi tahu kabar itu padaku hingga hari terakhir sekolah barulah dia memberi tahu bahwa dia akan pindah ke luar kota untuk tinggal di rumah neneknya.Hatiku sangat sakit membayangkan sahabat terbaikku pergi meninggalku.Awalnya aku menawarkan nya untuk tinggal di rumahku agar bisa tetap sekolah tanpa pindah sekolah,hanya saja Wina menolak dengan halus,Alasannya karena dia tidak terbiasa berpisah dengan orang tuanya.Saat Wina pergi hatiku merasa kosong,seperti semua orang tidak pernah peduli akan diriku.
Aku selalu mengurung diri di kamar hingga lupa untuk makan,Sampai saatnya penyakit lambungku kambuh,perutku terasa sangat sakit dan aku hilang kesadaran.
Saat tersadar aku sudah berada di rumah sakit dengan selang infus yang tergantung di lenganku.Aku melihat pemandangan kedua orangtua ku yang ribut saling menyalahkan atas apa yang terjadi kepadaku.Aku hanya memalingkan wajahku supaya tidak melihat pertengkaran itu yang hanya akan membuatku bertambah sakit.
Setelah menginap lebih dari tujuh hari di rumah sakit akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang kerumah.Handphone ku seperti biasa sepi,aku membuka galeri di ponsel dan melihat foto-foto ku yang lama, ada kenangan saat aku masih kecil dan saat aku bersama Wina,membuat mataku berkaca-kaca, aku sangat merindukan sahabatku.
Orangtua ku masih dengan kesibukannya dan melupakan keberadaanku.Aku berniat untuk kabur dan menyusul sahabatku Wina di luar kota.Aku memasukan baju ke dalam tas kecil dan membawa uang yang cukup besar untuk bekalku di sana.Aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya di mulai dari tiket,penginapan dan makanan untuk bekal selama perjalanan.Aku yang tidak pernah keluar jauh dari rumah mulai memberanikan diri keluar dari zona hidupku.
Saat malam tiba aku yang sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk kabur,Menunggu Orangtuaku dan seluruh pelayan tertidur.Melewati ruangan yang tidak di pasang cctv aku akhirnya berhasil keluar dari rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalku.Aku memesan gojek yang mengantarku ke terminal bus.
Saat bus tiba aku naik dan mencari nomor yang tertera seperti yang tercantum di tiket.Sebelahku duduklah seorang Ibu paruh baya,perawakan nya bagus dan sangat cantik walau sudah cukup umur,wajahnya sedih entah apa yang terjadi padanya, sesekali beliau melirik ke arahku dengan wajah yang sendu.Aku melihat sesekali ke arah nya dari pantulan kaca.Bus sudah mulai berjalan meninggalkan terminal dan malam pun semakin larut,aku berusaha sekuat tenaga agar tidak mengantuk dan tertidur.Mulai dari makan cemilan, menonton video namun semua yang kulakukan semuanya sia-sia, aku terlalu lelah untuk tetap terjaga hingga tanpa sadar aku tertidur dan bersender pada bahu si ibu.Aku belum pernah merasakan tidur senyaman itu bahkan saat bersama ibu kandungku hatiku masih terasa sepi.
Aku akhirnya tersadar dan terkejut saat mengetahui aku tertidur di bahu si ibu yang bahkan tidak aku kenal.Maaf itu satu-satu nya kata yang refleks aku ucapkan pada si ibu, ibu tersebut hanya tersenyum dan masih dengan wajah sendunya dan bilang tidak apa-apa aku senang ada yang bersandar padaku padahal belum pernah bertemu dan mengenal sebelumnya.
Setelah beberapa saat akhirnya kita membuka percakapan,ibu itu memperkenalkan diri,namanya ibu Rara seorang dokter bagian orthopedhi.Dia akan pergi ke luar kota untuk bertugas kembali di sana.Dia baru saja kehilangan anaknya yang umur bahkan wajahnya mirip denganku.Anak nya kecelakaan tertabak mobil dan suaminya berada di mobil sama dengan nya.Hatinya hancur sehancur hancurnya kehilangan anggota keluarga yang sangat di cintainya.Untuk melupakan semua kejadian ibu Rara melakukan perjalan dinas keluar kota.
Aku termenung dan mataku berkaca-kaca saat mendengarkan cerita ibu rara yang menyedihkan, tanpa sadar aku memeluk ibu rara yang sudah tidak dapat membendung kesedihan nya.Aku merasakan kehangatan seorang ibu saat ibu Rara membalas pelukanku.
Ibu Rara menanyakan kemana tujuan aku pergi,gadis muda yang berkeliaran di malam hari dan terlihat kebingungan.Aku mulai bercerita semua tentang keluargaku dan juga sahabatku yang sangat ingin aku temui.Ibu Rara terlihat terkejut saat mendengar alasan ku untuk meninggalkan rumah.