Malam itu, Hogwarts diselimuti kegelapan. Hanya cahaya dari jendela-jendela kastel yang memecah pekatnya malam. Di halaman rumput yang luas, tiba-tiba muncul sebuah pusaran cahaya berwarna-warni. Dari dalamnya, seorang anak perempuan kecil melangkah keluar. Rambutnya sehalus dan sewangi kelopak bunga sakura, matanya bening berwarna merah muda cerah. Ia mengenakan gaun putih sederhana yang terlihat kotor dan robek di beberapa bagian.
Anak itu menatap sekeliling dengan mata berbinar. Ia menyentuh rerumputan, lalu mendongak menatap langit, ke arah menara-menara Hogwarts yang menjulang tinggi.
"Ini adalah tempat yang indah sekali," gumamnya dengan suara pelan. "Jauh berbeda dengan hutan-hutan di dunia saya."
Tak lama, sosok Profesor McGonagall dan Profesor Snape muncul. Mereka terkejut melihat anak kecil sendirian di halaman pada jam selarut itu.
"Siapa kau?" tanya Profesor McGonagall dengan nada waspada. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"
Anak itu membungkuk sopan dan memperkenalkan dirinya, "Nama saya Aya Sakura. Saya tersesat dan entah bagaimana bisa tiba di tempat ini."
Snape mengangkat alisnya, mencurigai adanya trik. "Tersesat? Dari mana kau berasal?"
"Saya dari dunia dongeng," jawab Aya polos. "Saya melarikan diri dari para monster dan raja-raja yang ingin mengambil kekuatan saya."
Kedua guru itu saling pandang, lalu memutuskan untuk membawa Aya ke hadapan Kepala Sekolah Dumbledore.
Di ruangan Dumbledore yang hangat, Aya menceritakan semua yang terjadi padanya. Mulai dari ia yang dirawat oleh pohon sakura, hingga kekuatan yang ia miliki. Kekuatan yang memungkinkannya mengendalikan alam, memanggil binatang, dan menyembuhkan luka.
Setelah mendengar ceritanya, Dumbledore tersenyum hangat. "Aya Sakura, kau adalah anak yang luar biasa. Jika kau berkenan, kau boleh tinggal di sini. Di Hogwarts, kau akan aman. Kau akan menjadi putri angkat saya."
Mata Aya berbinar-binar. Ia membungkuk hormat dan berkata, "Terima kasih, Profesor Dumbledore. Saya menerima tawaran Anda."
Maka, sejak hari itu, Aya Sakura resmi menjadi bagian dari Hogwarts.
Bertemu Draco dan si Kembar
Aya, dengan rambut dan matanya yang berwarna merah muda mencolok, segera menjadi pusat perhatian di Hogwarts. Dalam upacara seleksi, Topi Seleksi dengan cepat menempatkannya di Ravenclaw.
"Selamat datang, Nak," kata Dumbledore, menepuk pundak Aya. "Kau punya kecerdasan yang luar biasa."
Di meja makan, Aya berhadapan langsung dengan Draco Malfoy.
"Hei, lihat itu," bisik Draco pada Crabbe dan Goyle, "Putri Rambut Permen Karet."
Aya, yang duduk tidak jauh darinya, menoleh dan menatap Draco dengan mata besarnya. "Permen karet?" tanyanya lugu. "Apakah itu makanan yang lezat? Boleh saya minta?"
Draco mendengus dan berkata, "Bukan, itu adalah nama yang cocok untukmu. Kau terlihat konyol dengan rambut dan matamu itu."
Wajah Aya Sakura terlihat sedih. "Sepertinya saya menyinggung perasaan Anda. Mohon maafkan saya."
Draco terkejut. Dia tidak menyangka Aya akan menanggapinya dengan begitu serius.
Aya kemudian berkenalan dengan Fred dan George Weasley. Mereka langsung menyukai Aya yang unik.
"Kau unik sekali, Aya," kata Fred, tersenyum jahil.
"Ya, kau bahkan bisa mengalahkan Neville Longbottom dalam hal membuat orang tertawa," sambung George. "Tapi, kamu tidak membuat orang tertawa, melainkan membuat kami terpesona."
Aya, yang masih asing dengan budaya Hogwarts, bingung. "Saya tidak mengerti."
"Kami hanya bercanda, Aya," jelas George. "Kami ingin tahu lebih banyak tentangmu."
Sejak saat itu, Aya Sakura, putri angkat Dumbledore, selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Walaupun ia tidak pandai bercanda, dan sering berbicara dengan bahasa baku, teman-temannya selalu menyukai dirinya. Ia paling dekat dengan Fred dan George. Mereka mengajari Aya cara membuat lelucon, dan Aya mengajari mereka cara bercerita tentang dunia dongeng.
Hubungannya dengan Draco Malfoy tidak pernah membaik. Draco terus mengejeknya, tapi Aya selalu membalasnya dengan cara yang cerdas dan lugu, hingga membuat Draco malu.
Hogwarts menjadi rumah baru bagi Aya Sakura, tempat di mana ia akhirnya menemukan keluarga dan teman-teman, jauh dari dunia lamanya yang penuh bahaya. Dan Dumbledore, yang paling bahagia melihat putri angkatnya tumbuh bahagia, selalu mengawasinya dari jauh, siap melindungi Aya dari ancaman yang mungkin datang dari dunia dongengnya.
(Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang menggunakan karakter dari dunia Harry Potter untuk tujuan hiburan semata. Cerita, alur, dan karakteristik para tokoh tidak berhubungan dengan alur cerita resmi.)
Liburan di Diagon Alley
Liburan musim panas tiba, dan Hogwarts menjadi sepi. Dumbledore sudah mengizinkan Aya untuk menghabiskan liburan bersama keluarga Weasley.
"Aya, kau akan senang sekali! Ibu kami memasak makanan yang luar biasa," kata Fred, tersenyum lebar.
"Ya, dan ayah kami punya pekerjaan di Kementerian Sihir. Kami akan melihat hal-hal menarik," tambah George, mengedipkan mata.
Di hari yang ditentukan, Aya, Fred, dan George tiba di The Burrow. Rumah yang aneh, miring, tapi sangat hangat dan penuh tawa.
"Selamat datang, Aya!" kata Molly Weasley, memeluk Aya erat. "Senang sekali kau bisa bergabung dengan kami."
Aya membalas pelukan itu dan berkata, "Terima kasih, Nyonya Weasley. Rumah Anda sangat indah, seperti dongeng."
Tak lama, Harry dan Hermione juga datang. Mereka juga menghabiskan liburan di The Burrow. Mereka semua akhirnya pergi bersama-sama ke Diagon Alley untuk membeli perlengkapan sekolah.
"Diagon Alley selalu ramai saat liburan," kata Harry pada Aya.
Aya mengangguk, matanya berbinar melihat keramaian. "Ini seperti parade. Penuh warna dan sihir."
Momen Lucu di Toko Es Krim
Setelah membeli semua perlengkapan, Fred dan George mengajak Aya untuk makan es krim di Floream Fortescue's Ice-Cream Parlour.
"Kau harus coba yang ini, Aya!" kata Fred, menunjuk es krim cokelat.
Aya memandanginya dengan bingung. Ia mengambil sendok dan mengamati es krim itu. "Bagaimana cara memakannya?" tanyanya lugu.
"Ya, seperti biasa. Ambil sedikit dengan sendok lalu masukkan ke dalam mulutmu," jawab George, menahan tawa.
Aya mengikuti petunjuk itu, tapi caranya aneh. Ia mengambil sedikit es krim, lalu mengunyahnya dengan hati-hati seperti sedang memakan kue.
Fred dan George tertawa terbahak-bahak melihatnya. "Aya, itu es krim. Kau tidak perlu mengunyahnya!" kata Fred, sambil menepuk-nepuk pundak Aya.
Aya berhenti mengunyah, wajahnya memerah. "Mohon maafkan saya, saya tidak tahu. Di dunia saya, kami tidak punya es krim. Kami hanya punya buah-buahan yang dingin."
Fred, dengan gaya dramatis, langsung berlutut di depannya. "Oh, Aya, putri kami yang malang! Kau tidak pernah makan es krim! Oh, betapa tragisnya hidupmu!"
George hanya bisa tertawa terbahak-bahak, dan Harry serta Hermione menahan tawa.
Aya menatap Fred dengan cemas. "Fred, apa kau baik-baik saja? Apakah lututmu sakit?"
Fred berdiri dan tertawa. "Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya berdrama. Kau harus membiasakan diri dengan tingkah kami."
Hermione yang Tersesat
Setelah makan es krim, mereka semua berjalan di kerumunan Diagon Alley. Hermione, yang selalu ingin tahu, melihat sebuah toko buku langka dan segera masuk ke dalamnya. Ia tidak menyadari, ia telah terpisah dari yang lain.
"Di mana Hermione?" tanya Harry, panik.
"Sepertinya dia tersesat di kerumunan," jawab Ron, tampak cemas.
Aya, yang menyadari situasi, menutup matanya. Ia bisa merasakan energi di sekitarnya. Dengan indra khususnya, ia menemukan keberadaan Hermione.
"Dia di toko buku yang penuh dengan rak-rak buku tua," kata Aya, sambil menunjuk ke arah toko buku.
Mereka bergegas ke toko itu dan menemukan Hermione yang sedang asyik membaca buku kuno.
"Hermione!" seru Harry.
Hermione terkejut. "Astaga, aku minta maaf. Aku tidak sadar sudah terpisah."
"Tidak apa-apa," kata Aya. "Yang penting kita semua berkumpul lagi."
Mereka lalu kembali ke The Burrow. Aya merasa sangat bahagia. Ia akhirnya punya keluarga dan teman-teman, jauh dari dunia lamanya yang berbahaya. Ia merasakan kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan ia tahu, petualangannya di dunia sihir baru saja dimulai.