(Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang menggunakan karakter dari dunia Harry Potter untuk tujuan hiburan semata. Cerita, alur, dan karakteristik para tokoh tidak berhubungan dengan alur cerita resmi.)
Ramuan Rahasia Draco
Draco Malfoy, dengan wajah serius, sedang mengerjakan sesuatu di Ruang Kebutuhan. Di hadapannya, sebuah kuali kecil mengeluarkan uap berwarna ungu. Dua hari sudah ia habiskan di sana, mengumpulkan bahan-bahan langka dan merapal mantra rumit. Akhirnya, ramuan itu jadi. Cairan ungu pekat itu berkilau, tampak berbahaya namun memikat. Dengan hati-hati, Draco menuangkan ramuan itu ke dalam botol kecil yang cantik.
Setelah memastikan aula besar kosong, Draco menyelinap ke meja Ravenclaw. Ia melihat salah satu teman Aya, seorang gadis bernama Lisa Turpin, sedang duduk sendirian. Draco mendekatinya, memegang botol kecil itu dengan erat.
"Tolong berikan ini pada Aya Sakura," bisik Draco, suaranya pelan dan terburu-buru. "Ini... dari seseorang yang mengaguminya."
Lisa mengerutkan kening, bingung dengan tingkah Draco. "Kenapa kau tidak memberikannya sendiri?"
"Jangan banyak tanya!" desis Draco, meletakkan botol itu di atas meja. "Berikan saja padanya."
Ia menambahkan selembar kertas kecil yang diikat dengan benang tipis. Tulisannya buram, seolah sengaja dibuat tidak bisa dibaca. Lisa mengambil botol itu, menatap Draco yang langsung pergi dengan tergesa-gesa.
"Aneh sekali," gumam Lisa.
Pesan Tersembunyi dan Kekuatan Tak Terduga
Beberapa saat kemudian, Aya kembali ke mejanya. Lisa langsung memberikan botol itu padanya.
"Ini," kata Lisa, "Draco Malfoy yang memberikannya. Dia bilang, ini dari seseorang yang mengagumimu."
Aya memegang botol itu. Matanya yang merah muda meneliti botol itu dengan curiga. "Draco? Ini aneh." Ia membuka kertas yang terikat dan mengerutkan keningnya. Tulisannya tidak bisa terbaca. "Apa kau bisa membacanya, Lisa?"
Lisa menggeleng. "Tulisannya buram. Tapi aku yakin, ini dari Draco."
Aya mengangguk. Dia tahu Draco adalah satu-satunya orang yang bisa memberikan sesuatu seaneh ini. Dia meletakkan botol itu ke dalam tasnya, memutuskan untuk menyelidikinya nanti.
Malam harinya, di asrama Ravenclaw, Aya duduk di mejanya. Ia mengeluarkan botol kecil itu dan meletakkannya di samping buku sihirnya. Ia mencoba untuk merapal mantra pembacaan, tapi tulisannya tetap buram.
"Mungkin ini bukan mantra pembacaan yang harus kubaca. Aku harus melihatnya dengan kekuatan mata batinku," bisik Aya.
Ia memusatkan kekuatan sihirnya pada matanya dan menatap kertas itu. Perlahan, tulisan yang buram itu menjadi jelas.
"Take a sip from my secret potion, one taste and you'll be mine
Aya, you belong to me, I got the recipe
And it's called black magic
Take a sip from my secret potion, I'll make you fall in love
For a spell that can't be broken, one drop should be enough"
Aya terkejut. Itu adalah mantra cinta. Draco Malfoy mencoba membuat ramuan cinta untuknya. Bukan hanya itu, tulisan itu juga seperti sebuah lirik lagu. Matanya langsung menyala merah muda, tanda kekuatannya sedang aktif. Tanpa sadar, ia memegang botol itu dan sebuah cahaya lembut keluar dari tangannya.
Cahaya itu menyelimuti botol. Dengan kekuatannya, Aya dapat melihat komposisi ramuan itu. Bukan hanya ramuan cinta biasa, melainkan ramuan yang sangat kuat, dibuat dengan sihir kuno. Ramuan itu dapat membuat seseorang benar-benar kehilangan akal dan kehendaknya, menjadi boneka yang patuh.
Aya menghela napas panjang. Ia mengambil buku jurnalnya dan menulis. Ia menulis puisi yang sama, tapi mengubah isinya.
"My heart is my own secret potion, a treasure you can't have
I belong to myself, I'm not a recipe
And it's called self-love
Don't take a sip from a secret potion, you can't make me fall in love
This spell can't be broken, my heart is my own love potion"
Keesokan harinya, Aya menunggu Draco di lorong. Ketika ia melihat Draco, ia menghampirinya.
"Malfoy," kata Aya, suaranya tenang. "Terima kasih untuk ramuannya. Aku... meminumnya."
Wajah Draco berubah panik. Ia mundur selangkah, dan matanya melebar. "Kau... kau meminumnya?"
Aya mengangguk. "Ya, aku minum." Ia tersenyum tipis. "Rasanya aneh. Ada sedikit rasa manis dan rasa seperti bunga sakura."
"Aya..." Draco memegang tangannya. "Aku... aku minta maaf. Aku tidak bermaksud..."
Aya menggeleng. "Aku tidak marah. Aku mengerti kau ingin mendapatkan hatiku." Ia menatap Draco dengan tajam. "Tapi kau salah. Aku tidak bisa jatuh cinta dengan cara ini. Kamu harus mendapatkan hatiku dengan caramu sendiri, bukan dengan ramuan."
Draco terdiam. Ia memandang Aya yang kini tidak lagi seperti putri dongeng, tapi sebagai seorang wanita yang kuat dan mandiri. Ia menyadari, ramuan itu tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Aya.
"Aku akan mencoba, Aya," bisiknya. "Aku akan mencoba."
Aya tersenyum. Ia meninggalkan Draco sendirian di lorong, meninggalkan pria itu dengan perasaan aneh di hatinya. Kekalahan dan harapan, kebencian dan cinta, semua bercampur aduk. Ia menyadari, petualangan di dunia sihir ini, adalah petualangan untuk hatinya sendiri.