Tiba-tiba, keheningan menyelimuti Aula Besar. Bukan karena sihir atau mantra, melainkan karena rasa ngeri yang membekukan. Saat semua mata tertuju pada Yn, seekor ular putih kecil melata dengan cepat ke tubuhnya. Sebelum Yn sempat bereaksi, ular itu menggigit lehernya, tepat di bekas luka goresan yang sudah sembuh.
Yn tidak merasakan sakit, namun ia merasa pening dan kehilangan kendali atas tubuhnya. Sebuah suara asing, dingin dan penuh kebencian, keluar dari mulutnya.
"Aku akan kembali..."
Suara itu bukan suara Yn. Itu adalah suara Voldemort.
Seluruh Aula Besar menjadi panik. Siswa-siswa berteriak ketakutan, para profesor mengeluarkan tongkat sihir mereka, dan ular yang merasuki tubuh Yn berubah menjadi Nagini.
"Kau akan melihatku, Harry Potter," kata Nagini melalui mulut Yn. "Kau akan melihat kehancuranmu. Kau akan melihat akhir dari dunia sihir."
Yn, yang tidak bisa mengendalikan dirinya, melayang di udara. Matanya yang biasanya hangat dan penuh perhatian, kini menjadi kosong dan dingin. Ia mengeluarkan tongkat sihirnya, dan mengarahkan ke arah Harry Potter.
"Avada Kedavra!" serunya, namun mantra itu tidak keluar.
Nagini yang berada di dalam tubuhnya, terus berbicara. "Kau tidak akan bisa, Yn. Kau tidak memiliki kekuatan sihir sejati. Aku akan kembali, melalui dirimu."
Harry Potter mengeluarkan tongkat sihirnya, namun ia tidak berani menyerang Yn. Ia tahu, itu bukan Yn. Itu adalah Voldemort yang merasuki tubuh Yn.
"Kita harus mengeluarkannya," bisik Dumbledore pada Profesor McGonagall. "Namun jangan sakiti Yn."
Di tengah-tengah kekacauan, Draco Malfoy melihat semuanya. Ia melihat Yn yang terbang, ia mendengar suara Voldemort, dan ia melihat Nagini yang merasuki tubuh Yn. Ia tahu, ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan Voldemort mengambil alih Yn.
Draco melangkah maju, tangannya menggenggam tongkat sihirnya. Ia tahu ia akan mendapat masalah, namun ia tidak peduli. Ia harus menyelamatkan Yn.
"Yn!" teriak Draco. "Yn, ingat aku! Aku di sini! Ingat ciuman kita! Ingat kencan kita! Ingat 'Aeternum Felix'!"
Mendengar kata-kata itu, Nagini di dalam tubuh Yn, meraung kesakitan. Yn jatuh ke lantai, dan ular itu keluar dari mulutnya, berdesis marah. Namun, ular itu tidak kembali ke Voldemort. Ia kembali ke Yn, namun kali ini tidak menggigitnya. Ia hanya melingkar di sekeliling tubuh Yn, melindungi Yn.
Yn, yang sudah sadar kembali, menatap Draco dengan tatapan penuh kebingungan. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Namun, ia tahu, Draco baru saja menyelamatkannya. Dan di dalam hatinya, ia merasa bahwa ia akan melakukan hal yang sama untuk Draco, tidak peduli seberapa besar bahaya yang menanti.
Di Aula Besar, sorak-sorai pecah. Para siswa dan profesor bertepuk tangan, merayakan keberhasilan Draco yang telah mengusir Voldemort dari tubuh Yn. Banyak yang berteriak "cie-cie," membuat wajah Draco memerah.
Draco tidak peduli dengan tepuk tangan atau teriakan itu. Ia hanya melihat Yn yang masih terlihat bingung. Ia meraih tangan Yn, menariknya keluar dari Aula Besar, dan membawanya ke koridor yang sepi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Draco, suaranya terdengar cemas.
Yn mengangguk pelan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi," bisiknya. "Aku tidak ingat apa-apa."
"Itu karena Voldemort merasukimu," jawab Draco. "Dia menggunakanmu untuk mencapai Harry. Tapi kau aman sekarang."
Yn menatap Draco, matanya dipenuhi rasa terima kasih. "Bagaimana kau bisa mengusirnya?"
"Aku tidak tahu," jawab Draco, suaranya bergetar. "Aku hanya... aku hanya memikirkanmu. Mantra itu, ciuman itu... aku tidak bisa membiarkannya mengambilmu."
Yn menyentuh pipi Draco dengan lembut. "Terima kasih, Draco. Kau menyelamatkan hidupku."
Draco hanya mengangguk, lalu memeluk Yn erat. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Yn, dan untuk pertama kalinya, Yn merasakan kerentanan dari seorang Draco Malfoy. Ia menyadari bahwa di balik semua arogansi dan keangkuhannya, ada seorang anak yang juga sedang berjuang.
"Aku akan melindungimu," bisik Draco di telinga Yn. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."
Yn membalas pelukan Draco. Ia tahu, mereka tidak bisa bersama. Keluarga mereka bermusuhan, dan Voldemort adalah ancaman yang nyata. Namun, di dalam pelukan Draco, Yn merasa aman. Ia tahu, ia telah menemukan rumahnya.