Ia datang seperti senja,
tenang, teduh, tapi menggetarkan dada.
Langkahnya pelan,
namun cukup untuk membuat waktu diam.
Wajahnya—
bukan sekadar cantik yang mudah kau sebut,
tapi cantik yang membuat mata tunduk,
yang lahir dari cahaya hati,
bukan sekadar rupa yang fana dan pergi.
Kerudung hitam menyelimuti rambutnya,
seperti malam yang melindungi rahasia langit,
anggun tanpa perlu bicara,
kuat meski dalam diamnya paling lirih.
Ada kemegahan dalam kesederhanaannya,
seolah dunia berhenti sejenak,
untuk memberi jalan pada satu jiwa
yang tahu ke mana ia melangkah.
Ia tak perlu sorot,
karena dirinya sendiri adalah cahaya.
Tak perlu panggung,
karena akhlaknya telah jadi mahkota.
Dan dalam kerudung hitam itu,
kutemukan definisi wanita:
bukan hanya yang cantik,
tapi yang menjaga,
yang tegar,
dan tak pernah kehilangan arah.